04 Desember 2013

KANKER GANAS ITU NAMANYA KORUPSI


“Jadi pahlawan masa kini, cukup tidak korupsi.” 

Ahok – Wagub DKI

Korupsi dan Kehidupan Berbangsa
Ahok (panggilan akrab Wagub DKI Jakarta Basuki Purnama) memberikan definisi yang menarik tentang arti kepahlawanan masa kini. Pejabat yang suka ceplas-ceplos itu memberikan definisi baru yang menohok, simpel dan membuat tersenyum. Untuk jadi pahlawan pada masa kini ternyata cukup dengan tidak korupsi.

Definisi Ahok ini menjadi menarik karena sangat relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia pada saat ini. Seluruh sendi kehidupan bangsa sudah terserang dengan virus ganas yang namanya korupsi. Korupsi terjadi pada semua lapisan masyarakat, dari tukang parkir yang (sengaja) tidak memberikan karcis, pegawai kelurahan yang minta “uang administrasi” sampai ke Bupati, Gubernur, Jendral Polisi, Ketua Partai, anggota DPR, Menteri yang terhormat bahkan yang mulia hakim ketua Mahkamah Konstitusi juga sudah kena virus ini. Bangsa ini jelas sudah masuk stadium 4 terkena virus kanker yang namanya korupsi.

Acemoglu dari MIT dan Robinson dari Harvard (2012) mengarang buku dengan judul “Why Nation Fail”. Buku menjadi menarik karena memunculkan hipotesis yang mendalam tentang bagaimana sebuah negara bisa menjadi maju dan kenapa negara yang lain hanya jalan ditempat bahkan jadi negara papa dan miskin.

Acemoglu dan Robinson menyimpulkan bahwa sebuah negara menjadi maju kalau mampu membangun dua syarat ini: Inclusive Polical System dan Inclusive Economic System. Sebuah sistem dimana semua orang berhak dan bisa masuk kedalam sistem politik dan ekonomi secara sederajat dan diberikan kesempatan yang sama untuk bersaing dan berkembang.

Apa hubungannya dengan korupsi? Korupsi menjadi variabel utama yang menghalangi sistem inklusif terbangun. Korupsi menghalangi terjadinya proses Inklusif dan mengubahnya menjadi proses eksklusif. Proses menjadi polisi, masuk sekolah favorite, daftar jadi caleg dan bahkan menjadi manusia matipun berubah ekslusif karena harus bayar sogokan termasuk untuk kapling 2x1 meter di kuburan umum. Yang tidak mau dan tidak bisa bayar sogokan silahkan minggir.

Almarhum mahaguru ekonomi Indonesia, Prof. Sumitro menyatakan bahwa sekitar 30% APBN Indonesia hilang dikorupsi oleh tikus-tikus penggarong duit bangsa. Kalau APBN 2013 sekitar 1500 T, bayangkan ada 500 T yang hilang digondol koruptor!. Uang 500 T bisa dibuat untuk apa? Cukup untuk membangun 2 jembatan selat Sunda. Cukup untuk membayar 50 Mass Rapid Transportation (MRT) yang bisa disebar di 50 kota di Indonesia. Cukup untuk membangun Rumah Sakit (RS) kelas 1 diseluruh kabupaten dan kota di Indonesia.

Jokowi dan Ahok, cukup dengan sikap mau dan bertindak transparan & bersih membuktikan bahwa APBD DKI yang jumlahnya 50 T sebenarnya bisa dan cukup untuk dipakai membangun ibukota negara. Terbukti dengan banyaknya program yang sudah mereka jalankan dalam waktu setahun ini. Bahkan perilaku bersih itu menarik banyak perusahaan swasta untuk menyumbang lebih banyak lagi dengan program Corporate Social Responsibility (SCR) mereka. Hukum alam bekerja, kebaikan menarik kebaikan.

Sel Apa Yang Rusak dan Menjadi Ganas
Maslow dalam teori yang dia kembangkan menyatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai macam tingkatkan kebutuhan. Abraham Maslow mendeskrisikan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan Fisik, Keamanan, Sosial, Harga Diri sampai kelevel tertinggi Aktualisasi Diri. Proses pencapaian ini adalah proses kodrati, yang memang akan dilalui oleh manusia dimanapun berada.

Yang kemudian menjadi pembeda adalah bagaimana (how to) atau cara untuk masuk kelevel yang lebih tinggi.  Level yang lebih tinggi biasanya didorong oleh paham materialisme, paham mengoleksi kekayaan sebanyak-banyaknya. Yang berbahaya kalau kemudian proses tersebut dilakukan dengan menghalalkan semua cara (Machiaveli Way), salah satunya dengan korupsi.

Pencapaian level lebih tinggi via Machiaveli Way menjadi lebih rusak sesudah terjadi pergeseran makna tentang arti pencapaian. Uang yang seharusnya menjadi (hanya sekedar) alat untuk menghantarkan manusia dalam kedamaian atau kebahagian berubah menjadi tujuan, persis seperti yang diajarkan bahwa “akar segala kejahatan adalah karena cinta uang”. Gabungan antara penghalalan cara dan cinta uang jadi tempat persemaian yang subur buat korupsi.

Jadi sel apa  yang rusak dan menjadi ganas? Sel otak yang mengembangkan cara berfikir Machivellian dan Cinta uang.

Kemoterapi atau Operasi?
Pada saat ini ramai dimedia masa berita tentang pengemis. Ada yang mendukung dan banyak juga yang menentang.  Bagi saya pengemis bukanlah pekerjaan (banyak yang berbeda pendapat). Yang menjadi kekawatiran saya adalah sikap mental yang ditumbuhkan untuk mencari uang dengan cara mudah (ingat Machiavellian Way). Sikap mental pribadi ini pasti akan mempengaruhi mental sosial/kolektif dimana pengemis itu berada.

Ajaran ini sederhana namun kena untuk menanggapi mental peminta-minta: “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tesalonika 3:2).  Kalau mau makan ya bekerjalah, ada banyak pekerjaan halal yang tersedia disana. Mental “mencari mudahnya” bisa jadi bibit potensial untuk mental menghalalkan cara apabila mendapatkan kesempatan.

Bagi kita yang sudah mengidap kanker stadium lanjut maka obat biasa sudah tidak mempan. Yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kemoterapi dan atau operasi. Kemoterapi sakit dan bikin rontok rambut. Operasi membuat kita kehilangan bagian tubuh kita.

Dua hal yang tidak mudah dan jelas sangat sakit.  Namun akan menyelamatkan tubuh kita dari kegagalan total yang berujung pada kematian. Berhentilah untuk mencintai uang dan menghalalkan cara. Now or Never.

Dan pada akhirnya sabda manusia agung tentang bekerja kiranya dapat menjadi renungan dan 
insiprasi bagi kita semua, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan Meterai-Nya.”  (Yohanes 6 ayat 27).

Apakah Anda sudah siap menghadapi virus Kanker Korupsi?
Selamat Hari Anti Korupsi Sedunia.

Jakarta, Desember 2013

Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership Development
Candidate Doctor (S3) UI jurusan Strategic Management
Mantan Aktivis GKI MY