13 Februari 2016

"How Low Can Price Go?". #Hal31


Catatan Harian Eko Utomo

"How Low Can Price Go?". #Hal31

"Mom, gue dah kelihatan ramping blum?", tanyaku ke istri selesai pakai baju.
"Ramping apaan!", jawab istriku sedikit menyebalkan.

"Ini sudah turun 8 kg Mom. Sudah bisa pakai celana lama 2 nomer di bawah dari sebelumnya", aku coba meyakinkan istriku bahwa program penurunan berat badanku sukses dan berhasil.

"Ramping dari Hongkong! Papa turunin lagi 10 kg baru bicara ramping", jawab istriku menandaskan.
Baginya turun 8 kg dari 89 kg bukanlah sebuah prestasi, apalagi untuk bisa dibilang ramping.

***
Dunia persaingan bisnis sangat kejam, itu tidak diragukan. Segala macam cara dan strategi dibangun dan dieksekusi untuk memperebutkan hati pelanggan.

Salah satu cara yang paling sering dilakukan adalah dengan cara menurunkan harga. Kalau ditanya kenapa strategi ini yang dilakukan, mereka akan menjawab ya karena strategi bersaing mereka adalah "Cost Leadership". Mereka menerjemahkan strategi cost leadership (Porter, 1984) dengan cara menurunkan harga produk mereka serendah-rendahnya. Lebih rendah dari pesaing.

Operator telephone GSM XL, memulai perang harga pulsa dan sms pada awal tahun 2000an. Iklan media yang provokatif menjadi andalan. Kompetitor menanggapinya dengan strategi yang sama, menurunkan harga lebih rendah lagi. Dan "price war" terjadi. Siapa pemenangnya? XL. Korbannya adalah operator2 kecil yang tidak kuat modal.

Banyak perusahaan menerjemahkan strategi "cost leadership" dengan cara yang salah. Mereka hanya melihat bahwa harga murah dilakukan pada perusahaan cost leadership untuk memenangkan persaingan dan meningkatkan volume penjualan. Yang terjadi perusahaan mundur dan hancur.

Cost Leadership (kepemimpinan biaya) adalah keunggulan sebuah perusahaan dibandingkan perusahaan lain karena proses mereka dalam memproduksi barang dan jasa, membutuhkan biaya LEBIH RENDAH dibandingkan dengan kompetitor.

Dengan ongkos produksi yang lebih murah dibandingkan kompetitor maka perusahaan bisa menetapkan harga yang lebih rendah TANPA MENCEDERAI margin keuntungan yang sudah ditetapkan. Kompetitor tidak bisa melakukannya karena mereka akan rugi menjual barang dibawah ongkos produksi.

Hilangnya lemak 8 kg dari perut saya, bukan sebuah prestasi yang memancarkan refleksi ramping di kaca. Karena berat 81 kg dengan tinggi kurang dari 170 cm jelas masih sangat ndut. Kalah ramping dibandingkan dengan Reza Rahardian apalagi Brad Pitt.

Jadi how low can price go? tergantung seberapa efisien organisasi anda dibandingkan dengan tetangga.

Selamat berdiet. Kondisi ekonomi sekarang ini waktu yang tepat untuk mengurangi lemak di tubuh organisasi anda.

EU4U
BSD310116

Tidak ada komentar: