14 Februari 2010

On your mind! (Yogya sharing Part 1)


Apa yang paling tidak disukai oleh orang yang sedang tenggelam dalam kesibukan kerja? -sakit penyakit-. No......saya tidak bermaksud bilang bahwa orang yang tidak sibuk kerja menyukai penyakit. Maksud saya adalah bahwa orang yang sudah pusing dengan pekerjaan, dan merasa berton-ton tugas menumpuk diatas kepalanya pasti paling tidak mau ditambah dengan penyakit yang menganggu. Apalagi penyakit yang tidak elit dan tidak cukup menjadi alasan untuk ijin sakit seperti mencret. Yup........sejenis penyakit yang agak sedikit memalukan untuk disebutkan. Pada bulan Desember penyakit jelata (emang penyakit elit itu apa ya? kangker?stroke?... hiiiiiiii ngak mau juga) melanda tubuh yang sedang (atau merasa) sibuk dan susah sekali disuruh pergi dengan obat2 dari konter apotik.

Berhubung ngak enak dilihatin anakbuah karena harus sering antre dikamar mandi kantor maka dengan terpaksa saya membawa penyakit ini kedokter. Dokternya sendiri masih muda, sopan dan baik hati. Dan yang paling oke adalah mau mendengarkan kisah dan keluh kesah pasien (suatu kualitas langka pada diri dokter jaman sekarang). Setelah dengan seksama menanyakan apa yang terjadi sebelum penyakit mendera termasuk makanan yang masuk ke mulut maka dengan hati-hati pak dokter muda berkata "pak Eko, yang namanya sakit perut itu tidak hanya disebabkan oleh makanan dan bakteri. Namun stress karena suatu hal juga bisa menyebabkan gejala yang sama yang dinamakan penyakit "psikosomatis". "Tepat sekali dok, terus terang dalam beberapa minggu ini saya sedang diganggu oleh beban pekerjaan" dengan cepat saya membenarkan perkataan pak dokter. Senyum lebar mendominasi muka sang dokter, mungkin dalam hatinya dia berkata bahwa cara dia menyampaikan diagnosis yang hati2 ternyata malah langsung disamber dan di setujui oleh pasien.

Hmmm konfirmasi sang dokter yang telak mengenai ego dan keangkuhan master NLP seperti saya. Bagaimana ngak memalukan kalau bertahun2 belajar mengontrol pikiran dengan teknik2 mutakhir NLP kok bisa kecolongan sakit psikosomatis he he he .......jelas bukan metaphore yang layak untuk diceritakan didepan kelas saat workshop. Malam itu juga proses "menggarap pikiran" untuk menetralkan beban dengan intensive segera dilakukan......daripada melanjutkan penyakit mencret kan berabe. Wuuuuuh proses netralisasinya kasus ini ternyata bukan barang mudah. Butuh perjuangan dan ketetapan hati untuk bisa menetralitas emosi antara 2 pilihan: meninggalkan team yang masih butuh bimbingan atau menerima tawaran pekerjaan lain yang aduhai!

"Pa...........brrrrr" lagi asik memproses diri terdengar panggilan dari sebelah kasur. "Kenapa ma?" tanyaku melihat mama Jason yang meringkuk kedinginan dipojok ranjang?". "Ngak tahu nih pa, aku kok merasa makin lama makin kedinginan brrrr" katanya sambil makin meringkukkan badan dan memegang erat2 cover bad yang menyelimuti badannya. "Kamu sakit ma?" kataku sambil memegang dahinya. Dahi dan keseluruhan badannya dingin sekali, wajahnya pucat persis seperti wajah pendaki yang sedang kedinginan di puncak gunung. "Ngak tahu pa, aku ngak sakit apa2 kok tahu2 aku kedinginan sendiri seperti ini". "Coba kamu ingat2 apa yang terjadi ma?" telisikku mencoba mencari asal muasal kedinginan ekstrim yang melandanya. "Ngak ada apa-apa, cuma hari2 ini aku stress lihat papa stress mikirin tawaran kerja itu!" Walaaaah.....lha kok penyakit psikosomatis menular, jan njelehi ini.

"Pa, dingin sekali" keluh mama Jason perlahan. "Ma, ini bukan penyakit, kedinginanmu itu berasal dari pikiran. Masih ingat ngak dengan konsep -Mind & Body are integrated- yang pernah kita diskusikan dulu?" tanyaku sambil berguling mendekati dirinya. "Iya, ini dingin sekali pa, aku ngak bisa tidur" keluhnya lagi. Saking dinginnya terlihat tubuhnya bergetar. "Oke, aku bantu proses ya, ikutin apa yang aku ucapkan" sambil berkata aku peluk tubuhnya dan aku dekatkan mulutku di telinganya. Dingin tubuhnya menyebar dan merambat ketubuhku yang mendekapnya. "Tarik nafas............keluarkan, santai....dan rileks.Tarik nafas lagi mmmhhh dan keluarkan perlahan wuuuuuuuh. Bayangkan tahun 96 saat kita ikut camp pemuda di Puncak. Bayangkan peristiwa dimalam terakhir sebelum pulang ke Bandung, kita duduk2 didepan api unggun...........lihat api unggun yang menyala besar menjilat langit, lihat warnanya yang merah membara. Dengarkan suara gertak kayu yang terbakar dan suara kita sedang bernyanyi bersama-sama. Dan rasakan panasnya api unggun yang membakar, wuuuuh rasakan panas api unggun yang makin lama makin panas seiring dengan makin tinggi api membara. Rasakan percikan anak api yang meloncat2. Panas yang hampir2 melepuhkan kulit, dan hawa panas yang menampar muka.........duuuuuh panas nian api unggun ini.......sungguh terasa membakar.......".

Tubuh dalam pelukan berhenti mengigil dan diganti dengan tarikan nafas yang teratur. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Hmmm konsep mind and body are integrated untuk kesekian kali terbukti. Kedua dimensi ini saling mempengaruhi dengan cara yang luarbiasa. Sambil sedikit menggesar tubuh aku lirik jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. Hmmm.........back to my own psikosomatis, tarik nafas panjang dan mencoba melihat dari titik pandang netral: stay with current team? great, akan banyak hal yang akan kita lalui bersama, banyak project dan pekerjaan yang bisa kita ambil. Banyak moment sharing ilmu dan kompetensi yang bisa kita kerjakan. Get the new job? great, ketemu dengan banyak teman baru. Mendapatkan challange baru yang sangat menantang, membangun sistem people development untuk 10.000 karyawan, dapat gaji baru yang bagus..................so, apa yang harus dikawatirkan? 2 pilihan yang sangat baik ada didepan mata. Apapun yang akan diambil akan mendatangkan sukacita................wuuuuuus bunyi nafas panjang keluar dan kemudian yang ada adalah sunyi dan mimpi..

Feb
BSD pagi hari
Eko Utomo untuk Anda

NLP: Neuro Linguistic Programming (konsep pemberdayaan diri)

Hmmmm rugi kalau saya tidak ambil dia.....(sukses dalam interview)


"Pak Eko, tanya dong...........bagaimana sih caranya agar kita sukses saat interview?". Pertanyaan sejenis dengan segala macam variasinya sering banget muncul dalam interaksi sehari-hari. Hari Jumat 2 hari lalu seorang ibu muda yang baru menikah melontarkan pertanyaan ini karena sedang bersiap2 interview di kota dimana suaminya berada. Pagi hari tadi, dengan penuh antusias anak mahasiswa ITB tingkat akhir juga melontarkan pertanyaan yang sama saat workshop leadership berlangsung.

Alasan mereka menanyakan hal itu ke saya juga tidak jelas benar......lha wong saya juga ngak pernah balik bertanya kepada mereka kenapa mereka tanya ke saya. Yang ada hanyalah asumsi bahwa mereka mungkin melihat saya termasuk golongan orang yang "sukses" wawancara karena sudah 7 kali lolos wawancara dan mendapatkan pekerjaan baru sepanjang 14 tahun karir sebagai kuli perusahaan. Asumsi saya yang kedua mungkin penanya melihat saya sebagai orang HR yang tahu rahasia keberhasilan melewati proses wawancara atau dengan istilah lain memiliki "insider information". Asumsi yang ketiga mungkin mereka melihat saya sebagai fasilitator yang sering sharing berbagai macam topik kepemimpinan dan managerial jadi dianggap "cukup layak" untuk didengarkan pendapatnya tentang hal ini.

Mendapatkan pertanyaan seperti ini biasanya saya akan ajak sang penanya untuk masuk dalam alam pikiran interviewer. "Coba kalau sampeyan yang menjadi pewawancara apa yang membuat Anda menyatakan seseorang lulus atau tidak" dan biasanya sesudah merenung sejenak maka jawaban yang muncul adalah "kalau saya mewancarai orang maka mereka yang lulus adalah yang sesuai dengan kebutuhan saya dan akan memberikan benefit/keuntungan buat departemen atau perusahaan saya". Bingo!.........titik inilah titik kesepakatan kami mengenai proses wawancara. Segala macam proses yang lain hanya sebagai alat penguat agar diri kita sebagai orang yang di interview cocok dengan kebutuhan dan bisa memberikan value kepada user dan perusahaan yang hendak merekrut kita.

"Pak Eko, kalau kita ditanya dengan kalimat semisal -coba ceritakan tentang diri Anda- bagaimana caranya kita harus menceritakan diri kita pak" tanya sebut saja Butet hari Jumat pagi. "Oke, bagaimana kalau kita kembali pada titik awal yang sudah kita sepakati diatas? apakah cerita tentang diri kamu memperkuat premis bahwa Anda cocok dan akan memberikan benefit?" tanya saya balik kepada Butet. "Hmmmm kelihatannya sih enggak pak, soalnya saya juga ngak tahu benar sebenarnya yang dibutuhkan oleh mereka itu apa!" jawab Butet sambil sedikit bingung. "Terus apa yang bisa kamu lakukan agar kamu bisa tahu tentang hal itu?" desak saya. "Sebenarnya saya bisa tanya ke mereka pak, tapi kalau merekanya tanya duluan kan saya harus menjawab?" lanjut Butet setengah bertanya. "Bisa ngak kita bilang sambil minta maaf ke mereka untuk bertanya terlebih dahulu?" pancing saya lebih lanjut. "Hmmmm emang bisa ya pak?" kali ini Butet menjadi tambah penasaran. "Bisa! dan bahkan seringkali pihak Interviewer bergembira menjelaskan hal itu" kata saya setengah tersenyum membayangkan proses interview pribadi saya dengan beberapa pihak. "Nah, sesudah mendapatkan informasi tentang kebutuhan mereka, cerita tentang pribadi kita sebagai orang yang diinterview kita pusatkan kepada hal2 yang akan memenuhi kebutuhan pihak yang akan merekrut kita" sambung saya memberikan penekanan.

"Waaaah, selama ini saya ngak terfikir tentang hal itu pak Eko" kata Butet gembira. "Satu lagi pak, biar ngak tanggung, perlu ngak kita ceritakan hal2 yang baik dari diri kita kepada pihak interviewer" kata Butet semangat. "Butet, kalau kamu sedang butuh daging sapi untuk buat rendang mau ngak kamu dikasih daging ayam?" tanya saya sambil tersenyum. "Ya tidak pak, mungkin bisa kali ya rendang ayam.....tapi tetap lebih enak rendang sapi he he he" gurau butet menangkap analogi saya.

"Pak, masih penasaran nih, kan sering tuh di artikel2 HR disarankan bahwa kita harus berpakaian rapi, berbahasa yang sopan dlsb pada saat interview........kalau yang seperti itu bagaimana pak?" tanya Butet yang sepertinya tidak ingin gagal di interview minggu depan. "Jawabannya sama boss, apakah tindakan dan persiapan kita tadi "memperkuat" image bahwa kita cocok dengan kebutuhan dan akan memberikan benefit apabila direkrut dari sudut pandang mereka. Kalau memperkuat "lakukan!" kalau memperlemah jelas "tinggalkan!" jawab saya sambil tersenyum simpul melihat semangat ito Butet satu ini.

Bandung 30 Jan 2010
Eko Utomo untuk Anda

Membangun Perilaku (memujimu setulus hatiku part 2)


Pulang kerja setiap malam menjadi ritual yang ditunggu, indah dan menyegarkan. Kenapa moment ini ditunggu-tunggu? sebab demikian mobil parkir di halaman maka dari dalam rumah menghambur dua sosok kurcaci yang paling indah di dunia dengan teriakan khas mereka "papa dataaaaaaaaaang!". Teriakan itu begitu indah terdengar ditelinga dan menyegarkan badan lungkrah dan pikiran kusut diguyur berember2 kerjaan di kantor.

"Anak papa yang cantik ini pintar sekali, makasih ya Tesa!" kataku begitu Tesa selesai mencopot sepatu dan kaos kaki serta meletakkannya di rak dipojok teras rumah. Sejak 3 bulan yang lalu, secara mendadak Tesa membantu mencopot sepatu tanpa diminta, dan sejak saat itu maka ritual ini berlangsung setiap malam sepulang kerja. Senyum Tesa segera mengembang bak bunga matahari diterik siang saat papanya memberikan pujian tulus "Makasih Tesa ya....sudah membantu papa mencopot sepatu papa" sambil mencium kepalanya. Dan kelihatannya Tesa menjadi pihak yang ikut menikmati ritual mencopot sepatu tanpa diminta cukup dengan ucapan "anak cantik papa yang baik...."

Asisten kami mendapatkan kontrak kerja khusus, salah satu clausal dalam kontrak tadi menyatakan bahwa dia mendapatkan hak cuti sehari dalam seminggu. Dan hari selasa menjadi hari yang sibuk bagi kami sekeluarga, berhubung asisten cuti dan baru kembali siang hari maka pada pagi hari semua sibuk luarbiasa. Papa Tesa sibuk untuk berangkat ke kantor, sementara mama Tesa sibuk menyiapkan makan dan menyiapkan keperluan sekolah Tesa dan Jason. Yang luarbiasa, dengan keterbatasan komunikasi verbalnya Tesa dengan sigap membantu memandikan adiknya dan bahkan memasang baju Jason sekaligus. Tesa tidak berhenti disitu, pulang sekolah Tesa segera mengambil baju jemuran dan segera pasang kuda2 untuk mensetrika pakaian. Semuanya dilakukan oleh Tesa tanpa perintah kami orang tuanya. Kami hanya bisa menerka2 bahwa Tesa sebagai anak sulung memiliki kecenderungan untuk "lebih dewasa". Satu2nya hal yang kami lakukan saat Tesa mengerjakan semua hal hanyalah mengucapkan "terimakasih Tesa, anak papa yang cantik ini memang pintar!", dan Tesa akan menjawab "sama-sama papa" dan bertambah semangatnya untuk mengerjakan tugas2 itu.

Malam ini mak Erni, tukang urut langganan kami tidak bisa datang karena sudah fully booked! dan berhubung seharian mengajar diworkshop maka betis kanan dan kiri jelas kelelahan menyangga tubuh yang sedikit overweight (menghibur diri mode on). Segera setelah minum teh manis maka kalimat pertama yang keluar dari mulut adalah "ma, kalau aku rasa-rasakan, pijatanmu itu tidak kalah dari mak Erni lho! bahkan pijatnmu lebih syahdu rasanya..............." dan segera mengambil posisi menyelonjorkan kaki ke depan mukanya.

BSD City, 28 Jan 2009
Eko Utomo

Memujimu dengan setulus hatiku


Hari minggu jam 10 pagi di Gramedia jalan Merdeka Bandung penuh sesak, dari sudut ke sudut dipenuhi oleh pembeli dan para mahasiswa serta pelajar yang berkantong tipis namun berbetis tebal dan kuat siap berjam-jam belajar di Gramedia sambil berdiri. Diantara manusia yang berjubel itu berdiri seorang mahasiswa tingkat akhir ITB yang menghabiskan hari minggu di perpustakaan keren dan dingin yang dinamakan Gramedia itu. Mahasiswa Tomi tidak mempedulikan sekelilingnya, matanya yang digayutin kacamata minus dengan serius menatap buku yang sudah sejak 30 menit yang lalu dibacanya. Sekelebat buku bersampul pink dan bergambar hati itu berjudul "Memenangkan Hati Perempuan!". Biasanya Tomi langsung menuju ke lantai 3 untuk mencari komik Chinmi atau the Pitcher, namun saat melewati lantai 2 mau menuju lantai 3 matanya tersangkut di buku warna pink ini.

Tahun 1996 ini usianya sudah masuk 23 tahun, disela2 kesibukannya mengerjakan Tugas Akhir (skripsi) Tomi mempunyai target lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu mencari PW (Pendamping Wisuda) yang akan menemani wisuda awal tahun depan atau syukur2 bulan Oktober tahun ini juga. Untuk urusan yang satu ini Tomi cuma bisa garuk2 kepala. Lebih dari 4 tahun dirinya kuliah dan hidup di Bandung propasal PW satu kali ditolak dan satu kali tidak sempat disubmit karena keburu disamber orang lain. Garing juga kali ya kalau wisudah ngak ada PWnya, demikian Tomi berkeluh didalam hatinya. "Nah........mungkin buku bersampul pink ini bisa membantu memberikan jalan keluar" batinnya girang.

"Jadilah manusia yang menyenangkan" demikinan subjudul pertama yang dibacanya. "Wah............gampang di baca tapi sulit dilakukan tuh" sungut Tomi dalam hati. "Hal utama yang harus dilakukan untuk menjadi manusia yang menyenangkan adalah jangan pelit memberikan pujian. Semua manusia terlebih wanita sangat suka dengan yang namanya pujian" hmmmm.....makin menarik nih gumam Tomi dalam hatinya. "Berikan pujian yang tulus dan benar, karena wanita tahu persis mana pujian yang tulus atau pujian palsu yang tidak berdasar" kali ini alis Tomi berkerut hampir ketemu kiri dan kanan berusaha mencerna kalimat di buku pink itu. Lha, tidak semua wanita kan cantik kayak Sophia Latjuba, terus apa yang harus dipuji..............??? kacamata yang melorot di atas hidung tidak dirasakan oleh Tomi yang sedang mencoba menerima kalimat provokatif dari buku. "Jangan hanya fokus pada kecantikan wajahnya, perhatikan segala sesuatu didirinya, apakah senyumnya, giginya yang cemerlang atau perbuatannya yang menawan!, temukan fakta dan kebenaran itu dan berikan pujian yang tulus. Anda pasti akan menjadi pribadi yang menyenangkan!". Eureeeeeeeeeka sambil senyam senyum sendiri Tomi bagaikan Archimedes menemukan hukum berat jenisnya yang terkenal itu. 'Patut dipraktekkan nih" bisik Tomi didalam hatinya.

Minggu berikutnya di GKI MY Bandung, 'pagi Rina, wah....bajumu bagus dan serasi dengan sepatumu" sapa Tomi kepada Rina yang berpapasan di tangga. "Hi La, pagi ini senyummu manis banget......lagi bahagia ni yeee.......goda Tomi kepada Lara yang duduk dibelakangnya saat kebaktian". Kebaktian usai 1.5 jam berikutnya dan Tomi menuruni tangga bersama-sama dengan Voni gadis manis anak Unpad ekonomi. "Voni, btw kok aku baru memperhatikan ya kalau alismu hitam tebal dan bagus" puji Tomi. Voni yang dipuji hanya tersipu malu karena baru kali ini ada cowok muji alisnya. Saat keluar dari gereja Tomi melihat Jane sedang berjalan sendirian mencari angkot....."Jane, mau numpang aku naik motor ngak? daripada sepatu barumu yang keren itu basah kena air bekas hujan" ajaknya kepada Jane.

Dan sejak saat itu selama 2 minggu berturut2 Tomi mencoba mempraktekkan isi buku warna pink. Dan luarbiasanya ternyata memang sangat mudah untuk menemukan kelebihan seorang wanita kalau dia mau mencarinya, walaupun wanita itu selama ini dia anggap biasa-biasa saja. Dan perkembangan hubungannya dengan teman2 wanitanya juga menjadi makin baik, seringkali mereka menjadi tersipu-sipu saat Tomi mendekati mereka, entah apa maknanya Tomi sendiri juga tidak tahu.

"Tom, sini Tom.............." Tomi mendengar seseorang meneriakkan namanya sebelum dia meluncur meninggalkan GKI MY. Di lihatnya Ira, teman baik yang cukup senior secara umur memanggilnya dari dalam rumah gardu. "Ada apa Ra?" tanya Tomi sesudah memarkirkan kembali motornya dan berjalan memasuki gardu. "Sini Tom, aku mau bicara sama kamu" kata Ira sambil tersenyum manis. "Ira, kamu memilki senyum putih yang luarbiasa lho....gigimu rapi dan cantik" kata Tomi saat duduk disebelah Ira. Sambil tetap tersenyum Ira memegang pundak Tomi, keakraban yang terjalin karena Tomi merupakan teman Ira, adik Ira dan kakak Ira dan bahkan sering tidur dirumah kontrakan mereka. "Tom, sebenarnya kamu ini senang sama siapa sih?" tanya Ira sambil tetap senyum. "Lho, apa maksudmu Ra?" gantian Tomi yang bertanya keheranan. "Bukankah kamu tahu cewek yang gue taksir sudah di sabet teman kita yang lain" kata Tomi sambil tersenyum kecut. "Gini Tom...........aku mendapatkan banyak sharing dari teman2 wanita karena mereka bingung sebenarnya kamu ini suka sama siapa sih??". "Lho......" mulut Tomi terbuka persis seperti ikan mas koki yang kurang makan. "Teman2 wanita merasa kamu sedang mendekati mereka......namum mereka bingung karena mereka melihat kamu melakukannya kebanyak wanita!".

Dan saat itu juga Tomi sadar bahwa eksperimen praktek buku pink harus dia hentikan segera! gampang memang untuk mencari pujian yang tulus.....cuma salah praktek kali ya!

BSD City, End of Jan 10
Djokovic Vs Tsonga
Eko Utomo

Episode Mak Erni!


"Waduuuuh sakiiiit" pemilik badan kelas penjelajah yang cukup keras dan liat itu bagaikan tahu gembus yang empuk di jari kurus dan kecil itu. Latihan Badminton, Tennis, Volley, Taekwondo dan bahkan Karate tidak mampu melawan jurus Driji Maut. Lincah bak Jet Lee di film Wong Fei Hung, jurus Driji Maut mampu menyelesup diantara pertahanan yang kokoh dari urat dan otot yang dikencangkan untuk menahan serangan. Menghadirkan sensasi kesakitan tak terkira yang menggetarkan seluruh syaraf sakit di sel2 otot yang kena sentuh. "Aduh mak..........." sekali lagi papa Thesa sang pemilik badan minta ampun dan keringanan agar intensitas jurus Driji Maut bisa sedikit diturunkan.

Perkenalkan sang pemililik jurus maut.......Mak Erni. Demikian jawabannya saat kami tanya siapa namanya. Sekitar 6 bulan yang lalu kami sekeluarga pindah ke BSD dari Cibubur. Dan berhubung terbiasa dengan yang namanya urut mengurut maka action plan di minggu pertama adalah minta security untuk memanggilkan tukang urut yang populer didaerah BSD bagian Nusa Loka. Dan malam itu muncullah seorang nenek tua yang berbadan kecil dan pendek, ya.....patut untuk dipanggil nenek karena memang sudah punya cucu dan menurut pengakuannya umurnya sudah 64 tahun! Secara bentuk fisik akan membuat kita mudah underestimate kemampuan dia dalam urut mengurut. Namun bersiaplah untuk ditegur tetangga saat jari jemarinya sudah bermain di badan kita bak jari pianis diatas tuts......bukan suara merdu yang keluar dari mulut tapi teriakan nyaring kesakitan yang menggedor tetangga. Urut mengurut memang mirip judul buku jaman pujangga baru "sengsara membawa nikmat"

Menurut pengakuannya, mak Erni asli orang Serpong, tepatnya adalah betawi Serpong yang rumah dan ladangnya dijual ke pengembang dan kemudian menjadi cluster Neo Catalonia yang kami huni sekarang. Sedangkan mak Erni sendiri tinggal di perkampungan di depan Cluster yang dihuni oleh bekas pemilik tanah di Serpong. Seperti juga orang betawi lainnya, logat dan cara berbicara mak Erni sangat khas, keunikan itu ditambah dengan kebiasaan berbicara latah terlebih2 saat sedang mengurut disambil nonton film action. "Eeeeee Kambing, Eeeee Pistol, Eeeeeee luka, Eeeeee Ciat dlsb" tumpah ruah keluar dari mulut Mak Erni yang sudah sedikit peyot dimakan usia.

Sore itu sopir pribadi keluarga berprofesi ganda memanggil Mak Erni untuk membantu meluruskan urat2 yang sudah pada pabaliut tertekuk sana sini karena mengantar Thesa dan Jason setiap hari BSD - Cibubur pp. Pijatan mak Erni begitu dibutuhkan karena selama sebulan ini sang sopir Mama Jason merasa dirinya gering dan sakit2an. Pikiran mama Jason sedang gundah gulana ditambah dengan rasa capai dan tegang karena setiap hari harus menempuh perjalanan 60 km di lalu lintas Jakarta yang tahu sendiri bagaimana kejamnya.

Jam 4 pas mak Erni datang ke rumah. "Badannya panas" ucap Mak Erni saat pertama kali menyentuh tubuh Mama Jason. "Iya mak, ini sudah sebulan badan sakit2an" jawab mama Jason membenarkan. "Neng......menurut yang emak tahu, yang namanya penyakit itu kebanyakan datang dari pikiran" sambung mak Erni. Sunyi sejenak..........kesunyian yang tercipta karena mama Jason membenarkan ucapan mak Erni dalam hatinya plus menahan sakit akibat jurus Driji Maut mulai beraksi di kakinya. "Jangan biarkan pikiran negatif masuk dalam pikiran eneng" mak Erni melanjutkan petuahnya. "Kalau lagi nyetir dijalan jangan banyak berantem dengan sopir2 yang lain khususnya sopir angkot, buang energi sia-sia!" deg............muka mama Jason memerah dan sedikit mengernyit, apa mak Erni ini tukang urut merangkap dukun ya....kok tahu apa yang sering terjadi dijalan saat mengantarkan Thesa dan Jason sekolah.

"Kalau eneng lagi disekolah, jangan mau diajak bergosip sama ibu2, ngomongin jeleknya orang lain, menuduh suami yang ngak-enggak apalagi menjelek-jelekkan guru yang mengajar Thesa, sama sekali ngak berguna buat pikiran eneng." kali ini kernyit didahi mama Jason makin dalam karena ucapan mak Erni begitu akurat. "Kalau eneng diajak bergosip sama mereka, eneng tinggal berdiri dan bilang -permisi...saya berak dulu ya-" kernyit didahi mama Jason segera berubah menjadi senyum lebar mendengarkan nasehat ini. "Sayangi suami dan anak2 apa adanya, jangan menuntut yang berlebihan terhadap mereka". "Wah......kok makin dalam begini ya" pikir mama Jason. "Jangan-jangan mak Erni ini saudara seperguruan papa Thesa dalam ilmu motivasi yang menyamar menjadi tukang urut!".

"Tetaplah bersyujur neng dengan semua hal yang sudah eneng punya............jangan banyak pikiran dan jangan nyari musuh dimanapun", sambung mak Erni sambil mengurut dan mengelus pelipis mama Jason lembut dan pelan. Ucapan mak Erni mengharubiru perasaan Mama Jason, tak terasa diujung pelupuk matanya menggelayut bulatan kecil airmata, teringat akan apa yang sering dilakukan oleh opung Thesa padanya saat masih kecil dulu. Yang tinggal kemudian hanya sunyi dan gerakan tangan mak Erni yang ritmis mengurut urat2 dileher dan kepala mama Jason.

"Waaaaaaah" jerit mak Erni kecil dengan logat Betawinya yang khas. "Ada apa mak?" tanya mama Jason tertarik dari dunia harubirunya. "Ada tahi lalat di kuping eneng!" kata mak Erni dengan nada senang. "Emang artinya apa mak?" tanya mama Jason penasaran. "Itu artinya bahwa eneng ini orang yang suka mendengarkan nasehat dan memasukkannya kedalam hati...." jawab mak Erni dengan penuh keyakinan. Seketika itu juga mama Jason mendapatkan afirmasi yang luarbiasa terhadap wejangan istimewa mak Erni disore itu.

"Pa, emang kalau tahi lalat di telinga artinya pendengar yang baik ya?" tanya mama Jason ke papa Thesa malam harinya saat sudah kembali dari kerja. "Siapa yang bilang begitu ma?" celutuk papa Thesa. "Mak Erni" jawab mama Jason sambil menceritakan episode satu setengah jam sore hari tadi. "Mungkin kali ya........." jawab papa Thesa sambil tersenyum simpul, menahan mulutnya yang hampir bilang "kata orang kalau tahi lalat di telinga artinya suka nguping!".

Bandung, dini hari 16 Januari 2010
Eko Utomo