13 Februari 2016

"BASIC MARKETING". #Hal23


Catatan Harian Eko Utomo

"BASIC MARKETING". #Hal23

"Katakan TIDAK pada KORUPSI".
Slogan ini sangat populer pada masanya. Ruang publik dihajar habis2an dengan "Promise" bahwa partai Demokrat (PD) bakal jadi garda depan dalam pemberantasan korupsi.

Entah berapa ratus Milyar biaya yang dikeluarkan oleh PD di TV, Billboard, Koran, Majalah dll sehingga sebagian besar rakyat Indonesia membeli "janji" PD bahwa mereka tidak akan korupsi. "Expectation" melambung tinggi.

Jadi saat kemudian, ketum PD, Bendahara, Petinggi Partai, Menteri2 asal PD melakukan korupsi maka "Delivery" PD tentang pemberantasan korupsi "under" terhadap "promise" mereka sebelumnya.
PD "Over Promise Under Delivery". Dan rakyat menghukumnya pada pemilu.

Masih di ranah yang sama, PKS menjual "promise" bahwa mereka partai yang agamis dan bersih. Pada saat Presiden Partai terkena kasus sapi & Pustun maka "promise" yang tidak terdeliver menjadi hukuman mereka di pemilu.

Bukannya yang korupsi bukan hanya PD & PKS? kenapa partai yang lain "kurang" dihukum olah masyarakat? Jawabannya sederhana. Karena yang lain tidak "nyaring" dalam memberikan "janji" bahwa mereka bersih maka pada saat ada "delivery" yang buruk maka hukuman relatif tidak berat.

Kalau begitu ngak perlu bikin "promise" dong. Karena hanya akan merepotkan.

Masalahnya kalau tidak ada janji maka tidak ada ketertarikan dan keterikatan. Sama persis dengan "janji" pernikahan. Kalau tidak ada janji "till the death do us part" maka tidak ada calon istri yang mau diikat.

Dalam sebuah meeting tentang "excellence customer experience", CEO kami bukannya senang saat kami bilang kami sanggup untuk melakukan one day service (pelanggan baru bisa nonton tv berlangganan dihari yang sama dengan pemesanan), malah sambil berkerut bertanya seberapa bedar keyakinan kami bisa melakukannya.

CEO ingin memastikan bahwa kami siap dan bisa 99% men"deliver" apa yang kami "promise" kepada calon pelanggan baru, kalau bisa malah lebih baik lagi.

Layanan "one day service" menjadi senjata dan daya tarik kami dalam bersaing untuk memenangkan hati calon pelanggan baru. Namun sang CEO tidak ingin itu menjadi bumerang saat kami tidak bisa mengeksekusi janji. Alih2 berlangganan, malah bisa muncul kampanye buruk mulut ke mulut tentang kami saat janji tidak terpenuhi.

Prinsip "Promise what you can deliver" dan hindari "over promise under deliver" merupakan mantra yang diketahui oleh semua tim marketing dan layanan pelanggan, termasuk pemerhati dunia bisnis. Mantra ini merupakan mantra basic marketing, semua harus tahu.

Namun seperti yang diajarkan oleh sejarah bahwa manusia tidak belajar dari sejarah, pelanggaran prinsip dasar marketing ini terulang dan terus terulang.

Dalam pemilihan ketua IA ITB yang baru salah satu timses kandidat melakukan promosi dengan menjual jargon "Jujur". Saat ditemukan bahwa mereka tidak jujur menyatakan bahwa kandidat mereka lulusan S3 padahal sebenarnya hanya lulusan S2, maka bully bertubi2 yang mereka terima.

Oleh karena itu maka "promise what you can deliver" dan "deliver what you promise".

***
"Pa, jadi ngak tahun ini jalan2 ke Eropa", tanya mama Thesa.
"Belum ada hepeng ma, kan masih kepakai untuk sekolah papa", kataku memberi alasan.
"Bukannya itu salah papa sendiri? Katanya janji lulus on time 3 tahun, nyatanya sampai sekarang belum kejadian", mama Thesa membuka janjiku 4 tahun lalu saat ambil S3.
"Ya kan, ada banyak faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan waktu ma", jawabku gaya langkah kuda, zigzak.
"Artinya janjimu palsu pa", tutup mama Thesa sambil buang muka dan memberikan punggungnya. Meninggalkanku sendirian terjaga dan ternganga.

EU4U
Bandung230116
Good night sleep tight.

Tidak ada komentar: