Catatan Harian Eko Utomo
PENDEKAR SATU JURUS #Hal60
Rafael Nadal, pendekar dari dunia tenis memiliki satu senjata pamungkas yang ditakuti lawan: forehand top spin.
Forehand top spin Nadal sungguh berbeda dibandingkan dengan forehand top spin para pemain tenis dunia lainnya. Pukulan kidal bak kincir angin diayunkan panjang dengan follow through yg dalam menghasilkan pukulan melambung yang jatuh dekat garis belakang, melambung tinggi dengan kecepatan putaran rata2 4000 rpm, 2x lipat kecepatan putaran pemain dunia lainnya
Dengan senjata andalan itu maka Nadal mantan pemain #1 dunia ini mengenggam 14 gelar Grandslam. Hanya kalah oleh Roger Federer yang mengumpulkan 17 gelar Grandslam sepanjang hidupnya.
Federer sendiri mengandalkan senjata Variety & kecerdasan membaca permainan yang luarbiasa dalam mendominasi tenis dunia tahun 2004-2007.
Servis Federer sangat akurat, diikuti pukulan forehand yang tajam dan kombinasi pukulan lainnya membuat lawan mati kutu menghadapinya.
Raja tenis 2 tahun terakhir ini adalah mas Djoko(vic). Senjata andalannya adalah Return Service yang mengubah defensif menjadi offensif dengan seketika. Musuh yang sebelumnya menyerang lengah sedikit langsung ganti diserang, kaget, kelimpungan dan kalah. Djokovic sudah menggenggam 11 piala Grandslam dan sepertinya masih akan bertambah beberapa tahun kedepan.
Ketiga pemain hebat sepanjang masa ini bukannya tidak hebat dalam melakukan pukulan diluar keunggulannya, mereka mampu. Namun yang membuat mereka jadi hebat dan menjadi sang juara adalag pukulan andalan mereka: pukulan SATU JURUS.
***
Terjadi diskusi yang menarik saat sharing session tentang pengembangan COACHING Skill yang dilakukan di kantor Freeport Tembagapura. Diantara belantara teknik dan gaya coaching yang banyak bertaburan di dunia buku & konsultan, teknik mana yang terbaik yang akan dipakai.
Mempelajari banyak teori dan teknik Coaching jelas sebuah keuntungan. Perspektif menjadi luas dan beragam. Pilihan menjadi beragam. Bosan yang satu bisa diganti dengan yang lain.
Namun untuk menjadi pemenang dalam penanaman budaya coaching yang dilakukan bukan terletak pada banyaknya teknik yang dikuasai. Namun seberapa dalam menguasai dan memahaminya serta persistensi dalam menjalannya.
Bolehkah memilih dan memilah teknik coaching yang terbaik?. Tentu saja boleh, namun tetap harus memilih. Karena namanya kecap pasti nomer 1, tidak ada kecap nomer 2. Pilih teknik coaching yang dirasa terbaik dan kemudian jadikan modal untuk menyuburkan budaya coaching di seluruh organisasi. Semua dilakukan dengan penuh persisten dan konsisten.
Punya Swiss Army Knife di kantong? Bagus dan pasti sangat berguna. Tentu saja saat kita hendak menebang pohon yang dibutuhkan hanya SATU PARANG yang tajam.
Siap melakukannya?
EU4U
BSDCITY100316
Untuk para penabur perubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar