13 Februari 2016

JANGAN KULIAH DOKTOR #Hal35

Catatan Harian Eko Utomo

JANGAN KULIAH DOKTOR #Hal35

"Kuliah doktor dimana?", tanya seorang kawan.
"UI bro", jawabku singkat.
"Wah keren! ambil jurusan apa?", kejarnya lebih lanjut.
"Strategic Management", kataku padat.
"Wah hebat dong, keren banget tuh. Gue juga mau tuh", ujarnya penuh semangat.
"JANGAN", aku menyelak keras.

Pendidikan doktoral merupakan pendidikan formal paripurna. Tidak ada pendidikan yang namanya Strata Empat (S4), mentok pada Strata Tiga (S3).

Semua yang serba paling tinggi, dipersepsikan orang sebagai yang paling wah, paling keren dan layak untuk dikejar dengan cara apapun.

Sejak saya kuliah S3 hampir 4 tahun yang lalu, banyak sanak saudara dan handai taulan menyatakan ketertarikan untuk melakukan hal yang sama, kuliah doktoral, S3. Jawaban saya sederhana: JANGAN KULIAH DOKTOR!

Sebagai seorang Coach dan People Developer, saya sebenarnya paling semangat mendorong orang untuk maju, terlebih untuk mengambil pendidikan yang lebih tinggi. Sudah cukup banyak lulusan SMA yang saya dorong untuk mengambil S1. Cukup banyak pula lulusan S1 yang saya dorong untuk mengambil S2. Namun saya memiliki banyak alasan untuk bilang JANGAN kuliah doktor.

Jangan #1
Kuliah S3 untuk mendapatkan GENGSI. Anda (maaf) cacat logika. Gengsi itu adalah mereka yang turun dari mobil Mercy keluaran terbaru. Gengsi itu tinggal di Apartemen Sudut di bilangan Kuningan. Gengsi itu jadi CEO perusahaan besar dengan gaji yang cukup beli mobil baru tiap bulan. Menjadi doktor tidak akan memberikan gengsi.

Jangan #2
Kuliah S3 untuk menjadi PINTAR. Ini kesalahan yang sama dengan yang saya alami. Kenyataannya sesudah menjalani hampir 4 tahun dan membaca lebih dari 1000 jurnal ilmiah saya kok merasa semakin BODOH! Semakin banyak yang tidak saya ketahui. Sangat beda saat saya lulus S2, merasa paling hebat dan paling pintar kayak "lelananging jagad". Menjadi doktor menambah pertanyaan dalam pikiran anda, bukan sebaliknya.

Jangan #3
Kuliah S3 untuk menjadi KAYA. Apalagi yang ini. Untuk menjadi kaya jadilah pengusaha, bukan ambil S3. Bill Gate & Steve Job lulus S1pun tidak, tapi buruhnya ratusan Doktor. Ambil S3 malah bisa jadi MISKIN. Uang SPP 40 jt/semester. Paling cepat lulus 6 semester. 240 jt hanya SPP belum yang lain2. Coba buat jualan sate, dengan margin 20% perbulan maka uang anda jadi 1.7 M dalam 3 tahun. Alih2 makin kaya, anda jadi miskin bukan?.

Jangan #4
Kuliah S3 untuk mengejar KARIR. Anda dosen? kalau jawabannya bukan dan masih mengambil S3 untuk karir maka pantas anda bukan dosen. Kenapa? yang bodoh memang tidak layak jadi dosen. Menjadi doktor harus merumuskan teori baru!. Dan kudu orisinal saudara2. Belum harus publikasi di jurnal Internasional kelas satu. Merumuskan teori jelas beda dengan membangun kompetensi dan kontribusi untuk promosi (baca #hal34).

Jangan #5
Kuliah S3 untuk mengisi WAKTU. Ini alasan paling epic ngawurnya. Ramuan antara naif dan ignorance jadi satu. Khususnya buat mereka yang sibuk kerja namun sok punya kemampuan menyisihkan waktu. Kuliah S3 akan mengambil semua waktumu, bahkan waktu untuk buang hajat akan dirampas olehnya. Suka baca buku? Berapa banyak dalam 1 bulan? 2 buku? Itu cemen. Sekarang bayangkan, anda harus baca minimal 1 jurnal satu hari sepanjang hidupmu sebagai mahasiswa doctoral. Ssst kata banyak orang, baca jurnal ilmiah lebih alot dari baca 1 buku umum lho. Masih bilang punya banyak waktu?

Kalau anda tipe yang super keras kepala, mirip kayak badak bercula tiga. Sudah dibilang JANGAN masih main tabrak sila kontak saya. Siapa tahu saya bisa bantu singkirkan virus mau jadi doktor di pikiran anda. Atau saya akan sharing sedikit pengalaman agar anda tidak gila saat mengambil S3.

Masih nekat?
Yowis karepmu, aku ra tanggung jawab.

EU4U
BSD040216

Tidak ada komentar: