Catatan Harian Eko Utomo
PART OF SOLUTION #Hal63
Tahun lalu kami memutuskan menjual rumah kami di Bandung. Bukan merupakan keputusan yang mudah. Kami membeli rumah itu di tahun yang sama dengan tahu perkawinan kami. Rumah dibeli sebagai tanda keseriusan kami membangun rumah tangga baru.
Rumah di pinggir timur Bandung itu diperoleh dengan tidak mudah. Cicilan DP 6x sebesar satu bulan gaji. Jadi selama 6 bulan saya di Papua dan Istri di Bandung hidup dari bonus bulanan dan tunjangan terpencil karyawan tambang. Selesai DP kami masih harus melanjutkan dengan 12x7 cicilan sesudahnya.
Rumah di pucuk bukit itu mengukir banyak kenangan. Setiap hari, tidak peduli malam atau siang hawanya selalu dingin dan segar. Ketinggian 900 m dpl membuat AC alam on terus.
Sesudah menjadi bagian pembagun memori selama 12 tahun, kami memutuskan untuk dijual.
Kami memiliki rumah baru di BSD Tangerang. Pekerjaan, aktivitas dan kesibukan berputar di sana. Semakin lama semakin jarang kami pulang ke Bandung. Kami tidak berniat untuk menyewakannya, kami putuskan untuk menjualnya. Bersama seluruh kenangan di dalamnya.
"Pa, bagaimana dengan lemari buku jati ini?", mama Thesa bertanya sedikit kebingungan. Kami putuskan memberikan isi rumah kepada pembeli rumah. Sangat repot membawa isinya ke BSD dimana disana juga sudah ada perabotannya.
Lemari buku ini sangat istimewa. Dibuat dari kayu jati asli dari Blora. Penghasil kayu jati terbaik di Indonesia. Kayu khusus dipesan oleh almarhum bapak dan ibu. Diplitur halus dengan ketebalan papan 10 cm lebih!. Dikirim dengan truk khusus dan butuh 6 orang untuk mengangkatnya ke dalam rumah!. Indah, kokoh dan klasik penuh kenangan.
"Pa, lemari jati bagaimana?", tanya mama Thesa membangunkanku dari kenangan.
"Sepertinya harus kita relakan tetap di rumah lama, kita berikan ke pembeli juga. Lemari Jati KLASIK ini TIDAK COCOK dengan rumah baru gaya MINIMALIS di BSD", sambungnya.
"Setuju", jawabku sesudah mempertimbangkan semua hal untung rugi termasuk kilasan memori yang tersimpan.
***
Menjadi karyawan baru pada sebuah perusahaan ibarat potongan puzzle kecil yang dimasukkan dalam puzzle besar yang sudah tersusun sebelumnya.
Kalau tidak tepat puzzle baru akan merusak gambar lama, bukannya melengkapi gambar besar supaya menjadi lebih sempurna.
Melanjutkan diskusi tentang bagaimana menjadi manager baru disebuah perusahaan (#Hal62), maka pertanyaan besarnya adalah kita sebagai karyawan baru apakah merupakan gambar puzzle yang tepat pada gambar puzzle besar yang baru?
Puzzle yang tidak cocok alih2 memperindah gambar akan merusaknya. Sama seperti lemari Jati klasik yang indah berpelitur halus dalam rumah minimalis. Tidak cocok, part of peoblem, bukan part of solution.
Dalam 3 bulan masa probation pertanyaan refleksi diri karyawan/manager baru adalah "Apakah aku menjadi part of solution di perusahaan baru ini?". Atau bahkan sebaliknya.
Saya sering melihat manager baru datang dengan membawa lensa pembesar dan dengan sigap menunjukkan apa saja kelemahan dan kekurangan di perusahaan baru. Kurang karyawan! Tidak ada sistem! Strategi lemah! dlsb.
Menunjukkan dan mengetahui kelemahan sangat mungkin sekali sudah diketahui oleh orang lama. Orang baru diundang datang untuk membantu MENEMUKAN JALAN KELUAR menjadi PART OF SOLUTION. Kalau orang baru datang tanpa membawa dan membangun solusi trus apa nilai lebih yang dibawa?
Jadi, kalau anda manager baru dalam meeting lebih banyak menemukan dan membawa ke permukaan banyak permasalahan tanpa solusi, siap2 saja anda untuk mencari puzzle baru yang lebih cocok.
EU4U
BSDCITY150316
Untuk para PROBLEM SOLVER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar