13 Februari 2016

KEPUTUSAN BISNIS #Hal30


Catatan Harian Eko Utomo

KEPUTUSAN BISNIS #Hal30

Ini merupakan keputusan yang tidak mudah. Apa yang harus saya lakukan dengan 100 ayam potong peliharaan saya? Usia ayam ini kurang dari 30 hari. Bobot masih kurang dari 1 kg. Belum layak untuk dipanen dan dijual. Mesti menunggu paling tidak satu minggu lagi.

6 bulan sebelumnya, saya membuat keputusan nekat. Uang 50 rb yang seharusnya dipakai untuk karyawisata ke Bali dengan teman2 SMA saya belokkan arah. Alih2 melihat pulau dewata, uang itu saya jadikan modal untuk membeli 100 DOC (Day Old Chicken), membuat kandang dan membeli pakan.

Selain modal uang 50 rb, modal yang lain hanyalah modal nekat. Pengetahuan yang minim hanya melihat ternak tetangga dan baca dari majalah kumal.

Dalam 2x putaran, ayam2 potong yang dihasilkan impas. Dalam 1 putaran (40an hari) hasil susah payah membersihkan tai, membeli merang, dedak, makanan ternak dan semua pekerjaan kotor sepulang sekolah hanya cukup untuk jadi modal untuk putaran berikutnya.

Putaran ke-3 lain ceritanya. Penyakit berak hijau menyerang. Seharusnya ayam diberi vaksin saat masih kecil, saya baru tahu sesudah beberapa ayam mati di kandang. Tai warna kehijauan bertebaran dimana2.

Pilihan hanya 2, jual rugi ayam pada usia muda atau lanjut pelihara sampai layak jual namun dengan resiko makin banyak yang kena berak hijau dan mati.

Sebagai anak SMA usia 15 tahun saya membuat keputusan bisnis pertama, jual rugi dan menutup bisnis peternakan saya. Uang modal 50 rb sesudah 6 bulan menjadi 20 rb!. Lumayan masih bisa dipakai untuk sewa Kho Ping Hoo selama 3 bulan kedepan, walau harus menunggu 15 tahun berikutnya untuk bisa menginjakkan kaki ke pulau Dewata.

***
Bisnis besar dan kecil berkembang dan tidaknya ditentukan oleh STRATEGI. Pada lembaga non bisnis seperti pemerintahan strategi diberikan nama KEBIJAKAN.

Strategi itu sendiri adalah serangkaian aliran keputusan2 penting yang diputuskan oleh manajemen atau serangkaian kebijakan2 yang ditetapkan pemerintah.

Keputusan berkualitas dihasilkan oleh proses pengambilan keputusan yang RATIONAL COMPREHENSIVE. Rational artinya menggunakan pendekatan diskusi ilmiah dan Comprehensive artinya proses pengambilan yang terjadi melalui fase IDENTIFIKASI masalah, mencari OPSI, MEMILIH opsi dan melakukan INTEGRASI hasil keputusan.

Langkah2 pengambilan keputusan di atas harus dilewati dengan intensif kalau mau menghasilkan keputusan yang berkualitas.

Bisnis tidak hidup di ruang hampa. Ada persaingan untuk menuju kemenangan. Keputusan komprehensif diatas harus dilakukan dengan CEPAT. Kalau lambat akan ketinggalan oleh kompetitor atau kontekstual yang berpengaruh sudah berubah.

Dua hari yang lalu saya pulang kerja naik taxi. Di Semanggi kami dihadang kemacetan. "Seharusnya jalan layang yang mau dikerjakan oleh pak Ahok dibangun 20 tahun lalu pak, tidak menunggu macet parah seperti sekarang ini", pak sopir mengeluarkan uneg2nya.

"Setuju pak", jawabku singkat. Sopir taxi yang cukup berumur ini ternyata sebal juga dengan kemacetan yang dihadapinya setiap hari.

"MRT dan LRT yang dibangun pak Jokowi dan pak Ahok itu seharusnya juga dibangun 20 tahun yang lalu. Biar lalu lintas lancar seperti jaman tahun 80an", pak supir melanjutkan keluhannya.

Untuk urusan studi kelayakan saya percaya Indonesia tidak kekurangan ahlinya. Kita punya Bapenas, belum lagi LIPI. Masih ada lagi lembaga2 penelitian dibawah perguruan tinggi ternama macam UI, ITB, UGM, ITS dlsb.

Yang dibutuhkan cuma satu, seorang pengambil kebijakan yang dengan CEPAT mengeksekusi studi2 yang sudah dilakukan secara KOMPREHENSIF sebelumnya.

Kalau sekarang penghapusan subsidi dilakukan, berbagai infrastruktur dibangun, aturan dan iklim investasi diperbaiki, ketahanan pangan di galakkan adalah bentuk eksekusi CEPAT yang terlambat.

Bagaimana dengan resiko? Misalnya Kereta Cepat Jakarta Bandung? Kalau rugi bagaimana dengan BUMN yang ditugaskan?

Setiap keputusan pasti ada resiko. Bisa baik dan bisa buruk. Sama seperti anak SMA usia 15 tahun mengambil keputusan menggunakan uang darmawisata 50 ribu untuk untuk memelihara ayam. Rugi 60% hanya dalam waktu 6 bulan bagian dari resiko yang harus diterima.

Namun jelas bahwa pemerintah punya segepok studi dan yang penting BENCHMARK yang valid untuk dicontoh sebagai upaya meminimalkan resiko. Sebuah negara bernama CHINA. Yang semboyan mesin kemajuan bangsa sederhana: INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR dan INFRASTRUKTUR.

Kapan harus dimulai? SEKARANG!. Karena keputusan sekomprehensif apapun kalau tidak dijalankan hanyalah jadi buku berdebu di lemari.

Pemenang adalah mereka yang memutuskan, mengambil tindakan dan siap dengan resiko yang datang. Selain itu hanyalah pecundang.

EU4U
BSD310116

Tidak ada komentar: