Catatan Harian Eko Utomo
Developing Leaders: TRUST the foundation #Hal56
Mengelola program Management Trainee (MT) memberikan pengalaman yang sangat menarik dan menantang. Apalagi kalau program itu dijalankan disebuah perusahaan kelas raksasa semacam Freeport Indonesia.
Sangat menarik karena saya sebagai koordinator program harus berurusan dengan belasan anak2 fresh graduate lulusan cream de la cream universitas top tier di Indonesia. Pekerjaan yang sangat menantang karena sebelum saya pindah posisi sebagai Sect Head Training, Scholarship & MT, saya adalah salah satu pengkritik program MT yang paling radikal.
Sebagai engineer di Underground Mine PTFI, saya menyaksikan bagaimana program MT PTFI bagi saya hanyalah program buang2 waktu dan uang serta menyia2kan potensi yang dimiliki oleh para pesertanya. Peserta program pada saat job rotation dibiarkan jalan2 kluntang kluntung dan lao2 dari satu departemen ke departemen lainnya.
Dan voila! Setahun berikutnya tepatnya tahun 2002 saya pindah departemen dan salah satu job des utama adalah menjadi KOORDINATOR MT program. Persis seperti peribahasa jawa "Kuthuk marani sunduk", ikan Patin di sungai yang datang mendekat untuk ditangkap dan siap ditusuk dan dibakar!.
Menjadi koordinator anak2 MT sebenarnya sangat dinamis dan menggairahkan. Usia saya yang selisih 6 tahun dengan mereka cukup menolong untuk memahami apa yang mereka pikirkan.
Namun sebagai lulusan terbaik dari UI, ITB, UGM, ITS, Unpad dll., butuh waktu bagi saya untuk membangun TRUST di benak mereka bahwa saya layak sebagai koordinator yang membantu mereka memasuki dunia kerja.
Membangun Trust ini bukan hal yang mudah. Hari2 pertama anak2 cerdas ini memandang saya dengan alis sedikit naik dan pertanyaan "apakah Eko Utomo ini layak jadi koordinator kami?", demikian kata hati mereka yang terbaca oleh saya.
Padahal diawal saya ketemu mereka saya sudah menjual kelayakan dengan menyatakan bahwa saya juga eks MT 2 perusahaan yang ternama di Indonesia yaitu: Bank Danamon dan Pamapersada Nusantara Astra Group.
Jualan itu ternyata belum cukup meyakinkan mereka bahwa saya MAMPU dan layak jadi koordinator. Sampai pada suatu malam dalam program "English Conversation Club", saat menjalankan sebuah games yang cukup menyulitkan anak2 MT, mereka beramai2 teriak "Hayoooo pak Eko yang coba doang! Kasih contoh buat kita!".
Kurang ajar nih anak2, berani bener ini mereka mau ngerjain saya. Demikian batin saya pada waktu itu. But, NOW or NEVER, saya harus mengambil ujian ini untuk menunjukkan pada mereka bahwa saya layak dan mampu untuk menjadi orang yang mereka percayai.
***
Dalam semua proses interaksi manusia, baik di rumah, pergaulan sosial dan interaksi di tempat kerja TRUST menjadi pondasi utama. Tanpa Trust maka interaksi cenderung formal dan tidak mampu menghasilkan interaksi yang maksimal.
Trust didefinisikan sebagai "Kesediaan satu pihak dalam mengambil resiko bahwa pihak lain akan melakukan apa yang diminta" (Mayer & Davis, 1995). Jadi dalam keping uang Trust ada dua sisi, KESEDIAAN dan RESIKO.
Kalau kita memiliki Trust yang tinggi pada seseorang maka kita akan BERSEDIA untuk menanggung RESIKO terhadap apa yang diperbuatnya. Dalam kasus anak2 MT mereka butuh Trust agar bersedia memberikan resiko waktu dalam program MT mereka kepada saya. Tanpa Trust mereka tidak akan bersedia (secara terang2an atau dibelakang muka) mengikuti program yang sudah disusun.
Untuk mendapatkan Trust, seseorang harus memiliki 3 hal utama: ABILITY, INTEGRITY dan BENEVOLANCE (Mayer & Davis, 1995). Sebagai koordinator saya harus menunjukkan diri bahwa saya able (mampu) menjalankan program MT.
Integritas saya juga harus tinggi. Saat saya menuntut mereka masuk harus Sabtu untuk presentasi saya juga menunjukkan kesungguhan dengan hadir on time termasuk mengorbankan waktu main tenis saya di lapangan.
Saya juga harus mampu menunjukkan bahwa intensi saya untu menjalankan program MT karena untuk program dan anak2 dan bukan karena ada agenda tersembunyi.
Untuk memudahkan memahami dan mengembangkan Trust saya susun sebuah rumus
Trust = (Ability x Integrity) / Self Interest.
Semakin tinggi Ability dan Integritas, maka Trust semakin tinggi. Semakin tinggi Self Interest (kepentingan pribadi) maka semakin rendah Trust yang kita dapatkan.
Apa hubungannya dengan mengembangkan kepemimpinan? Agar program kepemimpinan berkembang dengan baik maka tim HR dan para Coach yang terlibat harus mendapatkan Trust yang tinggi dari peserta Leadership Development Program. Tanpa itu? ya kelaut ajeee.
***
"Mom, DP kurang nih. Aku cuma pegang uang 200 jt", kataku sambil pusing kepala.
"Masih kurang paling tidak 200 jt agar cicilan rumah tidak terlalu besar", lanjutku sambil berpikir bagaimana jalan keluarnya.
"Pinjam kawan aja pa?", kata istriku menyebut sebuah nama.
"What? 200 jt duit banyak lho!", kataku setengah mengeluh.
"Dia kan punya KEPERCAYAAN TINGGI kepada papa", istriku melanjutkan ucapannya.
"Dia pasti BERSEDIA meminjamkan uangnya". Dan yang terjadi kemudian adalah sejarah.
Butuh hutang? bangunlah TRUST!
EU4U
BSDCITY040316
Untuk para Trust Builder
Tidak ada komentar:
Posting Komentar