12 Maret 2016

Developing Leaders: Spreading Seeds in Children Mind #Hal51


Catatan Harian Eko Utomo

Developing Leaders: Spreading Seeds in Children Mind #Hal51

"Pak Eko, saya mau praktek melakukan coaching ilmu leadership yang saya pelajari, cuma saya tidak punya anak buah", tanya berbumbu keluhan salah satu peserta Leadeship Development Program (LDP).

"Punya anak kan? coba dimulai dari anak di rumah", jawabku singkat kepadanya.

Menurut akademis, leadership dibentuk oleh dua hal: kepribadian dan perilaku (Bass, 2008). Kepribadian banyak ditentukan oleh genetik yang diwariskan. Aliran ini yang percaya Leaders is BORN.

Disisi yang berbeda, banyak juga akademis yang percaya bahwa leadership itu perilaku yang bisa dipelajari dan dibentuk. Aliran ini pengusung wacana: Leaders is BUILT.

Sebagai praktisi leadership development lebih dari 15 tahun, saya kok pilih jadi Transgender. Mirip dalam pemahaman Transgender LGBTI, dalam pembangunan kompetensi kepemimpinan saya bukan laki, perempuan juga bukan. Saya percaya bahwa kompetensi kepemimpinan itu gabungan antara KEPRIBADIAN dan PERILAKU. Dengan istilah lain Kepemimpinan adalah CHARACTER.

Character adalah kepribadian yang ditempa oleh lingkungan, bisa orang tua, pembantu, suster, keluarga, game, TV dan lain lain.Yang menjadi menarik dan sangat penting adalah jendela emas proses pengembangan karakter hanya singkat, 5x2 tahun kehidupan awal manusia.

Pada usia Balita (dibawah lima tahun) dan Basepa (dibawah sepuluh tahun) anak2 (dipengaruhi lingkungan) menjalani proses membangun karakter dasar mereka termasuk karakter kepemimpinan.

Dalam sebuah kasus coaching, saya mengalami kesulitan yang luarbiasa untuk membantu seorang manager bertindak asertif (tegas) didalam pengambilan keputusan dan berkomunikasi. Semua teori dan bimbingan yang saya berikan hanya masuk dipikiran sadar (concious mind) saja. Dalam kondisi tidak sadar, ybs kembali ke pola lama menjadi pasif atau agresif. Padahal "menjadi tidak sadar" terjadi lebih dalam 90% waktunya. Dan semua ini bermuara pada pembentukan karakter pada waktu kecil.

Agar pembangunan kompetensi kepemimpinan tidak jauh terlambat, dibawah ini 3 contoh kompetensi kepemimpinan penting yang selayaknya dibangun sejak kecil:

1. Memiliki VISI apa yang diinginkan dalam hidupnya.
Hanya 10% pemimpin dalam organisasi yang memiliki visi tentang hidupnya. Padahal mereka haruslah membantu perusahaan menggapai visi perusahaan. Pengalaman apa yang bisa dikontribusikan? ZERO.

"Kalau besar nanti mau jadi apa", merupakan pertanyaan yang luarbiasa untuk membantu anak kecil membangun kompetensi visioner mereka. Yang paling KATROK kalau orang tuanya mengajarkan jawaban "Menjadi manusia yang berguna!". Iya masak menjadi manusia tidak berguna, tapi manusia apa? Sebutkan dengan spesifik. Kalau nanti berubah bukan masalah. Orang dewasa aja bisa berubah cita2 kok anak kecil ngak boleh?

Sesudah terbiasa dengan visi jangka panjang, ajari membuat visi jangka menengah dan target jangka pendek. Misal "mau menabung buat beli sepeda baru tahun ini". Mengajarkan anak2 menabung berapa rupiah perhari, perminggu, perbulan dan subsidi yang akan diterima mereka mendidik kompetensi membuat visi dan merencanakan langkah untuk mencapainya.

2. Berani Mengambil KEPUTUSAN dan BERTANGGUNG JAWAB apapun hasilnya.
Mengambil keputusan merupakan kompetensi penting seorang pemimpin. Apa yang harus dikerjakan kalau tidak ada keputusan bukan?.

Saat Balita dan Basepa, bibit kompetensi ini harus diajarkan. Yang paling sederhana adalah membimbing mereka dalam membeli barang2 kebutuhan mereja sendiri, tentu saja dengan bimbingan orang tua. Saat mau beli sepatu, baju, mainan dll ajukan pertanyaan "mana yang mau dibeli?". Dan eksplorasi apa yang membuat mereka membuat pilihan itu. Berikan bimbingan apabila ada reasoning yang kurang pas.

Mengambil alih HAK anak membuat keputusan untuk diri mereka sendiri merusak PROSES BELAJAR kepemimpinan mereka. Itu terjadi kalau setiap saat anak2 hanya terima "matang" barang2 kebutuhan mereka dari orang tua.

Kompetensi yang sejalan dengan pengambilan keputusan adalah BERTANGGUNG JAWAB (Accountability) terhadap keputusan. Sama seringnya ketemu manager yg tidak berani mengambil keputusan dengan manager yang tidak mau atau menghindar terhadap hasil keputusan yang SALAH.

Dari kecil kompetensi ini dapat dibangun dengan baik. Mengambil keputusan dan SALAH bukan merupakan sebuah DOSA. Pengambilan keputusan yang salah adalah PEMBELAJARAN. Termasuk saat mereka membeli baju (pilihan sendiri) yang ternyata tidak cocok dan kurang disukai pada saat dipakai. Proses pembelajaran terhadap hasil keputusan mendapatkan momennya disini.

3. Kompentensi MENGHARGAI PERBEDAAN dan BELAJAR DARI ORANG LAIN.
Minggu lalu saya bertemu dengan seorang kawan. Kawan saya ini DENGAN SENGAJA menyekolahkan anaknya disekolah dan di tempat dimana anaknya bertemu dengan banyak hal yang berbeda. Sebuah proses yang sangat baik karena nanti saat bekerja dan menjadi pemimpin akan selalu bertemu dengan kondisi yang sama, bahwa hidup itu berwarna.

Kemampuan untuk menghargai perbedaan akan membuka pintu untuk MAU bahkan SELALU belajar dari orang lain. Sebuah kompetensi yang selalu saya temukan pada diri mereka pemimpin yang hebat.

Tiga diatas dari sekian banyak kompetensi kepemimpinan yang dapat diajarkan sejak kecil. Bisa juga diajarkan versi sederhananya: terbiasa bilang "minta tolong", "terimakasih", "permisi" dan "maaf" merupakan langkah awal membangun kompetensi kepemimpinan.

Kalau banyak orang tua melakukannya, niscaya para Leadership Development Consultant seperti saya harus siap2 kukut (merapikan) meja ganti barang dagangan.

Bagaimana anda melakukannya di rumah?

EU4U
BSDCITY280216

Tidak ada komentar: