12 Maret 2016

Developing Leaders: SECREAT WEAPONS #Hal52


Catatan Harian Eko Utomo

Developing Leaders: SECREAT WEAPONS #Hal52

"Apa saya bisa pak?, acaranya penting banget dan banyak yang hadir termasuk BOD", anak muda yang duduk didepanku menjawab pelan penuh ragu. Aku memberinya tugas untuk menjadi MC dan seksi acara sebuah event besar di perusahaan kami. Penugasan penting untuk pertama kali.

Kondisinya cukup genting, kami hanya memiliki waktu kurang dari 2 minggu untuk mempersiapkan segalanya, mulai dari mencari tempat yang bisa menampung ratusan karyawan, menyusun acara termasuk lomba, talent performance departemen2 yang terlibat, menyiapkan hadiah yang nilainya ratusan juta untuk dibagikan ke peserta.

Yang lebih menantang adalah semua tim senior divisi kami pada saat itu "terlanjur" sudah ditugaskan untuk running acara yang juga penting di Surabaya. Tinggalah anggota Junior yang tersisa, termasuk si anak muda yang duduk termenung dengan ragu saat menerima tawaran PENUGASAN yang biasanya hanya akan diberikan kepada para seniors.

"Kamu pasti bisa, dari coaching dan penugasan2 sebelumnya kamu sudah menunjukkan proses pembelajaran yang luarbiasa dan siap untuk naik ke panggung yang lebih besar", aku pompa kepercayaan dirinya.

"Bapak yakin saya bisa?", tanyanya masih dengan keraguan.

"Yakin dong, masak aku gambling merusak tanggung jawab saya akan acara ini dengan menugaskan kamu jadi MC. Kamu gagal, saya juga gagal di mata Presdir", aku berikan dorongan terakhir kepadanya.

"Okey pak, saya siap", jawabnya dengan kepercayaan diri yang mulai tumbuh.

"Sip, nanti kita coaching beberapa topik dan persiapkan latihan dan rehersal seminggu kedepan", kataku tersenyum sambil mengajak sang anak muda salaman.

***
Semua orang tahu bahwa pemimpin, harus dikembangkan dan ditempa. Dan sebagian besar bersemangat besar untuk melakukannya. Namun hanya BEBERAPA GELINTIR pemimpin yang tahu bagaimana memproduksi dan menyirami bibit kepemimpinan dalam diri seseorang.

Dalam pengalaman saya bekerja selama 20 tahun, kalau ditanya berapa banyak bos saya pribadi atau pemimpin2 lain yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan pemimpin baru, dua tangan saya lebih dari cukup untuk menghitung mereka yang masuk dalam golongan ini.

Satu dari yang sedikit itu adalah Pemimpin cabang bank Danamon Sumedang tahun 1997, sesudah lulus didikan berbulan2 tentang dunia perbankan di Badung, saya ditempatkan dibawah kepemimpinannya.

Meeting evaluasi rutin dilakukan hampir setiap malam. Kami masing2 mendapatkan penugasan yang jelas apa, dimana dan bagaimana kami bekerja. Tidak hanya memberikan pengarahan di dalam ruangan, pak Bambang sang pimpinan Cabang Sumedang juga langsung terjun memberikan contoh bagaimana mendekati pedagang pasar agar mau menjadi nasabah kami, langsung ditengah pasar becek. Dia langsung memberikan contoh nyata bagaimana menyapa pedagang pasar dan "membujuk" mereka agar menjadi nasabah. Kami menjadi sangat termotivasi karenanya.

Pemimpin seperti ini langka, makanya 20 tahun berikutnya, 10 jari kaki saya belum dibutuhkan untuk membantu menghitung pemimpin yang punya kemampuan untuk secara sistematis mengembangkan pemimpin lain. 10 jari tangan saya masih tersisa, ini adalah kompetensi LANGKA!.

Dunia kepemimpinan bisnis, selama bertahun tahun dibuat takjub oleh dunia olahraga. Dalam ketidakmampuan dunia bisnis mengembangkan next competence leaders, dunia bisnis terpesona dengan kemampuan dunia olahraga dalam memproduksi atlet2 hebat. Semua dilakukan sistematis, terstruktur dan tanpa henti.

Kekaguman ini begitu menggelora sehingga pada tahun 80an, dunia bisnis meniru dan mengambil teknik hebat itu. Maka lahirlah teknik pengembangan pemimpin baru di dunia bisnis: BUSINESS COACHING.

Teknik coaching mendapatkan tempat dan tumbuh sumbur di dunia bisnis. Coaching cocok untuk olahraga, ternyata cocok juga untuk dunia bisnis. Pendekatan coaching yang sistematis membuktikan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan Managing dan Directing yang memang bukan dilakukan dengan kepentingan khusus untuk pengembangan kemampuan pribadi seseorang.

Sesudah belajar dan mempaktekkan coaching selama 10 tahun saya menemukan formula dan senjata rahasia untuk pengembangan kompetensi (termasuk kepemimpinan) yang berbasiskan coaching. Senjata rahasia tersebut saya namakan TARCOMA.

TARCOMA merupakan singkatan dari Training, Coaching, Mentoring dan Assingment. Saya akan jelaskan satu persatu pada catatan saya berikutnya.

***
"Terimakasih pak untuk kepercayaanya, sungguh pengalaman yang luarbiasa", pagi itu sang anak muda datang menyapa dengan wajah berseri penuh percaya diri.

"Thanks juga untuk kesungguhan dan kontribusinya untuk acara kemarin ya", jawabku sambil tersenyum.

"Pak Presdir, menyampaikan salam dan acungan dua jempol untuk kalian semuanya", aku meneruskan pujian dari big boss.

"Sama2 pak, semua berkat coaching yang bapak berikan", jawabnya sambil tersenyum lebar.

EU4U
BSDCITY280216

Untuk para Coach

Tidak ada komentar: