13 Februari 2016

STRATEGIC ENTREPENEUR #Hal28


Catatan Harian Eko Utomo

STRATEGIC ENTREPENEUR #Hal28

Pertandingan tenis yang seru. Sesudah melakukan rally yang cukup panjang akhirnya saya bisa membuat lawan terpojok. Posisi lawan ditengah lapangan, bola yg datang aku volley ke arah kirinya di pojok lapangan, cukup jauh dari posisinya.

Lawan mengejar bola, namun aku yakin dia tidak cukup punya waktu. Bola hampir jatuh ke lapangan. Tiba2 lawan memindahkan raket ke tangan kiri dan memukul bola menyusur garis jatuh ke lapanganku tanpa sempat aku kejar.

Game set! Kali ini aku kalah karena terkejut dan tidak menduga lawan bisa main tennis dengan tangan kanan dan tangan kiri. Keahlian seperti ini dinamakan Ambidextirity, kemampuan menggunakan kedua buah tangan.

Mantan pemain tenis #1 dunia Rafael Nadal sesungguhnya Right Handed person, namun saat bermain tennis Nadal menggunakan tangan kiri. Contoh kelas dunia dari seorang ambidex.

Suka nonton atau membaca serial "Memanah Rajawali"?. Ciu Pek Thong alias Bocah Tua Nakal yang ahli memainkan pedang dan jurus dengan menggunakan tangan kiri dan kanan, bahkan dalam waktu yang bersamaan. Contoh sempurna seorang ambidex.

Hanya 1% dari manusia di dunia yang "naturally born" sebagai ambidex. Kanan kiri okey. Adat, aturan dan agama yang cenderung memuliakan penggunaan tangan kanan memperkecil pengembangan orang2 yg lahir ambidex untuk melatih diri dan unjuk gigi.

***
Dalam dunia bisnis, organisasi (orang dan sistem) untuk tumbuh dan berkembang butuh dua hal: kemampuan untuk melihat peluang (opportunity seeking) dan kemampuan memperkuat keunggulan (advantage seeking).

Yang menjadi menarik adalah dua kemampuan yang menjadi syarat mutlak perusahaan berkembang ini sifatnya cenderung diametrical. Keduanya berada dalam dua kutub yang berbeda.

Kalau opportunity seeking hebat, tangkas menubruk peluang maka kemampuan untuk mengembangkan lebih jauh dalam persaingan jangka panjang (advantage seeking) lemah.

Disisi lain, perusahaan yang sudah establish dan berukuran besar sangat kuat dalam advantage seeking. System dibangun kokoh, organisasi solid, karyawan handal namun sering terlewat saat ada peluang yang mampir.

Konsep ini menjelaskan mengapa para pelopor bisnis hebat yang bertemu saya di sesi konsultasi mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnis lebih lanjut.

Bisnis mereka mentok pada langit2 imajiner konteks opportunity seeking. Ada yang berkutat pada revenue 50 M pertahun, ada yang berkutat pada marketing sales 100 M setahun dalam jangka waktu yang lama (3-5 tahun).

Para business owner ini sangat hebat dalam opportunity seeking behavior. Mereka jago melihat peluang dan mengeksekusinya menjadi bisnis. Namun mereka lemah dalam menjaga pertumbuhan dan memperkuat organisasi.

Solusi? Yang paling cepat dan sederhana mereka belajar dari Rafael Nadal. Bahwa advantage seeking behavior bisa dan harus dikembangkan dalam organisasi.

Oleh siapa? business owner sendiri? Bisa iya dan bisa tidak. Kalau advantage seeking dikembangkan sendiri secara pribadi, terjadi kecenderungan akan memperlemah opportunity seeking behavior.

Pilihan yang masuk akal adalah menggandeng seseorang (beberapa) yang memiliki advantage seeking yang kuat. Business owner jadi striker dan somebody else yang jadi kiper.

Pengusaha muda
Mau mencoba?

EU4U
BSD290116

Tidak ada komentar: