21 Agustus 2011

Resensi Buku: Talent Management Darmin Pella & Afifah Inayati dan The Talent Masters by Bill Conaty & Ram Charan


TALENT YANG TAK PERNAH CUKUP
Sebagai praktisi merangkap konsultan HR, masalah utama yang dihadapi oleh peresensi pada saat menjalankan peran sebagai praktisi HR sama dan sebangun dengan saat duduk diseberang meja mendengarkan keluh kesah praktisi HR yang lain! Semua orang berteriak bahwa mereka krisis kekurangan orang yang cakap dalam skala yang luar biasa! mereka pusing karena kebutuhan orang cakap sangat urgent & important karena tuntuan untuk mempertahankan bisnis yang makin kompetitif maupun untuk menangkap peluang bisnis yang banyak bermunculan disaat makro ekonomi Indonesia yang sedang pasang seperti saat ini.

Sebuah kondisi yang sangat ironis karena diluar sana berjejer jutaan orang yang menganggur dan butuh pekerjaan. Bagi mereka yang mau membuka telinga sedikit lebar pasti akan sering mendengarkan bisikan bahwa si A butuh sekian juta untuk masuk kerja di perusahaan X, si B butuh sekian puluh juta untuk daftar PNS, dan si C terjatuh pingsan di sebuah event Job Career karena musti berdesak-desakan dengan ribuan orang! Dan lebih miris lagi kalau setiap hari kita musti disuguhi oleh berita yang tak kunjung putus tentang teraniayanya pekerja informal kita dinegeri sebrang hanya untuk mendapatkan uang sejuta dua juta sebulan yang seharusnya bisa dicari dinegri sendiri dengan alasan bahwa mereka tidak kompeten dan kurang pendidikan!

Nah, bagi anda praktisi dan pemerhati dunia HR kalau hasrat untuk menjadi pembentuk policy baik di legislatif maupun di yudikatif masih terlalu jauh dijangkau tidak salah kalau kita mulai dari apa yang didepan mata. Kita bisa ikut berkontribusi terhadap bangsa dan negara ini dengan cara membantu "client" kita para karyawan untuk menjadi lebih kompeten dalam bekerja bahkan membantu mereka untuk bertumbuh menjadi pemimpin yang lebih dahsyat yang mampu untuk menumbuhkan pemimpin yang lain.

Bagaimana caranya? dua buku yang berbicara tentang Talent Management:
1. Talent Management: Darmin Ahmad Pella & Afifah Inayati
2. The Talent Masters: Bill Conaty & Ram Charan
Akan cukup membantu kita dalam memberikan jawaban tentang Why, What & How Talent harus dikembangkan dalam organisasi. Buku Talent Management yang dikarang oleh penulis lokal menurut hemat saya cukup berkualitas dibandingkan dengan buku sejenis karangan lokal lainnya yang sering kali hanya "menyerempet" di permukaan. Kedua penulis cukup baik menyajikan data, fakta dan opini bagi para pembacanya. Buku setebal hampir 454 halaman ini akan menjadi jauh lebih menarik apabila diringkas menjadi separonya. Bab-bab dibagian belakang menjadi antiklimak dari bab-bab dibagian depan.

The Talent Masters karya duo Bill Conaty yang eks HR Head GE dan mbahnya Coach Business Strategic Ram Charan merupakan sebuah buku yang wajib dibaca tidak hanya oleh HR Praktisi namun semua pemimpin dan eksekutif perusahaan yang ingin naik kelevel 5 kepemimpinan Jim Collins. Pengalaman Bill Conaty sebagai praktisi di GE dan konsultan HR kelas dunia ditambah dengan gaya bahasa Ram Charan membuat membaca buku ini ibarat membaca novel. Adagium "Smart Leaders put People Before Numbers" menjadi sangat relevan bagi para pemimpin karena para legenda macam Jack Welch, Jeff Imelt keduanya dari raksasa bisnis GE, AG Lafley dari P&G & Bob Keegan dari Goodyear menyatakan bahwa 30-40% dari waktu mereka adalah people business!

Kalau anda hendak memenangkan persaingan dan bisnis maka urusan orang haruslah menjadi urusan # 1. "It's not about bus direction but about the passangers!" demikian salah satu kesimpulan dalam riset buku Jim Colling "Good to Great".

BSD City of learning
Eko Utomo untuk mereka yang suka melihat orang lain tumbuh.
Satu buku seminggu membuat anda menjadi mampu!

Sudut Pandang


Lungkrah .......!!!
Beginilah fisik yang diperkosa oleh keadaan. Sejak kami memulangkan si mbak ke Tegal maka paripurnalah diriku menjadi multitasker housewife. Pagi-pagi berperan sebagai guru  untuk membantu Tesa dan Jason mengerjakan PR yang tak terselesaikan tadi malam. Kemudian peran berpindah sebagai Ibu merangkap Pembantu dengan memandikan mereka, menyiapkan baju dan mengejar-ngejar Jason untuk memakai baju seragam sekolah.

Dilanjut dengan mencuci piring dan teman-temannya sambil menyediakan teh manis kesukaan misoa plus goreng-menggoreng dan masak memasak untuk makan pagi krucil-krucil yang selalu kelaparan. Jam 8 pagi berubah peran jadi Sopir mengantarkan Tesa sekolah pagi sambil membawa Jason yang masih pakai celana kolor Spiderman kesukaanya. Sampai dirumah jam 9 dari Bintaro kembali harus menyuapi Jason untuk ronde 2.

Jam menunjukkan pukul 10 ketika tugas sebagai sopir muncul kembali, mengantar Jason masuk sekolah siang. Melewatkan 2 jam berikutnya menunggu mereka pulang sekolah untuk menjemput dan membawa mereka pulang kerumah dan menyuapi Jason untuk ke-3 kalinya. Dari siang sampai sore hari kembali harus sibuk untuk membereskan rumah yang mulai berantakan.

"Ma ..........tu tu tu", Jason menunjuk rice cooker untuk ke-3 kalinya, tanda bahwa dia belum kenyang. Tanganku sudah gemetar kelelahan, multitasking job ditambah dengan mesin gilingan yang bernama Jason menguras tenagaku. Sudah 2 piring nasi habis oleh dia dan sekarang masih minta tambah. Sudah berapa ratus sendok yang mendarat kemulutnya dan dia masih minta tambah! aku ngak tahu mulut Jason black hole yang sanggup menelan apa saja atau memang didalam perutnya hidup cacing sebesar naga yang selalu kelaparan dan minta tambah.

"Mama ni ni ni ni!", sekali lagi tangan Jason menarik tanganku untuk menyendok nasi dan mengambil lauk.
"Jason sabar! mama capek tahu, kamu ini lapar atau gentong sih!", capek dan kesalku yang kutahan naik ke kerongkongan.
"Mama yam yam", kembali Jason menunjuk ayam goreng.
Dan aku kehilangan kesabaranku, saat mulutku siap memarahinya aku bersitatap dengan matanya yang hitam dan bulat, mata yang sangat aku kenal, mata papanya.

***
"Pa, aku capek nyuapin Jason", terngiang percakapan tadi malam.
"Emang kenapa?", papanya minta klarifikasi.
"Kayak kamu ngak tahu Jason, sehari bisa makan 5 kali! dan pasti selalu tambah", aku mengadu meminta simpati atas kekesalanku.
"Tanganku sampai pegal-pegal".
Aku lihat mata suamiku memandangku tajam, mata yang bulat dan hitam dibalik kacamata minusnya.
"Mustinya kamu bersyukur ma!".
"Kok bersyukur?" bukannya simpati yang kudapat malah celaan.
"Diluar sana banyak anak kecil yang kelaparan dan ingin makan tapi orang tuanya tak mampu memberi mereka nasi."
Aku mendengarkan
"Dan banyak orang tua kaya yang mampu membeli segala jenis makanan kebingungan anaknya tidakmau makan!".
Aku mendengarkan dan tanpa sadar kepalaku agak menunduk.
"Jason anakmu lahap makan ........ dan kamu bisa memberi dia makan, dan masih mengeluh?".

***

Dan omelan diujung lidahku berganti dengan senyuman dan rasa syukur.

Eko Utomo untuk sang Istri dan ibu ibu yang luarbiasa
BSD City of Anniversary
Close to Midnight 4 August 2011

Membuat Pilihan


Kata orang, menentukan pilihan adalah hal yang gampang. Kata orang, manusia dituntut membuat pilihan dan mengambil 2000 keputusan setiap harinya. Kata orang, kualitas hidup ditentukan oleh seberapa baik pilihan yang kita pilih. Bahkan kata orang,  seseorang pernah bilang bahwa hidup adalah pilihan.

Oke, I got it! but waiiiiiiit, jangan tanyakan bagaimana membuat pilihan dan mengambil keputusan kepada seseorang yang namanya Tesa. Segala macam kata orang tidak bakal mempan buat dia, karena pilihannya adalah:
1. Membiarkan gusinya makin bengkak dan sakit
2. Pergi ke klinik gigi 
Untuk lebih membuat ruwet keadaan, biarkan saya tambahkan informasi pengalaman Tesa dengan dokter gigi. Tesa mendapatkan pengalaman pertamanya dengan gokter gigi pada saat dia harus mencabut gigi seri susunya 2 tahun yang lalu saat dia berusia 6 tahun. Dan hasilnya adalah ........... tangisan sepanjang 2 jam tanpa henti!

Sebuah pilihan yang sulit tentunya, dua buah pilihan yang berat dengan konsekuensi masing-masing. Membiarkan giginya makin bengkak dan sakit merajalela atau harus bertemu kembali dengan dokter gigi yang juga cukup menanamkan trauma di memorinya. Jelas pengambilan keputusan yang tidak kalah pentingnya bagi Tesa jika dibandingkan dengan kepusingan papanya akhir-akhir ini, tetap menjadi profesional atau enterpreneur.

"Mama ........ sakit", pagi itu Tesa kembali menunjukkan giginya dimana terlihat gusi yang bengkak.
"Sakit ya sayang .....", mama mengelus kepala anak sulungnya dengan penuh kasihan, empati terhadap sulitnya membuat keputusan.
"Mama ........ dokter gigi Smiling", sedikit pelo Tesa menyebutkan klinik gigi langganan mamanya.
"Tesa mau ke dokter gigi?" setengah terbelalak mama Tesa menunduk dan memandang lekat ke mata buah hatinya, sebersit rasa heran bercampur bangga bahwa anaknya akhirnya membuat keputusan.
"Mama daftarin Tesa dulu ya sayang ..... nanti sore kita ke klinik gigi".

***

"Bagaimana Tesa di klinik ma?" dirembang petang sang papa yang cemas akan trauma anak kesayangan menelpon istri dikeramaian jalan.
"Heboh pa ......", kalimatnya heboh tapi nada suara yang tenang dari sebrang seluler membuat sang papa lega.
"Heboh bagaimana?", kali ini kalimat tanyanya bernada rendah.
"Begitu giginya dicabut dan darahnya disumbat dengan kapas, Tesa kabur ke luar klinik" 
"Trus?"
"Aku kejar-kejaran sama Tesa ditonton semua orang yang ada disitu sambil coba membujuk dia dan menjanjikan dia untuk beli donat".
"Donat larangan?" tanya sang papa sambil berkernyit.
"Gimana lagi, kondisi darurat", dari sebrang sang mama menjawab.
"Coba aku bicara sama Tesa ma" 

" Hallo papa ............" suara yang riang disela isak tangis terdengar jernih.
" Hallo Tesa ...... Tesa lagi ada dimana?" pertanyaan favorit keluar.
" Tesa lagi ada di dokter gigi Tesa", jawaban yang melegakan, tidak ada trauma disana.
"Tesa ngapain di dokter gigi sayang?" sang papa coba eksplorasi lebih lanjut.
"Tesa cabut gigi ..... ompong" jawaban yang tambah melegakan, Tesa tahu konsekuensi
"Tesa suka ke dokter gigi" pertanyaan akhir cek apakah ada trauma yang terjadi.
"Suka ....", jawaban Tesa melegakan sang papa.

"Sampai mana pa", dari sebrang telpon kembali sang mama yang bicara.
"Sudah sampai Gading, tar kita ketemu di Cordoba ya"
"Ok, papa sudah buat keputusan belum?" pertanyaan maha penting kembali bergaung.
Hening sejenak ...........
"Hmmmmmm tar aku tak belajar dari Tesa, bagaimana membuat keputusan dari dua pilihan sulit".

2 Agustus 2011
BSD City of Decision
Eko Utomo untuk anda Decision Maker sejati 

Adat Penghiburan, Orang Batak & Pengacara


Minggu sore kami sekeluarga meluncur ke pusat kota Jakarta. Sebagai orang "ndeso" Klaten yang terbiasa lenggang kangkung kemana-mana lancar, perjalanan ini memiliki potensi jadi menyebalkan karena takut kena macet. Ternyata lalin memihak kami, dari BSD hanya membutuhkan 1.5 jam sampai ditengah kota, lebih cepat 30 menit dari prediksi awal.
Sore ini kami menghadiri sebuah acara "adat" penghiburan. Ayahanda dari kakak ipar seminggu yang lalu meninggal di Medan dan minggu ini diselenggarakanlah acara penghiburan buat keluarga yang ditinggalkan dari para besan. Nah, ceritanya kami diundang untuk turut serta memberikan penghiburan kepada kakak ipar, skalian bertemu dengan keluarga istri yang sudah beberapa lama tidak bertemu. Tesa dan Jason sudah kangen untuk menyapa Opung Borunya.

"Ssssst pa, kamu nanti disuruh ngomong", disebelah kiri istriku berbisik.
"Ngomong? ngomong apaan?" ini bukan pertanyaan sok bego tapi memang ngak tahu karena sejak 30 menit acara dimulai yang aku bisa lakukan adalah "membaca suasana" karena acara dilangsungkan dalam bahasa Batak! hanya istilah Nami (kami) yang aku mengerti, selainnya babar blas, lha wong istriku sendiri yang batak juga ngak ngerti apalagi aku yang jawa totok.

"Tar papa disuruh bicara untuk memberikan penghiburan?" mama Tesa menambahkan penjelasan.
"Apa? mendadak gini" wajahku sedikit berkerut, walau punya jam terbang ribuan sebagai fasilitator namun saat disuruh bicara mendadak diacara yang sama sekali tidak aku mengerti ujung dan pangkalnya keder juga.
"Iya, intinya ngomong aja untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan!" istriku kembali ngompori dengan semangat karena dia sendiri tidak mau untuk unjuk vokal.
"Ok, aku panggil mamanya abang apa? Inang atau Namboru?" ini juga pertanyaan yang sederhana tapi penting.
"Papa tanya ke abang aja, aku juga ngak ngerti", yang orang batak aja ngak ngerti apalagi aku yang Jawa.

Dan luarbiasanya, aku kebagian bicara yang pertama! jam terbang ribuan bicara didepan umum cukup membantu. Namun yang lebih luarbiasa lagi adalah ternyata hampir SEMUA orang didalam ruangan baik wanita dan laki-laki diminta untuk menyampaikan ucapan penghiburan. Lebih super luarbiasa adalah hampir semua orang terlihat terbiasa dan cukup terlatih berbicara didepan umum!

"Aha", satu jawaban dan teki teki kenapa banyak orang batak yang jago dan sukses sebagai pengacara terjawab. Adat dan lingkungan "Memaksa" mereka untuk bisa mengekpresikan perasaan dan pikiran mereka di depan umum! Semua orang "diwajibkan" untuk belajar berbicara, suatu skill yang menurut riset merupakan phobia #1 di dunia.

"Ma, akhirnya terjawab juga pertanyaanku kenapa orang Batak lihai jadi pengacara", aku sharing hasil penemuanku kepada istri diperjalanan pulang.
"Apa itu pa", mama Tesa bertanya minta penjelasan.
"Ya, acara tadi. Acara-acara seperti itu istilah kerennya dalam dunia HR adalah "Behavior Approach Development Method" untuk mengembangkan kemampuan bicara didepan umum. Dan itu terbukti bahwa banyak pengacara yang orang Batak dan juga sifat orang Batak yang terus terang dan bisa mengekspresikan perasaan dan kemauannya secara assertive/tegas".
"Lha kalau bicara dan teriak keras di pintu Metromini apakah juga Behaviors Approach Development?", istriku bertanya setengah becanda.
"He he he he, itu bisa masuk dipendekatan yang sama juga. Paling tidak membantu latihan vokal untuk paduan suara", jawabku ngasal.

"Pa, orang batak menurut kamu suka bicara terus terang kan?" sesudah senyap sejenak mama Tesa berujar.
"Yup, emang kenapa?" pertanyaan gaya Batman begini perlu aku waspadai!
"Nah, aku kan orang Batak, so aku mau terus terang!" si dia melanjutkan
"Tentang?" orang Jawa ini menjadi tidak sabar dan penasaran.
"Terus terang, limit kartu kreditku kurang nih! naikin dong!"

BSD City of Penghiburan
Eko Utomo untuk anda sang Penghibur
19 Juli 2011

Resensi buku: "Lead by Heart" kisah Michael D Ruslim CEO Astra


Jim Collins dalam buku "Good to Great" mengungkapkan hasil riset intensif mereka tentang sebuah paradok. Bahwa para PEMIMPIN luar biasa dari PERUSAHAAN luar biasa adalah pemimpin yang "tidak terlihat", humble bahkan pemalu. Mereka bukan tipe pemimpin yang populer dimata publik dan media. Mereka pemimpin "Paripurna" yang mewariskan "Legacy" berupa orang dan sistem yang luar biasa dan bekerja dalam senyap namun dampaknya seperti merek kontainer "Ever Green". Anda pembaca ...... akan menemukan sosok langka itu dibuku ini.

Buku "Lead by Heart"yang ditulis secara keroyokan oleh internal Astra seperti Paulus Bambang (UT) & Ekuslie Goestandi (AMDI) yang sudah menelurkan buku mereka sendiri dan para wartawan majalah Swa memberikan kepastian bahwa buku setebal 347 halaman ini tidak membuat anda cepat bosan dan berhenti pada bab pertama kemudian "disimpan" di rak buku dan terlupakan.

Bagi anda para leader, manager, pemilik perusahaan yang ingin menjadi pemimpin level paripurna, buku ini menyediakan cukup banyak contoh untuk ditiru dan menjadi inspirasi anda. Resep keberhasilan ATM (Amati Tiru Modifikasi) atau NNN (Niteni Nirokke dan Nambahi) pada diri orang lain (Role Modelling) mendapatkan model yang baik pada diri Michael Ruslim. Sebuah track yang patut dicoba, karena buah dari pohon itu hasilnya Luarbiasa, membantu bahtera Astra melewati Tsunami Krismon 1998 dan Gelombang krisis 2008 dengan selamat.

Sebuah buku yang bagus dengan catatan kecil harapan semoga diedisi berikutnya ada satu bab khusus tentang perjalanan kehidupan Michael Ruslim di masa kecil dan masa mudanya sehingga pembaca juga bisa belajar tentang pembentukan karakter start from the beginning, suatu proses yang utuh tentang pembentukan karakter manusia pemenang.

BSD City of Learning
Eko Utomo untuk anda yang suka bertumbuh
17 Juli 2011
Happy Sunday

Tennis & Membuat Cetakan Profil Kesuksesan through Visualization


Coba dijawab pertanyaan ini, apakah anda suka berolahraga? jika jawabannya "TIDAK" segeralah bertobat karena berbagai macam penyakit merajalela karena ritual olahraga absen dalam jadwal anda. Masih ngotot bilang anda merasa tubuh anda sehat tanpa olahraga? segeralah kembali kejalan yang benar karena banyak yang meninggal tanpa kabar dan sesudah dicek ternyata benar bahwa almarhum kurang olahraga dan tidak sadar pentingnya olahraga untuk menjaga tubuh tetap bugar!. 

Jika jawabannya "YES", merupakan modal awal yang baik. Saya harap olahraga anda Tennis dan bukan golf (karena kalau anda laki laki bisa membuat istri cemas takut anda ketemu Rani Caddy), dan bukan Ski (karena jelas mahal karena musti pergi ke eropa sono) dan juga bukan catur (kecuali sebelum main catur anda pemanasan jogging satu jam keliling lapangan).

Lalu kenapa Tennis? karena saya sebagai penulis note ini penggemar Tennis! Nothing More Nothing Less! kalau yang menulis note ini teman saya yang orang Cirebon pasti dia bilang olahraga favoritenya adalah olah mulut di Karaoke, atau kalau yang nulis teman saya yang di Yogya dia pasti bilang olahraga favoritenya adalah berkuda biar tidak di komplain sama anaknya mungkin.

Sebagai penggemar dan pemain tennis sejak masa masih muda dan ganteng ditahun 90an sampai sekarang, tentu saja saya punya pemain-pemain favorite dimasing-masing jaman. Tahun 90an jelas Pete Sampras dengan servis geledek dan Andre Agassi si Flamboyan yang jadi my idol. Generasi 2000an sampai sekarang idola saya tidak lain dan tidak bukan Roger Federer the king of tennis! pemegang record grandslam 16 trophy sepanjang masa.

Sebagai penggemar dan merangkap pemain kawakan dengan jam terbang 20 tahun saya share satu hal penting yang saya saya pelajari dari olahraga ini (eiiit saya terima dengan sedikit malu kritik anda tentang kelambatan dan keterbatasan saya yang cuma bisa mendapatkan 1 lesson learn dalam durasi sedemikian lama). Lesson learn
-nya adalah jika saya sedang ingin memenangkan pertandingan dilapangan yang saya lakukan sederhana. Saya 
menggunakan ilmu kejawen "ngrogoh sukmo" atau ilmu modernya "Visualization". Jadi sambil pemanasan saya bayangkan diri saya menjadi Roger Federer yang sedang melakukan "motion" saat melakukan serve atau saya mengayunkan raket dalam swing backhand seperti yang saya lihat dilakukan oleh Federer di TV saat Wimbledon lalu.
Hasilnya?? amazing! salah satu buktinya tadi pagi saya bisa membuat 4 ace (servis tak tertepis) 4 kali berturut-turut hanya dengan membayangkan bagaimana Federer melakukan serve.

Dalam dunia pekerjaan saya sebagai Trainer/Facilitator, saya mengidolakan Steve Jobs yang demikian memukau saat melakukan presentasi saat launching produk Apple! atau Anthony Robbins saat membawakan materi personal development. Saat membawakan workshop atau seminar saya tinggal calling memory saya untuk mendapatkan visualisasi mereka dan kemudian menggunakannya untuk kebutuhan workshop saya. Visualisasi dari idola dan mereka yang jauh lebih dahsyat performance-nya membantu saya untuk terus dan bisa bertumbuh, disiplin Neuro Linguistic Programming (NLP) menamakannya teknik Role Modelling.

"Pa, wah ....... ilmu visualisasi ini dahsyat banget dong!" tiba-tiba mama Tesa nongol disebelah saya dan memberikan komentar.
"Betul ma, dulu saat masih jadi Staff, aku sering melakukan visualisasi tentang bagaimana rasanya menjadi Supervisor yang hebat. Kemudian saat jadi Supervisor aku melakukan visualisasi bagaimana rasanya menjadi Manager yang Excellence demikian seterusnya. Dan kamu tahu sendiri kan bagaimana prestasi suamimu ini", jelas penjelasan dikalimat ini dalam mode campur baur antar reality dan hiperbola.
"Hmmmm, papa masih inget kan saat seminggu lalu kita nonton Ada Band di Teraskota?" tanya mama Tesa membuat dahiku berkerut.
"Iya, ingat ..... emang kenapa ma??", dahiku makin berkerut karena penasaran.
"Papa kalau lagi bersenandung atau menyanyi tolong visualisasikan Donnie Ada Band pa! soalnya telingaku suka gatel saat dirimu tarik vocal!".

BSD City of the Future
9 Juli 2011
Untuk penggermar Tennis & anda yang berniat sukses

"EMANG SITU OKEEE???"


Anda boleh tidak setuju dengan pernyataan ini: "wanita jauuuh lebih narsis" daripada pria!. Dan bahkan jika anda mencoba meyakinkanku sampai berbusa-busa namun jika bukti setiap hari terpampang didepan mata, maka jangan buang waktu anda percuma.

"Ngaca teruuuus", sindirku disuatu pagi, bukti narsisme terjadi untuk yang kesekianjuta kali. Mantan pacar melakukan ritual bangun paginya "Ngaca". Moto pribadi bak nyanyian anak-anak, "Bangun tidur ku terus ....... ngaca!".
"Biariiiiiin", response yang ditowel sudah melewati ambang kecuekan.
"Pa, coba lihat perutku nih, dah kecil belum?", pertanyaan klasik itu akhirnya keluar juga.
"Sudah ..... sudah kecil, kalau dilihat dari atas gunung", jawabku asal asalan sambil meneruskan browsing berita TKW yang yang dianiya (lagi) oleh majikannya.
"Pa, lihatnya yang benar dong!" suara itu memaksaku memalingkan muka.
"Masih, masih endut perlu turun dua kilo lagi!", jawaban khas suami demanding muncul.
"Lha aku rajin fitness gini kok masih dibilang kurang oke?" nada suara mulai naik satu oktaf.
"Tapi kamu juga rajin makan malam to?" sambut suami tidak mau kalah suara.
"Papa gimana sih, masak segini masih dibilang kurang!" naik lagi satu oktaf.
"Lha bukannya kamu tahu kalau aku orang yang paling jujur kalau memberikan feedback!" jawab suami tidak kalah tegas.
"EMANG SITU OKEEEEEEE?????" nada suara mengayun 5 oktaf baik Mariah Carey sedang konser.

Mendengar ekspresi yang lucu dan melihat mulutnya yang mecucu dengan terpaksa aku melakukan response yang tidak perlu, melirik kebawah. Dan tentu saja lebih tidak perlu untuk menjawab pertanyaan campur ledekan itu.

***

Dua jam kemudian dikantor duduk bang Dul anak betawi Asli, anak buahku yang sedang naik daun (ulet kali ya).
"Pak, kemarin kita diminta bla bla bla bla", diskusi, coaching dan briefing pagi merupakan sarapan pagi kami berdua dikantor, bagian dari proses mentoringku ke sang Manager baru ini.
"Beliau minta kita MUSTI melakukan ini pak!"
Ucapan bang Dul ini membuatku menyadarkan badan kekursi. "Semprul" gumamku dalam hati.
"Kamu sudah terangkan bahwa proses bisnis yang selama ini kita jalankan jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan usulan dia?" aku mencoba membuat klarifikasi.
"Sudah pak, saya sudah jelaskan semuanya bahkan dengan bukti-bukti keberhasilan kita selama ini, tapi dia memaksa saya untuk menuruti keinginannya", bang Dul kembali berucap.
Aku sangat mengerti ucapan Dul, visualisasi 'beliau" tergambar dibenakku. Selama ini kami berdua didalam meeting juga sering "bergesekan" karena perbedaan pandangan dalam bagaimana proses bisnis harus dijalankan.
"Ok, kalau kamu sedang ditekan seperti itu, bilang saja ke beliau bahwa proses bisnis itu yang menentukan aku, jadi kalau mau merubahnya minta dia ngomong langsung ke aku", jawabku ini cukup melegakan bang Dul. Dia tahu persis atasannya ngak bakalan kalah gertak.
"Kalau beliau maksa??" si Dul bertanya dengan nada guyon karena lega mendapatkan jalan keluar.
"Jawab aja EMANG SITU OKEEE????" jawabku sembarangan. Ternyata pengaruh diskusi dirumah terbawa sampai kekantor. Aku dan bang Dul tertawa ringan mendengar celutukanku tadi, kami berdua tahu persis bahwa prestasi kerja tim 'beliau" sebenarnya jauh dibawah tim kami.

***

"Pa, aku pakai baju ini oke ngak?" kembali mantan pacar berputar-putar didepan kaca.
"Bagus tuh ......", jawaban yang jujur dan tulus keluar dari mulutku.
"Tapi, minggu lalu saat aku ke fitness ada orang yang bilang aku jelek pakai baju ini" matanya tetap tidak lepas dari kaca
"Biarin aja, yang penting kamu tuh oke dimata suami dong, masak mau oke dimata orang lain" jawabku lagi mencoba meyakinkan dirinya.
"Tapikan dia temanku pa, dah gitu dia ngomonginnya didepan banyak orang lagi!" kali ini nada suara mulai naik satu oktaf tanda kesal.
"Gampang.......!", sahutku cepat namun berhenti dan mengambil jeda. Kali ini mantan pacar perhatiannya 100% kepadaku, dia lupakan kaca dan dengan lekat memandangku dengan tajam.
"Caranya??" sesudah jeda beberapa detik, pertanyaan tidak sabar itu keluar.
"Tinggal kamu bilang ke temanmu EMANG SITU OKEEE!!!", jawabku ringan sambil menggandeng tangannya, ADA Band sudah menunggu kami di Teraskota.

BSD City,
Pagi yang indah (karena libur)
Eko Utomo untuk anda yang merasa tetap oke
29 Juni 2011

Meeting sama Kepiting???


 Gadis itu tersenyum manis, senyuman semanis madu yang memancar dari wajahnya yang oval. Rambut potongan gaya pendek menjadi bingkai yang pas buat mojang Priangan yang berdarah blasteran Pejabat (Peranakan Jawa Batak). Langit sore hari yang digayuti mendung diatas kota Bandung tak kuasa menghalangi senyum cerah gadis cantik nan menawan itu. 

"Hi.................." tangannya melambai dari balik kaca Peugeot 307 SW warna biru langit. Wajahnya cerah secerah hatinya bertemu dengan diriku kembali. Sudah 2 hari aku tidak bertemu dengan dirinya. Workshop Talent Management yang diselenggarakan di Bandung membuat kami dibalut rindu karena tidak bertemu. Ssssst, jangan tertawa, memang cuma 2 hari sih, cuma begitulah kami berdua kalau sehari saja tidak bertemu rindu muncul membawa sendu. Mungkin pelampiasan karena dimasa lalu kami sering tidak bertemu, bahkan seringkali berhitung bulan baru aku bisa menjumpai gadis cantik itu.

"Hallo", bergegas aku masuk kemobil dan memegang tangannya. Dijok belakang seorang perjaka tampan tersenyum melihat kedatanganku. Kuangkat tangan untuk high five untuk bujangan priangan nan keling, dia tersenyum simpul tahu diri untuk tidak mengganggu diriku melampiaskan rinduku pada mojang cantik itu. Aku lirik dan tersenyum mengucapkan terimakasih lewat getar frekwensi pada sopir yang dari tadi dengan sabar melihat adegan demi adegan mesra berlalu didepan matanya.

Mobil biru buatan Perancis itu segera meninggalkan lobby Hotel Panghegar dan meluncur dikepadatan malam membelah Bandung menuju ke Timur. Sepanjang jalan aku rangkul hangat gadis cantik itu dan tiada henti aku cium rambut tebalnya yang harum shampo bayi. Kucium lehernya seperti biasa dan dia kemudian setengah terlelap lemas tergolek dipangkuanku, mungkin capek karena perjalanan Jakarta Bandung yang baru saja dia tempuh.

Dipinggiran kota Bandung, mobil berjalan pelan, aku berikan isyarat pada supir untuk pelan-pelan menepi dan kemudian membiarkanku turun dari mobil. Mobil itu pergi membawa gadis cantik yang sedang terlelap didalamnya. Ini bukan perpisahan  yang aku inginkan, tapi aku tidak akan membiarkan dia kelelahan, biarlah dia istirahat terlebih dahulu. Sopir akan mengantarnya pulang ke rumahnya yang sudah tidak jauh lagi. Segera aku melangkahkan kaki ke tenda langganan "Seafood Mas Parjo Surabaya".

15 menit berikutnya Kepiting dan Kerang Asam Manis terhidang rapi dimeja. Tanpa basa-basi tanganku segera beraksi terhadap menu maknyuss ini. Sedang asik-asiknya makan, supir Peugeot 307 datang menghampiri dan duduk disampingku. 
"Pa, tadi ditanyain sama cewekmu!" tanpa babibu sopir memberikan laporan.
"Nanya apa? bukannya dia sudah tidur?", sejenak aksiku membongkar daging kepiting terhenti.
"Dia sempat terbangun, terus tanya papa dimana?" kembali sopir memberikan laporan.
"Terus jawabmu bagaimana?" aku lirik sang sopir disebelahku.
"Sedang meeting!" jawab sopir santai, terus dia bertanya lagi "Meeting sama siapa?" kembali sopir memberikan penjelasan. "Meeting sama kepiting!", kali ini jawaban itu membuat mulutku menganga lebar.

"Nah ini bagian yang paling hebat", sopir satu ini memang suka hiperbola dan mendramatisir.
"Tahu tahu dia bilang begini: PAPA MEETING SAMA KEPITING TESA JADI KERITING!", seketika aku tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita itu.
"Wah ....... hebat banget pacarku sudah bisa merangkai kata penuh makna metaphorik gitu", kataku penuh kagum. Setiap perubahan dan kemajuan merupakan keajaiban.
"Aku sendiri juga heran, kok bisa-bisanya dia menyusun kalimat seperti itu", sopir eks pacar yang sekarang menjadi istriku ikut terheran-heran atas apa yang terjadi.

BSD City
8 Juni 2011
Dari papa untuk Tesa my lovely girl, you are my miracle!
"Segala sesuatu indah pada waktunya!"