18 Januari 2016

"Dia (tidak) Bertanggungjawab atas Kebencianku!". #Hal17

Catatan Harian Eko Utomo

"Dia (tidak) Bertanggungjawab atas Kebencianku!". #Hal17

Ruangan hening, hanya detik kecil jam dinding yang terdengar. Suara TV pun lenyap. Aku lirik ternyata dalam mode "mute", hasil kerja Thesa yang sedari tadi ikut mencuri dengar.

"Begitulah, ucapan dan tindakan yang dia lakukan selama bertahun-tahun ini sungguh sangat mengesalkan. Hatiku sakit dan marah, dia yang menyebabkan ini semua", ujarnya lirih tersendat.

Kami duduk diam. Sosok sepuh rambut putih itu layu dan kusut. Emosi negatif yang bersimaharaja di hati dan pikiran bahkan sudah menguasai fisiknya. Tubuh ringkih menolak asupan dan penyakit psikosomatis sering bermunculan.

"Maaf Mi, kalau aku boleh berpendapat semua hal ini, kesehatan yang memburuk dan hati serta pikiran  yang sakit sebenarnya karena Mami sendiri bukan karena Dia", ujarku tenang.

Semua diam, termasuk dua orang yang duduk di depanku. Mungkin mereka sedang mencerna ucapanku yang terdengar aneh dan tidak masuk akal. Sosok yang kami sayangi di depan kami sakit hati dan fisik karena tanggung jawabnya sendiri, bukan karena Dia yang kami semua tahu memang kurang ajar.

"Semua sakit itu tanggung jawab Mami, karena Mami membiarkan dan mengijinkan tindakan dan ucapan Dia menyakiti perasaan Mami", lanjutku sejurus kemudian. Semua masih diam.

"Kalau Mami tidak mengijinkan Mami marah, kesal dan sakit hati, apapun yang dia lakukan tidak akan ada artinya. Padahal yang dibutuhkan oleh semua keluarga adalah Mami yang sehat dan gembira yang menjadi sumber sukacita",  kataku sejurus kemudian.

***
Di semua sisi kehidupan, urusan Stimulus - Response yang berkaitan dengan timbulnya emosi negatif selalu up to date dan datang kembali dan kembali.

Manusia hidup dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial menyediakan manusia2 untuk saling berinteraksi dan tentu saja memberikan stimulus.

Yang sering tidak disadari adalah bahwa manusia lain hanya bertanggung jawab pada STIMULUS yang mereka BERIKAN. Jenis RESPONS yang muncul kemudian sepenuhnya tanggung jawab KITA.

Kita bertanggung jawab terhadap respons yang kita munculkan, apakah itu respons emosi negatif atau positif. Kita yang memproduksinya bukan orang lain.

Dan kita tahu bahwa emosi negatif yang berkepanjangan tidak baik untuk hati dan pikiran, bahkan akan merusak badan karena mengundang penyakit.

Jadi, kalau anda Marah, Sedih, Benci dan merasa Bersalah semua itu tanggung jawab Anda bukan tanggung jawab siapa-siapa.

***
"Sebal banget nih ketemu sama orang yang tidak asertif. Di rapat bilang iya iya, di belakang berkoar-koar tidak setuju ngomong sana-sini", gerutuku sambil duduk di kursi.

"Sudahlah pa, namanya juga manusia, jenisnya ya rupa-rupa. Apalagi ini kan pekerjaan pelayanan bukan pekerjaan kantoran", mama Thesa berujar bijaksana.

"Tetap aja nyebelin banget, bukan merupakan tindakan pemimpin yang baik", kataku kesal.

"Pa, ngapain kamu yang kesal dan sebal? Bukannya papa yg bertanggung jawab sendiri atas emosi papa? Lha Mami aja sekarang sudah bisa tersenyum riang, jangan sampai malah papa yg jadi meriang", gurau mama Thesa.

"Okey deh", sambutku mesra. Aku kecup tangannya. Seringkali Coach memang butuh dicoaching. Karena coach juga manusia.

EU4U
BSD170116

Untuk mereka yang bersukacita
Happy Sunday

Tentang TAKUT #Hal16

Catatan Harian Eko Utomo

Tentang TAKUT #Hal16

"Jasoooooooon!!!", teriakan mamanya bergetar mengguncang udara siang.
Aku cuma bisa diam membisu. Perasaan helpless dan takut mengacaukan syaraf pikiran dan melumpuhkan otot.

Hari itu kami mampir makan siang di gudeg legendaris jalan Banda Bandung. Jason si anak 5 tahun turun dari mobil bersamaku masuk ke resto gudeg Banda. Mamanya bersama Thesa menyebrang jalan ke soes Merdeka untuk beli buah tangan.

Aku lengah sekejab, dan waktu yang singkat itu mencuri Jason dari sampingku ke pinggir jalan raya yang memisahkan resto gudeg Banda dan toko soes Merdeka.

Jam makan siang. Jalan ramai lalu lalang kendaraan. Mobil dan motor rebutan waktu untuk sampai duluan. Dan Jason berjalan tenang menyebrang, tanpa rasa takut, lebih tepat lagi TIDAK PUNYA rasa takut.

Aku terpaku 20 m dibelakang Jason, mamanya pucat pasi disebrang jalan. Teriak kerasnya sebagai reaksi melihat anak bungsunya menyeberang tanpa lihat kiri dan kanan.

***

Rasa TAKUT merupakan salah satu dari sekian banyak emosi negatif yang dimiliki oleh manusia. Ada 4 emosi negatif utama: TAKUT, SEDIH, MARAH, GUILTY. Emosi negatif yang lain merupakan gabungan dari salah dua atau lebih 4 emosi negatif utama ini.

Sejak jaman purba, ilmu kedokteran menemukan bahwa emosi negatif tidak hanya merusak pikiran tapi juga badan. Manusia yang terbelenggu emosi negatif maka mengundang 101 penyakit.

Perhatikan diri anda dan sekeliling. Mereka2 yang mudah sakit adalah mereka yang sering tenggelam dalam emosi negatif. Mereka yang dijajah ketakutan, dipenjara kesedihan, ditunggangi kemarahan dan diganduli rasa bersalah. Emosi negatif pintu terbuka bagi penyakit.

Jadi, apakah dengan demikian kita tidak butuh dan membuang emosi negatif?
Wait a minutes!
Tanpa rasa TAKUT maka kita akan seperti Jason menyeberang jalan.
Tanpa rasa SEDIH  kita tidak tahu petapa pedih kalau kita menyakiti orang lain.
Tanpa rasa MARAH orang akan membully kita tiada henti.
Tanpa rasa BERSALAH maka kita akan jadi penjahat tak punya hati.

We DO NEED negative emotions. Kita sungguh butuh emosi negatif. Yang tidak kita butuhkan adalah membiarkan emosi negatif menjadi tuan dan menguasai diri kita.

***
Jason selamat sampai ke sebrang jalan. Malaikat penjaga yang membimbingnya.

Beberapa hari berikutnya.
"Pa, kamu yang menurunkan sifat tak punya takut pada Jason", mamanya buka suara.
"Ngaklah, Jason ngak punya takut karena dia memang Anak Berkebutuhan Khusus", aku coba menjelaskan.
"Lha cerita papa tadi buktinya?", istriku menekankan.
"Maksudmu?", alisku agak terangkat.
"Papa kan barusan cerita, dulu waktu SD suka main di sungai saat banjir gede, padahal banyak orang yang tenggelam disana!", match point and game.

EU4U
BSD160116
Buat mereka tuan akan rasa takut.

"Kutahu Yang Kau Tidak Mau" #Hal15

Catatan Harian Eko Utomo
"Kutahu Yang Kau Tidak Mau" #Hal15
-IndonesiaBerani-

Olah raga merupakan permainan yang penuh strategi. Dalam olah raga profesional seperti basket NBA atau sepakbola liga Eropa, anda akan melihat bagaimana pelatih kepala menyusun strategi sedemikian rupa agar mampu memenangkan pertandingan.

Karena pertandingan berlangsung secara dinamis, maka urusan pelatih dalam menyusun strategi juga dilakukan secara dinamis pula.

Pada saat strategi awal yang sudah disusun ternyata dapat dibaca oleh pihak lawan atau tidak berfungsi di lapangan, maka pelatih harus secara cepat mengubah strategi bahkan menyusun strategi baru.

Strategi yang efektif adalah strategi yang "tidak terbaca" dan dapat membuat lawan menjadi tidak nyaman, emosional dan kalah.

Dalam bermain tenis, saat ketemu lawan yang suka main rally dari baseline, saya akan banyak melakukan drop shot dan pukulan volley yang menarik lawan untuk keluar dari area nyaman dia, belakang lapangan.

Sebaliknya kalau lawan suka main volley dan mencegat bola2 pendek di depan net, maka yang saya lakukan adalah melakukan bola lob jauh ke belakang dan passing bola di tepi lapangan.

Saya berusaha tidak memberikan bola sesuai dengan EKSPEKTASI LAWAN. Saya memberikan bola yang tidak dia sukai, penempatan dan pukulan yang tidak dia benci.

Tujuannya membuat lawan TIDAK NYAMAN dan KALAH.

Teroris dalam melakukan terorisme memiliki satu tujuan utama: menciptakan KETAKUTAN (teror) dihati pikiran dan hati pihak yang dia teror. Caranya? dengan semua tindakan yang membuat pihak yang diteror takut.

Sesudah ketakutan mencengkeram hati, maka penaklukan menjadi sebuah keniscayaan.

Bagaimana melawan teroris? Sangat sederhana, jangan berikan apa yang mereka mau: RASA TAKUT.

Dan yang luarbiasa bahwa rakyat Indonesia khususnya Jakarta tahu apa yang teroris tidak mau: KEBERANIAN.

Apa yang beredar di sosmed membuktikan hal ini. Alih2 menjadi ketakutan seperti harapan para teroris, masyarakat membully mereka dengan memberikan apa yang mereka tidak mau, PERTUNJUKAN KEBERANIAN tukang sate, pedagang asongan dan bahkan tukang ojeg.

Tingkat keberanian masyarakat bahkan cenderung berlebihan kalau tidak dibilang ceroboh. Saat polisi profesional masih on fire bertempur melawan teroris mereka menonton. Saat polisi menggunakan mobil dan rompi anti peluru sebagai pengaman, rakyat banyak berlindung pada tebalnya pakaian yg mereka pakai.

Anyway, untuk para teroris pencinta maut, anda salah mencari sasaran. Kami tahu apa yang kalian tidak mau KEBERANIAN.

***
"Dad, tadi main tenis kalah menang?", baru meletakkan pantat di kursi mama Thesa meluncurkan pertanyaan.
"Kalah", jawabku sambil tersenyum.
"Lho, kok kalah? Katanya jago membaca permainan lawan dan placing bola?", kejarnya.
"Strategikan butuh eksekusi ma, kalau mau kuda2 bungkuk nabrak perut bagaimana?", jawabku ngeles.
"Makanya, kempesin tuh perut. Hamil kok bertahun2 ngak lahir2", smash keras mama Thesa.

EU4U
BSD160116

PENJARA NOSTALGIA #Hal14

Catatan Harian Eko Utomo

PENJARA NOSTALGIA #Hal14

Kisahnya mirip dengan cerita Laskar Pelangi. Bukan sebagai pahlawan seperti Ikal dkk. Namun lebih tepatnya sebagai semi antagonis anak2 PN Timah yang hidup bergelimang kemewahan.

Dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga pejabat PN Timah tahun 70-80an, DIA tumbuh luarbiasa manja.

Rumah gedongan dengan setengah lusin kamar. 4 orang pembantu dan tukang kebun. Baju bermerk kiriman Jakarta Bandung. Makanan kalengan dan semua hal yang hanya diimpikan oleh anak2 seusianya.

Hidup sungguh indah dan mudah.
Dan cetak biru hidup serba ada dan mudah menjadi sebuah pola, tidak peduli cuaca dan suasana.

Ikal laskar pelangi berjuang dalam kemiskinan. Mengaduk lumpur harapan dan menanam benih impian pada semaian. Jatuh bangun penuh perjuangan. Namun cetak biru semangat pantang menyerah ini yang membawanya ke pusat peradaban dunia, Paris dengan Sorbonenya.

Hidup harus diperjuangkan. Tidak mudah namun banyak pilihan. Tinggal kita yang menentukan keputusan.

Puluhan tahun berlalu, dan roda berputar. DIA sepenuhnya dewasa, sudah berkeluarga dan memiliki anak. Namun DIA tetap sama, terpenjara dalam nostalgia tentang masa semua ada dan mudah: the good old days.

DIA sama yang lain berbeda. Tidak ada lagi orang tua yang bisa menyediakan semua yang diminta. Bahkan sang perkasa PN Timahpun tidak mampu tetap berjaya.

Mencari penghidupan sendiri sebuah dimensi yang sungguh asing bagi DIA. Tidak juga suaminya yang dia temukan dalam perspektif yang sama, semua itu (seharusnya) mudah.

Kerja menjadi beban, tanggung jawab menjadi keterpaksaan. Bahkan mengasuh anak adalah siksaan. Bagi DIA mengasuh anak seharusnya tugas pengasuh bayaran, persis seperti yang dia rasakan puluhan tahun lalu. Yang terjadi adalah chaos, kekacauan luarbiasa dalam keluarga. Zombie yang hidup dimasa kini.

"There is no unresourceful people, only unresourceful mind".
Tidak ada orang yang tidak berguna, yang tidak berguna adalah pikirannya, cetak biru cara berpikir.

Kalau kita terus menerus bermasalah dengan kehidupan, coba cek diri anda. Jangan2 pikiran anda sedang terpenjara. Butuh mendobrak penjara segera.

Penjara yang sama ada di kepala para teroris Jakarta. Kemuliaan surga macam apa yang akan diterima dengan menciptakan malapetaka?

Lha kok tetap suka dipenjara? ya mbuh ra ruh, bagi mereka penjara ini mungkin lebih baik dari alam bebas yang butuh toleransi dan tenggang rasa.

EU4U
BSD140116

Conspiracy Theory #Hal13

Catatan Harian Eko Utomo

Conspiracy Theory #Hal13

Pernah makan "brutu"? Brutu adalah bagian pantat ayam. Bagi para penggemar, brutu menyajikan rasa yang luarbiasa. Mak nyuss menggunakan istilah pakar kuliner Bondan Winarno.

Masyarakat pedesaan Jawa Tengah tahun 70-80an memiliki budaya yang unik. Para orang tua melarang anak2nya melahap brutu. "Ora ilok" larang mereka. "Tidak baik".

Tidak ada penjelasan lanjutan buat anak2 yg dilarang termasuk saya. Yang terjadi kemudian kami hanya menjilat ludah melihat brutu2 itu dimakan mereka. Kami tahu itu enak, karena kami pernah "mencuri" tahu kenikmatan dan gurihnya brutu.

Ternyata brutu dilarang dimakan oleh anak2 karena enak. Sebuah bentuk hegemoni orang tua ke anak2. Brutunya sendiri enak nan gurih karena banyak mengandung lemak.

Anak2 kecil juga suka makan kulit ayam. Mirip brutu, rasanya kriuk2 dan gurih. Lagi2 karena kulit ayam banyak menyimpan gajih/lemak dibawahnya.

Kalau anda penggemar Sate Kambing, coba sekali waktu perhatikan komposisi daging di tusuk sate yang anda pegang. Dari 4-5 daging yang ditusuk, maka anda akan menemukan 1-2 gajih berwarna putih diantara potongan daging kambing. Fungsinya? Menciptakan citarasa gurih saat dimasak dan dimakan.

Disisi lain, gajih merupakan pantangan berat bagi mereka yang diet makanan sehat. Gajih semuanya lemak dan mengandung kolestrol tingkat tinggi. Kolestrol merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke.

Gurih itu membunuhmu!

Saya mengamati ada sebuah pola yang muncul setiap kali terjadi sebuah kejadian terorisme. Hanya dalam hitungan jam maka muncul teori konspirasi.

Teori konspirasi yang paling terkenal adalah semua salah Yahudi dan Mamarika.  Pemerintah USA dinyatakan dalam teori konspirasi merupakan pihak yang merancang aksi terorisme legendaris Twin Tower Sep 2001. Membunuh 5000 warganya sendiri untuk bisa menginvasi Afganistan.

Terorisme di Thamrin Jakarta pagi ini tidak mengecualikan pola ini. Hanya berhitung jam sudah muncul berbagai macam teori konspirasi.

"Ini adalah ulah Amerika agar Ijin Freeport diperpanjang".
"Ulah anggota DPR asal PDIP agar berita penangkapan oleh KPK tenggelam".
"Ulah JK agar berita kesaksian di pengadilan tidak banyak disiarkan".
Dan masih lebih banyak lagi.

Penyuka teori konspirasi ini sama persis dengan penyuka  brutu n the genk. Yang penting ramai, kriuk dan gurih. Tidak peduli itu akan merusak kesehatan pikiran mereka.

Teori konspirasi otak atik gathuk aka cocokmologi sama merusaknya dengan gajih. Gajih merusak pembuluh darah dengan mengendap dan menyumbat. Konspirasi merusak karena membangun ide dan logika yang centang perentang hanya untuk pembenaran. Logika pikiran yang sehat rusak polanya diganti logika loncat katak yang acak.

Teori konspirasi membodohimu!

Okey, saya sih bukannya anti 100% dengan konspirasi. Sama kasusnya dengan makan brutu dan kulit ayam. Gurih itu memang melenakan. Kalau terlena sebentar bolehkan?

Jadi saya memiliki teori konspirasi apa yang terjadi hari ini. Selain kejadian hari ini menutupi proses perpanjangan kontrak Freeport, bom teroris juga menutupi sebuah peristiwa besar dan heboh lainnya: "saya kentut dengan memecahkan rekor suara! lebih dari 100 db". Coba kalau ngak ada berita terorisme, bisa2 saya diundang Jaya Suprana untuk mendapatkan sertifikat MURI. Pasti diwawancarai TV Oon pula.

Anda merasa saya bodohi? Jangan salah, kentut saya harum baunya.

EU4U
BSD 140116

Mau, Mampu dan Max #Hal12

Catatan Harian Eko Utomo
Mau, Mampu dan Max #Hal12

"Prof, berapa jurnal ilmiah yang harus kami baca agar kami cukup punya pondasi pengetahuan sebagai mahasiswa doctoral?", pertanyaan naif campur ingin tahu dari mahasiswa baru program S3 Strategic Management UI.

"Minimal 1000 jurnal", Prof. Serbatau menjawab santai sambil tersenyum simpul.

Ruang kelas hening. Tiada satupun dari 10 mahasiswa baru yang angkat suara. Sepertinya semua sedang mengkalkulasikan dan berusaha memampatkan 1000 jurnal di jadwal harian mereka sebagai bos perusahaan yang penuh tiada jeda.

Dalam keheningan muncul cletukan "Artinya selama 3 tahun ke depan kita harus baca 1 journal 1 hari dong?".

"Waduuuuh, buku yang beli bulan lalu aja belum habis dibaca. Ini satu jurnal ilmiah sehari???".

***
"Thesa mau latihan Taekwondo?", tanyaku kepada Thesa karena kapok jadi korban tendangannya sesaat keluar dari Cinema nonton aksi Donnie Yen di IP Men.

"Ngak mau, latihan gym aja", jawab Thesa tak tergoda.

"Atau mau latihan dance joged-joged?", aku tawarkan pilihan lain untuk menambah aktivitas Thesa.

"Ngak daddy, Thesa gym dan renang aja", jawab Thesa si batu karang.

Dalam pergaulan sehari-hari, saya sering mendengar orang tua dengan bangga bercerita seribu satu kegiatan yang mereka sediakan bagi anak mereka.

Anak2 mereka pagi siang sibuk sekolah dan sorenya les akademis, kursus renang, latihan piano, les Mandarin, belajar menari, kursus menggambar, latihan balet dan lain-lain.

Tidak jarang juga saya sering mendengar orang tua mengeluh karena anaknya kemudian tidak "passionate" dalam kursus bahkan seringkali pusing karena sang anak "mogok" kursus.

Malcolm Gladwell dalam buku "Outliers" menyatakan bahwa untuk bisa berprestasi di level dunia maka seseorang harus berlatih 10.000 jam!.

Bill Gate menghabiskan waktu siang dan malam selama bertahun-tahun belajar bahasa pemrograman dengan komputer yang masih sangat langka pada awal 70an.

Roger Federer maestro tenis dunia mulai berlatih sejak usia 6 tahun selama 6-8 jam perhari selama bertahun-tahun.

Keduanya mengumpulkan lebih dari 10.000 jam latihan pada saat kondisi membutuhkannya. Bill Gate kemudian mampu memproduksi windows yang menguasai dunia. Federer menjadi laki-laki yang mengoleksi 17 Gelar Grandslam. Rekor dunia.

Bagaimana mereka melakukannya? Mengerjakan satu hal terus menerus selama bertahun-tahun? tanpa bosan?

Kuncinya sederhana, "mau". Didalam "mau" ada passion bahkan naik ke level yang lebih tinggi "hobby".

"Do what you like". Kerjakan apa yang dimaui. Mengerjakan sesuatu yang disukai memberikan energi ekstra untuk mengulang dan mengulang dan mengulang.

"Alah bisa karena biasa". Proses pengulangan yang intens yang membentuk "kemampuan". Kemampuan aka ketrampilan adalah proses pengulangan. Federer melakukan latihan servis ratusan kali setiap hari.

Menjadi Maximal, menjadi juara dunia, menjadi diri kita yang terbaik dalam karunia talenta adalah hasil final dari Mau dan Mampu.

Prof. Harrison ahli pengembangan manusia kelas dunia mengatakan "carilah apa yang anakmu sukai, yang mereka maui". Sediakan ruang dan dukungan untuk mereka. Lakukan eksplorasi untuk menemukan talenta yang terbenam bukan kemauan orang tua. Karena busur hanya mengarahkan, anak panah yang terbang ke sasaran.

***
"Pa, kok nonton tenis melulu sih?", nada suara naik satu oktaf.

"Ini, tenis grandslam ma. Mumpung Roger Federer masih main belum pensiun", jawabku mencoba menurunkan nada.

"Trus mana komitmen lulus tepat waktu? hari ini sudah baca jurnal ilmiah belum?", desaknya.

"Tenang ma, entar aku rapel di weekend", jawabku sekenanya.

EU4U
BSD120116

"Aku PERCAYA maka aku setia" #Hal11

Catatan Harian Eko Utomo
"Aku PERCAYA maka aku setia" #Hal11

"Cogito Ergo Sum", aku berpikir maka aku ada, demikian kutipan terkenal dari filsuf ternama Deskartes.

Menurut Deskartes, keberadaan dan kehidupan manusia ditandai dengan dipakai dan berfungsinya pemikiran. Bagi Deskartes orang yang tidak berpikir atau malas berpikir maka manusia tersebut tidak eksis atau mati.

Dalam ruang interaksi sosial, terdapat sebuah dimensi yang sangat vital bagi hubungan antar manusia. Dimensi vital itu namanya TRUST (Kepercayaan).

Mengapa Trust vital? Karena hubungan interaksi manusia adalah hubungan jamak. Hubungan dengan banyak orang. Proses2 dalam hubungan interaksi sosial ibaratnya sebuah mesin yang membutuhkan pelumas (trust) agar gigi-gerigi berjalan sebagaimana mestinya. Tanpa adanya pelumas maka mesin cepat rontok karena gesekan antar bagian.

Menurut para ahli, Trust merupakan sebuah "sikap atau tindakan seseorang yang menaruh RESIKO bahwa yang apa dia kehendaki akan dilakukan oleh pihak dipercaya tanpa pengawasan".

Dengan demikian maka Trust dan Resiko merupakan dua sisi dari satu mata uang. Semakin baik Trust, maka semakin tinggi resiko yang akan (berani) dipertaruhkan. Semakin rendah Trust, semakin kecil resiko yg berani dipertaruhkan.

Pahlawan perang Troy sang perkasa Achiles sangat percaya pada Mentor. Mentor adalah kawan setia Achiles di dalam banyak pertempuran. Achiles mempercayakan kepada Mentor untuk mendidik anaknya saat akan pergi perang ke Troy.

Achiles PERCAYA  (otomatis mengambil resiko) pada Mentor bahwa dia akan mendidik anaknya sebaik-baiknya walaupun tidak diawasi oleh Achiles (yang kemudian mati dalam perang Troy). Proses kepercayaan dan pendidikan jangka panjang ini memunculkan konsep MENTORING.

Orang yang hebat adalah orang yang mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Tanpa kepercayaan dia akan bekerja sendirian dengan dukungan dan hasil yang minimal.

Kepercayaan tidak melekat pada benda, posisi atau jabatan yang kita duduki. Kepercayaan tidak bisa diminta atau bahkan dibeli. Kepercayaan hanya bisa didapatkan dengan MEMBANGUN tiga hal utama.

Hal pertama membangun ABILITY. Untuk mendapatkan kepercayaan orang lain maka kita harus membangun dan memiliki kemauan dan kompetensi. Orang lain memiliki pandangan serta persepsi bahwa kita MAMPU dalam sebuah pekerjaan tertentu. Adanya persepsi mampu inilah maka orang jadi percaya pada kita.

Hal kedua adalah membangun BENEVOLENCE atau ketulusan hati. Orang lain melihat bahwa kita "sincere" dalam melakukan sebuah tindakan atau pekerjaan. Bukan melakukan tindakan karena kepentingan pribadi atau kelompok. Orang yang tulus hati akan diberi kepercayaan

Hal ketiga adalah INTEGRITY. Orang akan memberikan kepercayaan apabila melihat bahwa ucapan dan perbuatan kita sejalan. Bukan tipikal orang yang "esuk dele sore tempe". Pagi hari masih berupa kedelai namun sore hari sudah berubah wujud jadi tempe. Orang berintegritas akan mendapatkan kepercayaan.

Mari berefleksi sebentar. Lihat kondisi anda di ruang kerja terhadap bawahan, rekan dan atasan? Apakah anda pribadi yang terpercaya.

Atau lihat kondisi Anda di ruang pribadi. Apakah Anda pribadi yang dipercaya oleh pasangan, orang tua, saudara atau anak Anda?

Dalam skala 1 - 10, dimana 1 adalah sangat tidak dipercaya dan 10 adalah sangat dipercaya, berapa nilai Anda?

Aku PERCAYA maka aku SETIA. Semakin tinggi nilai anda semakin tinggi pula kesetiaan orang, termasuk dalam berhutang. Jadi kalau Anda susah berhutang, Anda harus banyak menabung kepercayaan di bank.

EU4U
BSD110116

"Tidak Mudah" Mempermudah! #Hal10

Catatan Harian Eko Utomo
"Tidak Mudah" Mempermudah! #Hal10

"SULIT pak mencapai target ini", jawab salah satu satu senior sales.
"Sulit KARENA pesaing memiliki produk dengan kualitas yang baik, mobil operasional disediakan dan harga produk mereka lebih murah dibandingkan dengan kita", lanjutnya memberi ALASAN.

"Memang TIDAK MUDAH untuk mencapai target ini pak", senior sales yang lain menjawab.
"Untuk mencapainya kita HARUS rajin melakukan kanvasing serta memberikan solusi yang terbaik buat calon pelanggan", jelasnya.

Saya yakin bahwa dua dialog kecil diatas sering terjadi di ruang kerja dan juga di ruang Keluarga.

Anak2 kita pada saat diminta melakukan pekerjaan atau belajar hal tertentu yang menantang dan mengeksploitasi kemampuan pada level tinggi, maka jawaban mereka terbagi menjadi 2 kelompok: 1) Kelompok pertama yang menjawab SULIT dan 2) Kelompok kedua yang menjawab TIDAK MUDAH.

Mari kita lihat dan telusuri data dan fakta riil dua orang sales di atas. Data menunjukkan bahwa sales ke-2 yang terbiasa menjawab TIDAK MUDAH memiliki kinerja 3x lipat dari kinerja sales ke-2 yang selalu menjawab SULIT!

Fakta lain yang ditemukan, sales ke-2 lebih aktif dalam mencari jalan keluar masalah yang dihadapi dibandingkan sales ke-1. Sales ke-2 juga lebih mau menerima masukan dan arahan dari atasan dan pihak yang lain.

Sebaliknya dengan sales ke-2. Setiap masukan yang datang hanyalah bahan bakar untuk membuat dia lebih bersemangat lagi untuk mencari hal hal SULIT LAIN yang akan menghambat pencapaian target. Setiap kegagalan langkah menjadi pembenaran betapa sulitnya target dicapai.

Ilmu NLP (Neuro Linguistic Programming) menyatakan bahwa pikiran bawah sadar (Uncobscious Mind) memiliki perilaku dan sifat yang berbeda dibandingkan dengan perilaku pikiran sadar (Conscious Mind).

Pikiran bawah sadar TIDAK MEMPROSES bahasa atau ucapan NEGATIF. Pada kalimat TIDAK MUDAH, yang diproses adalah MUDAH. Kata "tidak" dieliminasi.

"Jangan bayangkan Gajah berwarna merah!". Maka disaat anda membaca tulisan ini maka yang terbayang (walau selintas) dalam pikiran anda adalah Gajah berwarna merah!.

Menurut penelitian para ahli, pikiran bawah sadar lebih dari 90% menjadi motor penggerak aktivitas kita. Kualitas motor penggerak ini tergantung dari asupan energi kata dan sugesti yang kita masukkan diruang bakarnya.

Apakah kita memasukkan bensin beroktan rendah dengan kalimat2: SULIT, PAYAH, JELEK atau sebaliknya memasukkan bensin oktan tinggi seperti: TIDAK MUDAH, SEDIKIT BURUK, KURANG BAIK, terserah pada pilihan anda. Karena anda yang akan menerima akibatnya.

Btw, kalau anda sesudah membaca catatan ini dan menemukan anak anda ternyata sering menggunakan kata dan kalimat SULIT dkk., segeralah mencari cermin. Pikiran dan perilaku anak merupakan cermin orang tuanya.

Eiiiit, jangan sampai belah cermin ya!

Have a nice and happy Sunday.
Salam hangat jabat erat.

EU4U
BSD 100116

"MENIKMATI PROSES" #Hal9

Catatan Harian Eko Utomo
"MENIKMATI PROSES" #Hal9

"Wah, senang ya, 5 tahun lagi bapak pensiun dan menikmati masa2 menyenangkan di rumah bersama anak dan cucu".

Pernyataan seperti ini sering banget mampir ditelinga sengaja atau tidak sengaja. Pensiun dianggap sebagai sebuah kondisi yang menyenangkan dan membahagiakan.

Sebaliknya bahwa bekerja dan beraktivitas sebelum pensiun hal2 yang tidak menyenangkan dan menimbulkan banyak kepahitan.

"Bro, kapan off? Seminggu lagi ya?", seorang karyawan tambang bertanya ke temannya. Mereka mengambil sistem kerja 6:2, 6 minggu di site tambang dan 2 minggu cuti ke daerah asal.

Saya jadi membayangkan bagaimana kita dengan tidak sadar mengusir kesenangan dan kebahagiaan dari sebagian besar jatah waktu kehidupan kita.

Seseorang harus menunggu pensiun yang masih tahunan untuk berhak senang dan bahagia. Karyawan tambang harus menderita selama 6 minggu sebelum berhak bahagia selama 2 minggu.

Padahal saat klaim "waktu bahagia" itu datang, belum tentu kebahagiaan yang muncul. Mungkin malah masalah yang lebih besar yang menimbulkan berlipat kepeningan.

Saat pensiun menjadi tambah pusing karena anak bungsu masih harus sekolah dan membutuhkan banyak biaya. Saat off pusing tujuh keliling karena mobil sering mogok dan istri marah2. Jadi kapan dong bisa senang dan bahagia?

***
Sabtu pagi di lapangan tenis. Pasangan lama ada disamping, lawan sebrang net adalah anak2 muda yang tangguh. Servis mereka keras, pukulan forehand spin kencang, backhand slice dan placing juga cakep. Belum lagi stamina yg luarbiasa untuk mengejar bola kemanapun kami tempatkan.

Bertarungan berjalan seru. Walaupun secara teknik dan pengalaman kami jagonya, lawan menang tenaga dan usia. Setiap pukulan keras kami bisa mereka blok dengan sempurna. Permainan cross dan drop shot dikejar dan dikembalikan dengan lebih sulit lagi.

Point kejar2an. Kami harus habis2an untuk hold service agar tidak break lawan. Karena kalau ketinggalan fatal akibatnya. Teriakan, ledekan serta psy war mengisi ruang udara lapangan tenis.

"Advantage", wasit di kursi memberikan sinyal, satu point penentuan. Lawan siap2 service. Service kencang melebar ke pojok, dengan teriak keras aku mengejar sambil mengayun forehand, bola kembali ketengah. Pemain lawan maju dan melakukan topspin kencang kearah backhand. Pasangan pontang-panting mengejar dan melakukan lob defense yg tanggung. Bola melayang tinggi dan lawan siap melakukan smash.

"Daaaaar", smash keras menghujam lapangan.
"Yeeeeeeeees", teriakku keras.
Suasana diam sedikit kikuk.

"Pak Eko, sorry pak, bola smash tadi masuk dan game set, bapak kalah!".
"Lho kan memang begitu kan, menurut kalian?", aku yang gantian bingung.
"Kami kira bapak pikir bola smash keluar dan bapak klaim yg menang".

"Kenapa kalian bisa berpikir begitu?", tanyaku sambil tersenyum.
"Karena bapak teriak keras "yeees" tadi.
"Oooo, saya teriak keras karena saya SANGAT MENIKMATI permainan ini. Kalah menang mah urusan belakang".

***
Jadi, apakah kita masih harus menunggu waktu untuk boleh bersenang dan bahagia? Atau kita enjoying semua proses yang sekarang berjalan.

Start with our mind: lets happy NOW.

EU4U
BSD City
090116

MAU SEKOLAH LAGI? #Hal8

Catatan Harian Eko Utomo
MAU SEKOLAH LAGI? #Hal8

Sering orang datang ke saya, minta saran tentang keinginannya untuk kuliah lagi, ambil master. Sebagian besar jurusan bisnis dengan gelar Magister Management.

Bagi orang yang belum begitu saya kenal saya eksplorasi aktivitasnya di dalam pekerjaan. Seberapa aktif dia belajar dan bekerja dalam fungsi organisasinya, seberapa aktif dia belajar dan juga bekerja dalam bidang non fungsinya.

Bagi mereka yang sudah dalam posisi manager, proses eksplorasi lebih mudah dilakukan. Jika ybs. adalah seorang HR manager, seberapa baik dia menguasai seluk beluk pekerjaan di fungsi HR. Inisiatif HR apa yang sudah dia kembangkan yang berkaitan dengan sistem dan program HR.

Jika eksplorasi ini mendapatkan penilaian yang baik, maka penelusuran naik ke level berikutnya. Seberapa sering dia terlibat dalam aktivitas bisnis di fungsi lain. Seberapa banyak dia terlibat di fungsi sales marketing, operasi atau finance?

Kalau kedua proses eksplorasi di atas mendapatkan fakta yang kurang memuaskan, maka saran saya tunda dulu keinginan untuk kuliah master bisnis.

Saran saya, setahun dua tahun ke depan yang bersangkutan saya dorong untuk mengambil sekolah bisnis lain yang lebih baik daripada sekolah bisnis Prasetya Mulya sekalipun! di mana? di PEKERJAAN dalam perusahaanya.

Pekerjaan kita sehari-hari adalah sekolah yang luarbiasa. Kenapa luarbiasa? karena merupakan tempat dimana kita bisa belajar banyak dan DIBAYAR. Coba cari universitas mana yang memberikan bayaran sama kita! ngak bakalan ketemu.

Masalahnya banyak pekerja yang tidak menyadarinya. Mereka membuat dikotomi antara sekolah dan bekerja. Kalau sekolah ya belajar, demikian juga di ujung yang lain, kalau kerja ya kerja.

Padahal bekerja dan belajar ada di ujung yang sama. Kedua2anya bisa dilakukan dalam waktu yang sama. Kalau selama ini hal itu tidak terjadi dalam hidup kita, ya mungkin karena kacamata kuda yang kita pakai. Jadi lepaskanlah kacamata kuda itu.

Proses pembelajaran di pekerjaan jauh lebih mendalam dibandingkan dengan belajar di bangku kelas. Dalam pekerjaan kita tidak hanya berteori, kita juga mengerjakannya, merasakan emosinya.

Kita tersenyum lebar dan jantung berdesir kencang saat berhasil. Kita tertunduk lesu dan sering sakit hati saat bertemu masalah dan kegagalan. Kognitif, afektif dan kinestetik semua terlibat disana. Jauh lebih mendalam dibandingkan dengan studi kasus yang cuma menggali aspek kognitif.

Jadi, saat kita kemudian mengambil S2, maka proses pembelajaran yang kita lakukan adalah tinggal mengkalibrasi ulang pengalaman yang kita miliki dibandingkan dengan teori2 yang diajarkan dan tentu saja pengalaman2 rekan kuliah.

Proses pembelajaran intensif di pekerjaan juga membantu kita untuk tahu pasti teori apa yang kita cari yang tidak kita temukan di pekerjaan sehari-hari. Kuliah lagi adalah proses "kulakan" bahan untuk kembali "jualan".

Jadi, masih mau ambil S2?

EU4U
080116

"Just Do It", the magic of action #Hal7

Catatan Harian Eko Utomo
"Just Do It", the magic of action #Hal7

Sembilan tahun lalu istri saya meragukan kesanggupan saya. Sebuah kondisi yang jarang terjadi selama masa perkawinan kami. Selama ini dia melihat suaminya adalah sosok pejantan tangguh. Berani menghadapi kesulitan dan menemukan solusi, bahkan cenderung nekat.

Konteks financial yang membuat dia ragu.
"Yakin pa, mau ambil Master di Prasmul?", tanyanya ragu.
"Yakinlah masa ngak yakin, kan cita2 selalu sekolah di jurusan terbaik?", jawabku sambil mengernyitkan dahi.

"Dengan kondisi keuangan saat ini?", tanyanya lagi.
"Emang kenapa?", kejarku penasaran.
"Papa baru aja turun gaji karena pindah kerja. Belum lagi cicilan rumah dan cicilan mobil, belum lagi kebutuhan terapi Thesa dan Jason", sambungnya dengan nada berat.

"Harus yakin ma, bukankah ini pendorong utama aku resign dari Freeport", jawabku mencoba memberi keyakinan.

"Iya sih, cuma....... ya sudah terserah papa", kalimatnya tidak tuntas.

"Ya, harus kita jalani ma. Sepanjang yakin pasti ada jalan keluar", aku coba menambahkan semangat di akhir percakapan.

***

Tiga tahun ini saya banyak berperan sebagai konsultan dan business coach. Peran konsultan dilakukan pada saat saya membantu client untuk membuat business model mereka, menyusun business plan, membuat business strategy, mengolah sales strategy, memperkuat operational process, mengevaluasi HR strategy dan mereview financial goal. Semua yang terkait dengan STRATEGY dan PLAN. Hal2 yang AKAN dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan.

Peran coach saya lakukan pada saat saya mendampingi direksi dan manager dalam mengeksekusi strategy dan plan yang sudah ditetapkan dalam rapat2 intensif yang dilakukan.

Membuat dan merancang strategy dan plan jelas bukan hal yang mudah. Kenapa ngak mudah? ya karena banyak sekali bisnis dilevel menengah atas yang kocar-kacir dan tidak bisa bertumbuh karena tidak memiliki strategi dan perencanaan yang baik.

Alasan yang sama, yang membuat sekolah2 Master of Business di dunia dan juga di Indonesia laku keras. Orang merasa perlu belajar khusus bagaimana caranya untuk merancang strategy dan menyusun rencana bisnis.

Yang menjadi paradox dari pengamatan di lapangan adalah ternyata bukan strategy dan planning yang paling dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi EXECUTION. Punya puluhan anak panah tidak menjamin mendapatkan rusa buruan kalau anak panahnya tidak dilepaskan. Lebih baik hanya memiliki satu anak panah namun meluncur dari busur.

***
Thesa sangat menyukai renang. Setiap kami jalan2 saya biasanya memilih hotel yang memiliki kolam renang agar Thesa bisa menikmati kesukaannya, berenang. Yang menjadi kendala adalah Thesa tidak bisa berenang!

Jadi, alih2 berenang, sebenarnya yang dia lakukan adalah "berjalan" dalam air!. Bukan hal yang mudah juga bagi kami untuk mengajarkan Thesa berenang. Hanya satu gaya renang yang Thesa kuasai hasil ajaran kami, yaitu gaya batu. Masuk kolam renang dan "plung", kesusahan untuk kembali mengapung.

Sejak tahun lalu Thesa kursus berenang di Bintaro. Sebagai anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang masih harus banyak berlatih motorik halus dan motorik kasar, maka pelajaran berenang merupakan sebuah perjuangan. Mirip dengan perjuangan Thesa dan Jason selama 3 tahun saat belajar naik sepeda.

Pada bulan keenam, Thesa ujian kenaikan tingkat. Saya hadir disana. Yang terjadi adalah luarbiasa, Thesa mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan renang dia. Dia cukup baik dalam berenang gaya katak dan mulai menguasai gaya bebas.

Thesa tetap TIDAK naik tingkat. Namun kami gembira perkembangan Thesa TERHADAP kondisi semula, bukan karena ukuran kenaikan dalam kemahiran berenang di tempat kursus. Thesa butuh MELAKUKAN LATIHAN, jumlah waktu dan kekerapan adalah masalah disiplin dan kemauan.

Setahun berikutnya Thesa sangat percaya diri untul berenang di kolam renang dewasa. Itu sudah lebih dari cukup buat kami. Banyak orang sampai mati tetap tidak bisa berenang.

Bisnis mengalami masalah yang sama, strategy yang hebat namun bermasalah dalam eksekusi. Hasilnya ya NOL besar. Action plan yang sudah disusun rapi beserta Gantt Chart dan kelengkapan yang lain berhenti pada rencana.

Saya mengambil kesimpulan (berhipotesa tepatnya) bahwa kemampuan melakukan eksekusi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan membuat strategi. Seharusnya lebih diperlukan sekolah Master of Execution dibandingkan sekolah Master of Strategy. Tetapi jelas Execution tidak bisa disekolahkan tapi harus dilakukan.

Kemauan Thesa dan dukungan kami untuk memberi kesempatan Thesa nyemplung di kolam dan berlatih terus menerus jauh lebih penting dibandingkan dengan menyusun rencana dan mengajarkan teori bagaimana berenang pada Thesa di darat.

Anda punya rencana hebat?
Just do it!

***

"Pa, kapan selesai Doktornya?", mama Thesa melontarkan pertanyaan, cukup sering akhir2 ini.
"Iya, bentar lagi, sabar dong, kan gak mudah mendapatkan data untuk disertasi", jawabku ngeles.

"Lho, katanya papa suka mengklaim diri sebagai orang yang disiplin berencana dan disiplin mengeksekusi!", skak ster.

"Tambah satu semesterlah", jawabku setengah memohon.

"Kemarin bilang mau on time 6 semester, sekarang sudah 7, trus mau nambah 1 semester lagi. Trus janji jalan2 ke Australia gua kapan terjadi? budgetnya habis buat bayar kuliah mulu!", skat mat!.

EU4U
070116

"Menemukan DNA Pemenang" #Hal6

Catatan Harian Eko Utomo
"Menemukan DNA Pemenang" #Hal6

*** 20 tahun lalu
"Dik, bagaimana kalau kita makan di soto dekat bonbin", ajakku kepadanya sedikit ragu. Bagaimana ngak ragu, lha wong soto Lamongan diujung jalan Ganesha itu merupakan soto warung tenda kelas kaki lima. Para pelanggannya kebanyakan ya mahasiswa kantong cekak sepertiku yg hidup dari sedikit kiriman keluarga dan beasiswa.

Sementara yang diajak adalah anak gedongan dari keluarga berada. Dia dari kecil sudah kenal toilet duduk, sementara aku sampai lulus SD pengguna toilet terpanjang di dunia yg rasanya isis karena air langsung mengalir mengelus anggota bodi. Dia sejak kecil biasa ngadep Kongguan Biscuit yg benar2 KGB dan bukan berisi "karak" didalamnya. Sementara aku bisa makan KGB musti nunggu momen lebaran, itupun di rumah tetangga.

Namun, pertanyaan merangkap ajakan itu harus dilontarkan. Ini salah satu alat uji istimewa apakah pacarku ini bisa dipropose ke level berikutnya. Jadi istri yg kalau perlu bisa hidup sederhana. Sebuah "Character Test", uji kepribadian. Uji DNA kalau ngak lulus "blaik" akibatnya.

Aku tahan nafas, jeda waktu beberapa detik bak berjam2. Kalau dia bilang "ngak mau" kan cilaka, lha wong sudah terlanjur jatuh cinta. Jantung berdebar2, sentuhan angin malam udara Bandung yg biasanya sejuk menyapa, malam ini terasa lebih dingin menggigit kulit.

"Ayuuuk, soto ayam ditambah telur dadar, dimakan panas2 pasti enak mas", jawabnya spontan. "Ceeeeesss", seperti arang membara terpercik air perasaanku, langsung adem dan gembira. Asyiik, dia lulus ujian pertama.

***
Kami bertiga duduk santai diruangan meeting. Saat ini kami sedang membahas seluk beluk proses interview dalam proses rekruitmen yang sedang dilakukan. Walaupun kami dari Divisi Strategic, kami juga terlibat membantu dalam inisiatif "Capacity Increase" disalah satu BU (Business Unit) yang sedang kami bantu.

"Yul, saat kalian melakukan proses interview apa yang kalian cari dan bagaimana cara melakukannya?", tanyaku pada salah satu project manager.

"Begini pak, seperti hasil kesimpulan dalam meeting performance review kemarin, faktor penentu seorang karyawan adalah kontributor atau tidak ada pada karakternya. Faktor yang lain hanyalah faktor pendukung".

"Mengikuti teori BE DO HAVE, seseorang yang memiliki Be yang baik seperti karakter yang kuat, nilai2 yang baik dan memegang kepercayaan (beliefs) yang empowering akan mampu mendrive DO yang berupa perilaku dan kompetensi. Dah hasil akhir atau HAVE sebenarnya hanyalah konsekuensi dari BE dan DO", jelas Yul sang Project Manager.

Aku mengangguk senang, karena intisari diskusi sebelumnya mendapatkan tempat bersemai. "Trus, karakter yang akan kalian cari, lihat dan dengar dari interviewee apa?", tanyaku mengeksplorasi lebih jauh.

"Okey pak, dalam diskusi saya dengan bang Don, ada 3 karakter utama yang akan kami cari dari kandidat. pertama karakter CAUSE. Karakter seseorang yang selalu mencari jalan keluar apabila bertemu masalah. Tidak memiliki victim mentality dan tidak suka mencari kambing hitam".

"Kedua, kami akan cari mereka yang memiliki karakter LEARNING ABILITY tinggi, mau dan senang belajar hal baru dan punya gelas yang cukup besar."

"Karakter ketiga yang kami cari adalah mereka yang bertipe PANTANG MUNDUR. Bekerja dengan kesungguhan, kerja keras dan tidak mudah patah semangat", Yul menjelaskan panjang lebar.

"Cakep, ada yang lain?" tanyaku mencari hal2 yang mungkin tertinggal.

"Ada pak, karena ini untuk posisi Sales Force, kami juga akan mencari kandidat dengan DO yang baik khususnya kemampuan berkomunikasi. Biar yang bersangkutan bisa cepat on track dalam mengejar target penjualan", lanjut Yul menandaskan.

"Okey, good luck buat besok ya. Moga2 dapat banyak Sales Force yang ber DNA pemenang".

***
"Pa, kapan mobilku diganti yang baru?", dia bertanya yang kesekian kalinya.

"Lha mobil baru lunas masih kinyis2 kok minta ganti kuwi piye?", jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Ya kan kalau mobil baru, mesin bagus dan biaya perawatan murah", sambungnya memberi pembenaran.

"Lha piye to, apa aku dulu salah assesmen ya, aku pikir dirimu bisa diajak hidup sederhana?", garukan makin cepat di kepala yang tetap tidak gatal.

"Kalau ngak ada uang ya ngak papa, ini kan ada uangnya. Tahu ngak apa kata Mario Teguh?, suami yang bilang istrinya matre sebenarnya adalah suami yang kurang mau kerja keras membahagiakan istrinya, catat itu pa", lanjut dia berpetuah bak MT di layar kaca.

Dan akupun melanjutkan menggaruk kepala.

EU4U
Untuk para orang tua anak2 balita.
Dua puluh tahun lagi, yang dicari pada diri anak anda oleh pemberi kerja tetap sama: KARAKTER.
Jauh lebih mudah membangunnya saat kecil daripada saat ditolak lamarannya.

BSD060116

04 Januari 2016

Ayo Piknik #Hal5

Ayo Piknik #Hal5

"Waaaah" mulut Jason menganga. Kalau ada 10 lalat, semua bisa masuk bersama2 saking lebarnya. Mulut menganga, mata setengah melotot dan berbinar2 serta muka birong (hitam) manis itu seakan memancarkan cahaya. Jason terpesona, kagum dan senang luarbiasa karena didepannya hadir LRT antar terminal di Changi Airport.

"Dasar cah ndeso kayak papanya" desis saya kecil sambil tersenyum. "Huuush!" mama Jason memukul kecil lenganku ngak terima anaknya dibilang "cah ndeso".

"Bagaimana ngak ndeso, coba lihat mulutnya menganga kayak Goa Selarong gitu", kataku melanjutkan. "Yang ini kan beda pa, sama kereta malam Jkt - Jogja atau KRL Serpong - Tn Abang yg pernah dia naiki". "Sama2 kereta ini" jawabku. "Bedalah, yg ini lebih bersih, bagus dan pakai melayang. Makanya sering ajak2 Jason piknik dong biar ngah kayak cah ndeso mlebu kuto", mamanya mengeluarkan jurus mengedepankan kepentingan anak padahal supaya dirinya ikut pikniknya juga.

***

Sekian tahun yang lalu, saya dikirim ke Sidney Australia untuk kursus Master NLP. Peserta kebanyakan bule2 Australia dan Selandia Baru. Dalam workshop 1 bulan itu,  saya menjadi salah satu peserta2 terbaik di angkatan itu. Hasil "piknik" ke Australia menunjukkan bahwa orang Indonesia sangat mampu bersaing dibandingkan dengan bule sekalipun yang sering dipandang superior oleh banyak orang. Coba kalau ngak piknik, pasti akan sering diganggu dengan mental inlader. Mental bahwa bule itu lebih baik segalanya.

Seperti yang dituliskan dalam #note4  kondisi kurang piknik membuat logika seseorang menjadi mandul karena memiliki keterbatasan perspektif. Orang kurang piknik memiliki single perspektif, mirip seperti orang Klaten yang mengklaim bahwa Soto Widodo is the best Soto di Indonesia.

Ngak salah juga, cuma naif. Karena hanya pernah merasakan soto rumahan dan soto Widodo dan tidak pernah mencicipi Soto Lamongan, Soto Madura, Soto Kudus, Soto Bandung, Soto Betawi, Soto Padang dll dlsb yang juga tidak kalah enaknya.

Hampir 30 tahun yang lalu sewaktu lulus dari SMP 1 Blora saya minta ke orangtua saya untuk meneruskan SMA ke SMA 1 Klaten. Orang tua menanyakan mengapa saya yang juara pararel dan memiliki NEM (Nilai Ebtanas Murni) terbaik sekabupaten Blora mau pindah. Padahal sekolah di SMA Blora dekat dengan orang tua dan peluang juara lagi di SMA besar. Saat itu saya jawab biar dapat banyak saingan. Bahasa sekarang biar banyak piknik sehinga tahu dunia itu luas. Keputusan anak SMP yg baik walau akibatnya tidak pernah juara lagi walau hanya juara kelas sekalipun.

Enam tahun lalu, menteri Jonan (saat itu Dirut KAI) mengirimkan ratusan karyawan KAI keluar negeri. Ada yang ke China, Jepang dan ke Eropa. Padahal kondisi keuangan KAI pada saat itu sangat pas2an. Tujuan Jonan mempiknikkan ratusan karyawan KAI adalah agar mereka melihat bahwa kereta mereka bukanlah kereta yg terbaik sistem pelayanannya. Ada banyak negara termasuk China yg memiliki pelayanan kereta yang jauh lebih baik dari KAI pada saat itu.

Piknik KAI ke luar negeri menghasilkan perspektif dan sudut pandang baru bagi karyawan KAI. Proses turn around KAI terjadi dan banyak menjadi topik diskusi. Bagi pengguna seperti saya, yang paling terasa stasiun jadi jauh lebih apik, rapi dan aman. Tidak ketemu pemandangan epic ratusan orang nongkrong diatas kereta lagi.

***
"Jason, turun yuk", bujuk mamanya untuk yang kesekian kali.
"Ngak mau", jawab Jason sambil erat2 memegang sandaran kursi LRT antar bandara. Ini adalah perjalanan yang ke-7x kami bolak-balik dari bandara 1 ke bandara 2 di Changi. Ini salah satu efek bapaknya kurang sering ngajak piknik.

Ayo banyakin Piknik, karena "You are What you See".

EU4U
BSD050116

Menyirami Pohon Logika #Hal4

Menyirami Pohon Logika #Hal4

Setahun lebih saya berteman di fb dengan seorang Doktor Fisika lulusan Jepang dengan spesialisasi yang tiada duanya: Doktor Sbb Spesialis Bukan Bukan.

Pak Doktor  memiliki perjalanan hidup yang dinamis dan dramatis. Orang kampung asli pedalaman Kalimantan berkesempatan menjadi warga metropolitan di Jepang. Salah satu aktivis mesjid UGM yang pernah ikut kursus kaderisasi PKS (PK) yang sekarang bermetamorfosa jadi sekularis dan pengusung toleransi.

Dengan latarbelakang kehidupan yang berwarna sang Doktor mampu memproduksi status fb yang bernas dan tajam mengusik mindset lama. Saya mencap dia sebagai "Mind Provocator".

Mind Provocator ibarat lampu petromax di malam hari tatkala laron2 sedang keluar sarang. Berbondong2 para laron mendatangi petromax untuk komplain dengan status provokasi sang Doktor. Sebagian jadi terprovokasi, sebagian berpikir ulang dan sebagian tambah kepala batu.

Dalam diskusi yang berlangsung, kesalahan fatal para kepala batu adalah mereka sangat ngotot dengan argumennya. Persis seperti anak kecil sebuah dusun terpencil yang bilang bahwa rumah paling bagus di dunia adalah rumahnya mbah Jono yang bertingkat. Ngak salah juga, karena hanya itu rumah terkeren yang diketahuinya. Gejala ini kemudian sering dinamakan sebagai gejala orang "kurang piknik".

Para kepala batu juga sangat sering ngeyel berlogika dengan keterbatasan pengetahuan mereka. Hanya dengar2an, katanya orang, pernah lihat judulnya dlsb. kemudian memastikan bahwa informasi itu benar dan kemudian menghakimi pendapat orang lain.

"LOGIC BASE on KNOWLEDGE". Seseorang yang tidak punya pengetahuan tentang "gaya gavitasi bumi" pasti akan berlogika bahwa bumi itu datar. Kalau bulat tar semua orang jatuh kebawah dong, begitu logika mereka.

Karena logika dibangun oleh pengetahuan maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang maka logika yang bersangkutan menjadi semakin sahih.

Dalam proses diskusi dan coaching di kantor, seringkali anak buah saya bertanya "kok bapak bisa berpikir dari sudut pandang itu ya pak?, saya pingin bisa berlogika seperti bapak". "Kalian disuruh baca buku satu sebulan aja susahnya minya ampun, bagaimana mau memiliki perspektif yang kaya" jawab saya sembari senyum simpul.

"Lha pak, banyak orang yang pinter tapi keblinger itu bagaimana?", pertanyaan lanjutan ini sangat penting. Sering ketemu dalam diskusi mereka yang dosen dan Doktor pada saat berargumentasi banyak jualan dodol.

Kalau "Logic Base on Knowledge", maka "Knowledge base on WISDOM". Kalau wisdom dan nilai2 yang dianut memang untuk perang bubrah ya sebanyak apapun pengetahuan yang dimiliki dan sehebat apapun dalam berlogika hasilnya ya kerusakan dan kematian.

Merawat dan mengembangkan logika persis seperti merawat tanaman mangga di depan rumah. Seberapa sering dipupuk dan disiram akan berpengaruh terhadap banyak buah yang akan dihasilkan.

Eiit, harus hati2 dan bijaksana dalam memilih bibit mangga. Jangan sampai bibit ini hanya akan menghasilkan buah yang masam tak layak makan.

EU4U
BSD040116

Mengejar Bahagia #Hal3

Mengejar Bahagia #Hal3

Lagu dangdut mendayu-dayu di CD Player di bagian belakang. Sosok muda pemijat refleksi di depanku bersenandung mengikuti musik dikala tangannya yg kekar membuat stimulus sakit2 enak di kaki.

Ada sekitar 6 orang pemuda usia 20an tahun yang bekerja sebagai pemijat refleksi di pusat perbelanjaan ini. Yang luarbiasa adalah semuanya terlihat sangat enjoy dan berbahagia dengan pekerjaan mereka. Setahun jadi pelanggan mereka tidak pernah melihat muka muram. Selalu ceria, gembira dan bahagia. Saat iseng2 nanya, penghasilan setiap hari paling banter mereka dapat 100an ribu. Kalau full kerja 30 hari total pendapatan 3 jt/bulan.

Tahun lalu, saat pulang ke Klaten, saya mendapatkan kesempatan ngobrol dengan pakde Sar yg rumahnya di belakang rumah kami. Pakde Sar bercerita dengan kegembiraan yg besar bahwa musim ini panen dia bagus. Mukanya terlihat sangat bahagia. Iseng bertanya berapa yg didapat dari sepatok sawahnya yg dia bilang bagus itu. Hasil bersih panen 1.5 jt katanya. 1.5 juta untuk masa 3 bulan, artinya 500 rb perbulan. Menciptakan muka bahagia yg melebihi manager Jakarta yg dapat bonus tahunan 100 jt disamping gajinya yang 30 jt/bln.

Jadi jelas bahwa kebahagiaan tidak tercipta oleh uang dan harta. Menggali lebih dalam apa yg membuat pemijat refleksi dan pakde Sar berbahagia ternyata sebuah sikap yg sederhana. Tukang pijat refleksi bahagia karena bersyukur memiliki pekerjaan yg menghasilkan uang disaat banyak temannya yang menganggur. Pakde Sar bersyukur panen musim ini berhasil tidak seperti musim tanam sebelumnya yang habis diserang wereng. Mereka MENSYUKURI apa yang mereka miliki.

Disisi lain, pak manager bergaji 30 jt sebulan dan bonus 100 jt muka muram karena uang yang ada tidak cukup baginya untuk membeli mobil baru.

Dengan demikian jelas bahwa bahagia tidak tercipta karena banyaknya harta, namun sikap mensyukuri apa yang dimiliki. Nothing more nothing less.

"Kok kalian happy2 aja sih punya anak 2 yang ABK", ini pertanyaan standard banyak orang ke kami. Pertanyaan yang aneh, bagaimana kami tidak berbahagia karena kami punya 2 anak disaat orang lain sampai puluhan tahun tidak diberi satupun. Bagaimana kami tidak berbahagia karena kami diberi dua anak komplit cewek dan cowok yg cantik dan ganteng kayak ortunya (jangan komplain ya). Bagaimana kami tidak berbahagia karena setiap progress mereka selalu menciptakan riak sukacita di hati kami.

So, it is so easy to create happines, just be Grateful. Mudah berbahagia kalau mudah bersyukur.

"Mom, kok kelihatan bahenol nih".
Mama Thesa sudah hapal kalau aku bilang begitu artinya aku lagi komplain terhadap berat badannya yg naik kelas.
"Katanya selalu mensyukuri apa yg dimiliki pa?", jawabnya kalem.

Skak mat!

EU4U
BSD030116

Resolusi Pelita Diri #Hal2

Resolusi Pelita Diri #Hal2

"Siapa yang memiliki tujuan karir pribadi untuk 5 tahun ke depan?". Semua peserta Strategic Planning Meeting disalah satu raksasa BUMN itu terdiam tidak ada satupun yang mengangkat tangan. "Anyone? kata saya menegaskan sambil angkat tangan memberi contoh. Dan semua tetap diam membeku.

"Nah, sebenarnya kita ini lucu, urusan kita pribadi dan keluarga yg sangat penting aja kita ngak punya rencana dan tujuan, sekarang kita malah berpusing-pusing membuat dan memikirkan rencana perusahaan", kata saya melanjutkan sambil tersenyum. Para peserta meeting membalas senyum, agak kecut.

Setiap saya pindah kerja dan atau memiliki anggota tim baru, langkah pertama yang dilakukan adalah mengenali profil mereka: asal usul, keluarga, sekolah, hobi, sampai kemudian apa yang menjadi cita2 mereka.

Pada saat ditanya tentang cita2, 90% lebih biasanya bengong dan menjawab tidak tahu apa cita2 mereka. Saya paksa mereka untuk membuatnya dan sharing pada saya pada diskusi minggu depan. Yang tidak membuat saya kasih SP1. Bagaimana caranya orang yg tidak punya cita2 harus menjalankan cita2 bosnya atau yang lebih besar lagi cita2 perusahaan?.

Sebagian orang berkomentar "membuat target menyalahi takdir!". Lha apakah kita ini tahu takdir kita apa? Takdir itu sesuatu yang sudah terjadi, past tense. Membuat target bicara tentang masa depan, future tense. Kalau target yang kita buat tercapai jadilah takdir, karena berubah menjadi past tense. Dengan demikian kita menjadi pemain aktif dalam mewujudkan takdir kita. "Create your own destiny or somebody else will".

Lha terus perannya Tuhan dalam hidup kita piye? Tuhan berperan dalam hidup orang percaya (theist), kalau orang gak percaya (atheist) ya ngak ada, lha wong mereka ngak percaya kok. Bagi orang percaya membuat rencana dan membawanya kedalam doa adalah bentuk kerendahan hati karena tahu pasti banyak faktor2 yang tidak dia kuasai. Orang percaya berdoa mohon kalibrasi siapa tahu ada rencana yg lebih baik dari rencananya dan dibantu eksekusinya.

Orang percaya membawa rencana dalam doa dalam eksekusinya seharusnya menghasilkan hal2 yang baik. Kenapa? karena eksekusi dilakukan dengan rendah hati dan bersungguh sungguh serta percaya diri karena di back up "super being". Atheist mengerjakan planning mereka by their own.

Orang percaya mampu menerima kesebuah "ketidakberhasilan" sebagai pembelajaran dan bersyukur dapat pelajaran baru dan enjoy the experiences. Kalau ada orang beriman yang ngamuk2 karena tujuan tidak tercapai? yo mbuh ra weruh, aliran kepercayaan kan ada jutaan. Tulisan ini ditulis oleh penganut aliran kepercayaan perspektif Eko Utomo.

Resolusi bisa disebut sebagai janji. Sebuah pernyataan janji kesungguhan untuk memperjuangkan rencana dan target yang sudah ditetapkan.

"Pa.......", bentar ya, istri tersayang lagi manggil.
"Rencana renovasi rumah tahun ini jadi ngak ya?".
"Waduuuh hmmmm bentar ma, aku kalkulasikan dulu budgetnya, bisa masuk resolusi 2016 ngak ya".
"Makanya pa, kalau sekolah itu jangan pakai bumbu lama! Ngabis ngabisin duit aja!".

EU4U
BSD020116

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

"Oaaalah J, kamu ngeden di WC pun kok ganteng ya!". Seruan macam kayak gini mostlikely hanya bisa keluar dari mulut seorang ibu yg sedang nungguin anaknya memenuhi panggilan alam. Bukan dari orang lain. Mungkin efek luber sang mama karena terlalu mencinta papanya J.:)

Semua hal yang sifatnya kualitatif (ganteng, cantik, baik, jahat, hebat, memble dlsb) sesungguh adalah citra atau gambaran dalam pikiran orang. Sering juga disebut sebagai persepsi. Karena konstruksi ruang pikiran manusia itu unik, maka persepsi terhadap sebuah hal yg sama (realitas) menghasilkan persepsi berbeda satu dengan yg lain.

Bagi sebagian orang, photo Jokowi pakai baju putih berkain sarung duduk disebuah dermaga di Raja Ampat Papua dipersepsikan sebagai sebuah kesederhanaan seorang Presiden. Sudah bajunya putih murah yg banyak dijajakan dipasar, pakai sarung yang juga murah menjadi wakil persepsi kendesoan dan kesederhanaan.

Bagi sebagian yg lain, melihat photo yang sama sebagai sebuah upaya Jokowi agar tampak sederhana di mata rakyatnya. Pihak pertama meyakini persepsinya sebagai sebuah kenyataan tulus dan pihak kedua meyakini tindakan Jokowi merupakan sistematik personal branding.

Kasus serupa terjadi pada Ahok yg menawarkan setengah memaksa kepada sopir metromini untuk bergabung ke Transjakarta dengan gaji 2-3X UMP. Pihak pro Ahok memuji tindakan ini sebagai tindakan pemimpin yg cerdas dan tanggap. Pihak yang kontra menyatakan tindakan Ahok sebagai sebuah upaya pencitraan yg curi start menyongsong Pilkada DKI 2017 nanti.

Mana yg salah mana yg benar? semua benar. Karena memang tidak ada realita, yang ada adalah citra. Termasuk mereka2 yang katanya anti pencitraan dan personal branding.

Diam, duduk tidak bergerakpun merupakan aktivitas (dengan sendirinya) pencitraan, tepatnya aktivitas pasif. Persis seperti yang terjadi antara Jason dan mamanya diatas. Dalam kasus ini cinta yang mengubah realitas. "Love is blind". Orang yg sedang jatuh cinta (atau benci), konstruksi bangunan persepsi sudah terbangun dini.

"Perception more powerful than reality!" demikian kata orang pintar. Manusia merespons sebuah realita berdasarkan persepsi yang dia tangkap, bukan pada realitanya.

Bagi saya pribadi yang dilakukan oleh Jokowi adalah sebuah aktivitas pencitraan secara aktif. Saya prediksikan Jokowi akan melakukan  pencitraan selama 5 tahun kedepan secara aktif. Kalau calon lawannya menunggu dekat2 hari H baru melakukan pencitraan ya jelas akan kalah, walau didukung dana 500 M sekalipun, apalagi kalau pencitraanya pakai nunggang kuda seharga 3 M atau mobil yg tidak kalah mahalnya. Kenapa? ya persepsi yg muncul adalah hedonisme pamer kekayaan bagi banyak orang yg masih ngitung makan berapa kali sehari.

Urusan pencitraan kayak beginian tidak hanya berlaku diruang politik, namun juga berlaku diruang kantor dan perusahaan. Kalau anda mau naik gaji dan karir bagus ya musti rajin2 melakukan pencitraan di kantor.

Tapi ingat, sebuah citra dan persepsi kemudian akan membangun EKSPEKTASI. Semakin positif citra yang anda bangun semakin tinggi pula ekspekstasi yg muncul. Kalau yg terjadi "over promise under delivery?". Ya siap2 aja citra anda masuk ke kubangan. Sule yang didandani sehebat apapun tidak akan menjadi Reza Rahardian.

Saya berharap lebih banyak lagi para pemimpin yg melakukan pencitraan berkelanjutan, tidak hanya dekat waktu pilkada. Semakin banyak semakin baik buat rakyat.

Btw, croping photo dibawah menimbulkan persepsi positif ngak terhadap saya?:)

Selamat melakukan pencitraan.
EU4U
BSD1116

Membungkus Berkat & Menaikkan Pengharapan

Membungkus Berkat & Menaikkan Pengharapan

Setiap akhir tahun sepanjang satu dekade ada sebuah pengharapan yang tidak pernah terlewat dalam keranjang doa kami: "Lemaskanlah lidah Thesalonika untuk bisa berkata dan berkalimat seperti anak seusianya".

Satu dekade plus 1 tahun berlalu. Subyek "lemaskanlah lidahnya" bertambah sejak 9 tahun lalu menjadi: Thesalonika & Jason. Sampai kapan? Sampai pengharapan menjadi kenyataan.

Apakah kami berputus asa? No way hose! Kami adalah orang tua hebat yg dititipi anak-anak hebat!. Kok narsis & songong? PD boleh dong, kan gak ada UU yang melarang kami untuk PD.

Hidup berproses, ada yang cepat, ada yang lambat. Kami (mungkin) masuk yang lambat. Keranjang pengharapan tahun lalu saya adalah bisa menyelesaikan kuliah doktoral tahun ini tepat waktu dan cum laude. Tercapai? TERTUNDA! dan harus masuk kembali ke keranjang pengharapan tahun depan.

Kecewa? tidak, sebab tetap ada berkat yg terbungkus, doktornya belum, kandidat doktor bolehlah. Jelas patut disyukuri karena hanya ada 25.000 orang di Indonesia yg mendapat kesempatan jadi Doktor. Saya tinggal selangkah lagi, tinggal menghilangkan kata awalan kandidat, jadilah saya pemilik hak istimewa 25.001. Jadi, nikmat apa yang saya lewatkan?

Thesalonika memberikan bungkusan berkat yg luarbiasa. Tahun ini ekspresi bahasa kompleks gabungan emosi dan logika sudah mampu diproduksi oleh Thesa. Kemajuan yg luarbiasa mengingat 4 tahun lalu kalimat "ta ta ta ta" yang lebih banyak keluar dari mulutnya. Refleksi ini membuat kami sungguh bersukacita atas kemajuan Thesa.

Bagi kami, membungkus berkat sekecil apapun akan mendatangkan sukacita. Menaikkan pengharapan memberikan arah dan tujuan kami berjalan. Karena hidup untuk berbahagia. Live the life happily, in present time. Bukan past dan juga bukan future time.

Happy New Year 2016.
EUFam4U
BSD End of Year Reflection