Catatan Harian Eko Utomo
Developing Leaders: The Doors #Hal53
"Saya tidak percaya sama training!", GM baru itu menatapku erat2. Cukup intimidatif dan berani. Dia berani langsung mengatakannyan di depan VP Learning and Development (LD), sang kepala sekolah perusahaan.
"Tidak percaya dalam hal apa?", tanyaku menjaga suara agar tetap terdengar cool and confident.
"Bahwa training membuat tim saya jadi kompeten dan performs", terang sang GM sambil tetap memandang lekat. Sepertinya pernah melakukan gertakan yang sama somewhere sometime.
"Oooooo sama dong, saya juga ngak percaya hal itu", jawabku santai sambil merebahkan badan ke sandaran kursi sambil tersenyum simpul.
Sang GM terlongo, mulutnya sedikit terbuka dan matanya berkejap merefleksikan keterkejutan terhadap respons yang baru saja dia dengar. Sepertinya dia berekspektasi aku menjadi marah, kesal melakukan defense. Dia berharap jiwa korsaku sebagai trainer meledak. Dan dia siap memuntahkan arteleri terakhir untuk meruntuhkan benteng.
Jawabanku membuat dia "trance". Jawaban diluar ekspektasi. Alih2 mencetak score, gawangnya terbuka lebar karena keeper terhipnotis dan mematung.
"Lho, maksud pak Eko?, beberapa saat kemudian pak GM baru bisa melontarkan pertanyaan refleksi keheranan. Seorang VP LD yang salah satu kerja pentingnya menjalankan training untuk seluruh perusahaan kok ngak percaya training membangun kompetensi. Ibarat ustad dan pendeta tidak percaya adanya malaikat.
"Saya juga tidak percaya training MEMBANGUN KOMPETENSI. Yang saya percaya bahwa TRAINING hanyalah pintu masuk menuju sebuah rumah yang namanya KOMPETENSI. Ada banyak hal lain sesudah Training yang harus dilakukan agar rumah kompetensi berdiri kokoh sebagaimana seharusnya", jawabku panjang lebar. Dan sang GM masih terdiam setengah melongo.
***
Orang dinamakan KOMPETEN apabila mampu melakukan sesuatu dengan baik dan konsisten kapanpun pekerjaan atau aktivitas itu dilakukan. Kuncinya ada pada kata MAMPU dan KONSISTEN.
Orang yang mampu namun tidak konsisten belum bisa dibilang kompeten. Butuh konsistensi untuk mampu melakukannya kapanpun diminta atau dibutuhkan.
Untuk kompeten dalam bidang tertentu dibutuhkan kompetensi atau kemampuan. Kompetensi itu sendiri dibagi menjadi 3 komponen utama. Yaitu KNOWLEDGE, SKILL & ATTITUDE. Semuanya harus ada. Kalau kurang satu, lebih2 dua komponen maka tidak bisa disebut kompentensi.
Dan TRAINING hanyalah SALAH SATU cara untuk melakukan TRANFER KNOWLEDGE dari satu pihak ke pihak lain. Masih ada banyak cara lain untuk transfer knowledge.
Keuntungan training dalam melakukan transfer knowledge dibandingkan dengan alternatif cara lain adalah training melakukan transfer knowledge secara TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, CEPAT dan bisa secara MASIF dilakukan untuk banyak orang.
Tantangannya adalah training yang mentransfer knowledge (secara conscious) tadi berperan hanya 10% dalam membangun kompetensi. Training hanyalah PINTU MASUK. Ada proses TRANSFER SKILL dan COMPETENCY DEVELOPMENT yang memiliki bagian 20% dan 70% dari bangunan rumah kompetensi. Sebagian besar proses membangun kompetensi terjadi sesudah training, bukan pada saat training itu sendiri.
Jadi jawaban saya kepada sang GM bukan basi basi ngerjain dia, namun karena alasan diatas. Training is only doors to build competencies, termasuk kompetensi kepemimpinan.
***
"Dad, kok nilai investasi sahammu jalan ditempat?", tanya mama Jason setengah mengolok.
"Katanya sudah sering ikut training cara investasi saham? Katanya dapat 4 sks kuliah investasi saham dulu saat ambil master?", ledekan mantan pacar menuju klimaks, sepertinya siap melakukan skak mat.
"Lho, kan sudah pernah aku bilang. Training n kuliah itu hanyalah pintu. Lha wong aku cuma melongokkan kepala dirumah kompetensi main saham kok. Melangkah masuk aja ngak", jawabku cool dan confident sambil pegang remote cari channel HBO.
Dan mama Jason, terdiam anti klimaks. Emang enak di belokkan di tengah jalan?.
Jadi masih mau menggelar training?
EU4U
BSDCITY010316
Untuk para Trainer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar