25 Februari 2008

Menciptakan Komunikasi Efektif


Menciptakan Komunikasi Efektif: Bagaimana menciptakan suasana “nyaman” agar komunikasi yang dilakukan efektif.

"People LIKE others people that LIKE them”. NLP Statement


Pada sebuah bandara
Pernahkan Anda melihat dan mengalami, pada saat berada disebuah bandara di Luar Negeri Anda seketika merasa senang dan nyaman ketika mendengar ada orang yang berbicara dengan Bahasa Indonesia? Perasaan nyaman ini bahkan mungkin diteruskan dengan menyapa dan mengajak ngobrol yang bersangkutan.

Atau Anda yang berasal dari daerah (Klaten misalnya), ketemu dengan sesama warga Klaten di Jakarta, saya jamin pasti akan langsung ngobrol menanyakan bagaimana kabarnya Kota Klaten dan waduk Jombornya dst, dst, dst.

Orang suka(Like) dengan orang yang mirip(Like) mereka.
Kesamaan daerah seperti ilustrasi diatas membantu orang untuk memecahkan kebuntuan dalam memulai dan melakukan pembicaraan. Apakah ada hal2 lain lagi yang bisa kita lakukan agar komunikasi kita menjadi lebih lancar dan efektif?

Dalam NLP*, salah satu pelajaran yang harus dikuasai adalah Building Rapport, suatu teknik yang kita lakukan dengan cara mengatur suara & postur tubuh kita agar mirip dengan teman bicara sehingga teman bicara merasa nyaman.

Dalam pekerjaan sehari-hari, baik itu di pabrik atau dikantor seberapa banyak Anda melakukan komunikasi? Dengan Building Rapport (Membangun Keakraban) maka komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif sehingga apa yang kita inginkan bisa terlaksana. Manager bisa menyampaikan visinya ke anak buah, antar teman terjadi komunikasi yang lancar, Sales bisa jualan dengan lancar, suami makin mesra dengan istri dlsb.

Pernahkah Anda ketemu dan ngobrol dengan seseorang dan Anda langsung merasakan seperti sudah mengenal orang tersebut selama bertahun-tahun? Ilmu membuat orang lain nyaman ini bisa dipelajari lho..........tertarik?

Anatomi Komunikasi
Pada dasarnya pada saat terjadi komunikasi (langsung) yang ada adalah 2 atau lebih orang yang berhadapan dan saling bicara.

Menurut penelitan, pada saat terjadinya komunikasi Kata-kata hanya memiliki peran sebanyak 7%, Intonasi suara memainkan peran sebesar 38% dan yang paling besar peran ini diambil oleh Postur Tubuh kita yaitu 55%.

Ngak percaya? Coba Anda ucapkan I Love You ke istri/suami atau pacar dengan nada melengking, wajah cengengesan dan tangan dilipat didepan dada. Tanya ke pasangan Anda apa yang ia rasakan? Saya jamin dia akan bilang BOHONG!
Kata-kata (Words) yang Cuma 7%, inilah yang biasanya selama ini kita andalkan pada saat kita melakukan pembicaraan dan komunikasi dengan orang lain, sementara 93% lainnya (intonasi suara & postur tubuh) seringkali kita abaikan. Makanya banyak terjadi miscommunication di tempat kerja atau dirumah.

Kata-kata pada saat berkomunikasi diproses oleh otak sadar** sedangkan Nada dan Postur Tubuh diproses oleh otak bawah sadar**. Pada saat otak bawah sadar merasa tidak nyaman, maka dia akan menutup pintu komunikasi (secara bawah sadar tentunya) dan tidak mau menerima atau mempercayai lawan bicara. Walaupun pada permukaan teman bicara kita bilang menyetujui pikiran bawah sadar menyatakan sebaliknya.

Membuat Nyaman Lawan Bicara
- Berpakaian rapi dan berdasi saat presentasi di depan bos2 yang berpakaian rapi pula.
- Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Sesuaikan nada bicara dengan lawan bicara kita
- Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung
- Di kandang kambing mengembik, di kandang harimau mengaum
Pernah dapat tips2 seperti diatas ngak? Ternyata ada penjelasan yang mendalam mengapa tip-tip diatas benar dan perlu kita lakukan.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa komponen utama yang berpengaruh dalam sebuah komunikasi adalah komponen Pikiran Bawah Sadar. Pikiran ini terutama dipengaruhi oleh Intonasi Suara dan Postur Tubuh. Tugas utama yang harus kita lakukan pada saat berkomunikasi adalah membuat 2 komponen utama ini merasa “nyaman”.

Intonasi Suara
Coba lakukan eksperimen berikut ini:
- Bicara dengan anak kecil (Balita) dengan memakai suara asli Anda
- Bicara dengan anak kecil dengan memakai suara seperti anak kecil
Anda lihat reaksi yang terjadi pada anak kecil tersebut.
Anak kecil akan jauuuh merasa lebih nyaman bicara dengan orang yang suaranya mirip dengan suara mereka.
Hal yang sama berlaku sama secara bawah sadar pada orang dewasa. Mereka akan merasa lebih nyaman bicara dengan orang yang kecepatan bicara, volume bicara dan kata-kata yang dipakai mirip dengan suara mereka sendiri!

Postur Tubuh
Masih ingat dengan Lady Diana? Almarhum mantan istri Pangeran Charles dari Inggris? Putri Diana terkenal dengan kemampuan dia berkomunikasi dengan seluruh lapisan masyarakat.

Salah satu gambar yang paling terkenal adalah saat Lady Di menyalami anak kecil dengan cara jongkok sehingga sejajar dengan anak kecil tersebut. Apa yang bisa kita pelajari dari Lady Di pada saat berkomunikasi? Beliau menyamakan tinggi tubuhnya sehingga anak kecil tersebut merasa nyaman untuk berkomunikasi.

Ada cara gampang yang bisa kita lakukan untuk menyamakan postur tubuh, perlakukan diri kita sebagai cermin dari postur tubuh teman bicara kita. Apabila yang bersangkutan kaki bersilang, anda juga menyilangkan kaki, badan bersandar ke kursi anda melakukan hal yang sama dan seterusnya. Namun harus diingat bahwa teknik mirroring ini harus dilakukan dengan halus agar teman bicara tidak merasa di contek (mimikri). Mimikri akan berakibat sebaliknya, yaitu menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Sekali lagi tujuan dari menyamakan postur ini adalah agar teman bicara merasa nyaman, khususnya pikiran bawah sadar sehingga apa yang kita inginkan langsung bisa masuk ke pikiran bawah sadar mereka tanpa harus menabrak tembok.

Tips Komunikasi Efektif
Dibawah ini tips2 sederhana yang bisa kita lakukan pada saat berkomunikasi dengan orang lain agar apa tujuan komunikasi bisa tercapai:
1. Kalau sempat atur tampilan kita (baju, aksesoris dll) agar mirip atau tidak mencolok dibandingkan dengan teman bicara atau lingkungan dimana kita bicara. Contoh: akan aneh sekali melihat orang pakai jas rapi di pabrik dan sebaliknya orang pakai baju lapangan warna orange safety pada seminar disebuah Hotel.
2. Atur suara Anda agar kecepatan, volume dan kualitas mirip dengan teman bicara. Bicara lambat pada orang yang bicara lambat dan bicara cepat dengan orang yang cenderung bicara cepat. Samakan juga volume dan kualitas suara.
3. Kenali kata2 yang sering dipakai oleh teman bicara, pakai kata2 mereka dalam kalimat2 Anda. Misal Anda bicara dengan orang Sunda, pakai satu dua kata Sunda dalam kalimat Anda dll.
4. Perhatikan postur tubuh mulai dari posisi tangan, posisi kaki, cara duduk dll. Sama postur Anda dengan teman bicara secara halus (tidak mencolok).
5. Kerjakan dan sesuaikan langkah 1–4 sepanjang pembicaran berlangsung.


Selamat Mencoba!

Saya ingin mendengar komentar Anda sesudah mencoba teknik komunikasi diatas.

Saya Tunggu.


Eko Utomo
CCR Narogong
End of February 2008

*NLP: Neuro Linguistic Programming.
Ilmu yang mempelajari bagaimana agar manusia bisa memaksimalkan potensi diri.

* * Otak sadar: Conscious Mind

** Otak bawah sadar: Unconscious Mind

12 Februari 2008

Ayam Goreng untuk Suami Tercinta


Ayam Goreng untuk Suami tercinta!
Suatu Metapor* tentang komunikasi.


"Self-expression must pass into communication for its fulfillment”. Pearl Buck

Pasangan Bahagia
Tersebutlah suatu kisah sepasang suami istri**. Mereka sudah menikah selama 10 tahun. Pernikahan cukup panjang ini selalui diwarnai dengan hari-hari indah. Pengertian, kesabaran dan kasih sayang menjadi warna dalam kehidupan berkeluarga.

Sang Suami begitu mengasihi sang Istri, demikian juga sebaliknya sang Istri mengasihi sang Suami dengan sepenuh hati. Setiap hari yang mereka lakukan dan kerjakan adalah bagaimana caranya agar pasangan mereka bisa lebih berbahagia dan bersukacita dengan apa yang mereka lakukan.

Sang Istri senang memasak, setiap hari dia memasakkan dan menyediakan makanan kesukaan suaminya yaitu Ayam Goreng. Menu Ayam Goreng tidak pernah tidak ada di meja makan setiap malamnya

Ayam Goreng
Pada suatu ketika, sang Suami jatuh sakit. Kali ini sakit yang diderita begitu berat sehingga yang bisa dilakukan oleh sang suami hanyalah tidur di pembaringan tanpa bisa melakukan apapun.

Seperti biasa sang Istri dengan penuh setia melayani Suaminya dengan penuh kasih sayang. Malam itu, seperti biasa sang Istri datang dari dapur dengan membawakan menu Ayam Goreng untuk disantap suami.

“Istriku, sebelum kita mulai makan malam ini, aku ingin membicarakan suatu hal penting”. Suami membuka pembicaraan saat makan malam akan dimulai. “Suamiku yang tercinta, gerangan apakah yang hendak engkau sampaikan kepadaku?” sahut istrinya dengan penuh kasih sambil tak lupa membenarkan bantal sandaran Suaminya yang sedikit miring.

“Istriku, ini adalah rahasia yang aku simpan selama 10 tahun perkawinan kita, aku harap engkau tidak menjadi marah karena aku mengungkapkan hal ini kepadamu”. Sedikit kaget sang Istri mendengar apa yang diucapkan Suaminya. Hal penting apa yang disembunyikan oleh suaminya 10 tahun ini katanya dalam hati. “Suamiku, engkau tahu aku bukan?, 10 tahun ini semua yang aku lakukan hanyalah ingin membahagiakan dirimu, tidak lebih dan tidak kurang”.

“Istriku, sebenarnya aku tidak suka makan AYAM GORENG!”. Sang Istri yang mendengarkan perkataan Suami tersebut membelalakkan matanya saking terkejutnya. “Suamiku, engkau tidak suka ayam goreng? Selama 10 tahun aku melihat dirimu melahap dengan antusias semua ayam goreng yang aku hidangkan padamu”.

“Istriku, aku makan semua ayam goreng yang engkau hidangkan karena aku sangat menyayanimu, aku tidak ingin membuat engkau kecewa”. Demi mendengar perkataan sang Suami, si Istri menangis terharu. “Suamiku, aku juga ingin mengatakan suatu rahasia kepadamu, bahwa sesungguhnya aku bosan memasak ayam goreng setiap malam selama 10 tahun ini. Aku menghidangkannya kepadamu karena aku melihat Engkau makan dengan penuh semangat dan aku juga tidak mau mengecewakanmu!”
Mendengar perkataan tersebut, sang Suami memeluk istrinya dengan erat, seakan hendak membawanya ke lubuk hatinya yang paling dalam. “Istriku, terimakasih untuk cintamu dan kesetiaanmu padaku, kiranya peristiwa ini membuka mata kita berdua walau kita saling menyayangi, kita tetap butuh terbuka satu dengan yang lain”.

Dan mereka hidup lebih berbahagia puluhan tahun berikutnya sampai Tuhan memanggil.

Eko Jatmiko Utomo
Sidney Australia
12 February 2008

*Metapor
Secara populer Metapor adalah cerita simbolik yang mempunyai makna dibalik ceritanya.

**
Cerita ini aslinya saya baca dari suatu koran (maaf berhubung sudah lama sekali saya lupa nama koran/majalah tersebut). Saya mengembangkan beberapa bagian dari cerita tersebut agar sesuai dengan kaidah Metapor Design – Obstacle – Resource – Achieve.
Metapor ini saya bawakan di Training Practice 1 sebagai metapor ke-4 pada saat saya menjalani NLP’s Trainer Training di Sydney.

07 Februari 2008

Sydney - Harga Rupiah & Pejalan Kaki


Jam Karet bin Oz
Yang namanya jam karet itu kata orang merupakan produk asli dari bangsa Indonesia. Meeting jam 9 pagi, baru bisa dimulai jam 9.15, ngak tanggung-tanggung, yang membuat terlambat tidak hanya mereka yang menjadi undangan, pengundangnya sendiri juga sering datang.

Kenapa hal sepele seperti ini susah di perbaiki? susah banget mas, sebagian orang, dengan sengaja memperlambat diri untuk hadir terlambat. Alasan mereka daripada nunggu orang yang datang terlambat, mereka dengan sengaja melambatkan diri.Jadilah lingkaran setan jam karet yang tiada berkesudahan.

Kalau Iwan Fals lebih dari 20 tahun yang lalu berdendang "kereta terlambat sudah biasa....." jaman sekarang mah lebih hebat lagi, pesawat2 terbang juga sudah ketularan untuk lebih sering cancel. Duluuuuu sekali, pernah almarhum Sempati Air membuat Komunikasi Pemasaran yang menarik dengan memberikan Voucher kepada konsumennya yang dirugikan karena pesawat terlambat. Apa yang terjadi? Pada akhirnya ngak kuat bayar voucher dan kebijakan ini dicabut.

Siang itu, HP bergetar memberitahukan saya kalau ada sms masuk, dari Nurul ternyata..........”ada info dari Qantas, pesawat ditunda 2 jam”. Disatu sisi saya heran, wah penyakit jam karet Indonesia menyebrangi Samudra Indonesia ke benua Australia ternyata.

Singkat kata, malam itu saya berangkat ke Bandara lebih lambat 2 jam. Agak kemrungsung sebenarnya waktu ke bandara, pak Anwar Sanusi yang jadi teman training dikerjain waktu pesan Taxi Blue Bird sehingga sampai kerumah agak terlambat. Sudah terlambat, ditambah kami harus menerima kenyataan kalau ternyata Supir Taxi yang membawa kami ke Bandara SKH lulusan sekolah nyetir Metromini. Nyetirnya ndut-ndutan, sok ngebut tapi main rem dan kopling sembarangan. Jadi begitu sampai ke Bandara, saya setengah pucat dan mabuk.

Dasar nasib lagi sial, di Notice Board ada pengumuman bahwa Qantas jurusan Sydney diundur lagi. Virus jam karetnya sudah parah nih.....seharusnya berangkat jam 11 malam malah diundur lagi jadi jam 1 pagi! Total dari jadwal awal mundur 4 jam!

Kesan Pertama
Turun dari pesawat, kami berdua sempat ketar-ketir. Pesawat datang terlambat 4 jam dari jadwal, sementara kami berdua baru pertamakalinya menapakkan kaki di Sydney, takutnya ngak dijemput. Ada sih taksi.....Cuma pengalaman dikerjain supir taksi di Kuala Lumpur tahun lalu jadi akar pahit kami.

Lolos dari imigrasi, kami mendorong koper ke pintu keluar. Ada orang bule dengan baju jas rapi memegang karton bertuliskan “Eko Uto”. Gembira juga saya dan pak Anwar, ternyata ada yang jemput, kesalahan penulisan nama sangat bisa dimaafkan.

Kami di bawa ke tempat parkiran dan dipersilahkan masuk ke Taxi yang berupa sedan merek Holden keluaran terbaru, mau tahu ccnya? 6000 cc bok! Ini sedan dengan tenaga Truk. Nyaman sih, cuma jelas ngak nyaman kalau dipakai di Jakarta, Kia Carrens 1800 cc aja sudah buat kantong kempes apalagi Holden 6000 cc.

Disepanjang perjalanan, sopir bule pakai jas(mungkin harusnya kami berdua yang kucel2 ini yang nyetir he he he) banyak ngobrol dengan kami berdua, tentang cuaca(orang Oz, paling senang bicara cuaca) atau tentang bangunan2 yang kami lewati.

Have you ever been Indonesia? Iseng aja saya tanya, no…..I never been Indonesia but I visited Bali last year! Dasar bule katrok, dikiranya Bali negara tetangganya Indonesia kali he he he he………..tambah lagi komentarnya It’s cheap everthing in Bali yeah? Jawaban saya, I think Bali is one of the most expensive city in Indonesia, just like Jakarta.

Coca Cola, Laundry & RokokNgomong2 tentang mahal, sore itu saya dan pak Anwar sempat jalan2 (pakai kaki) disekitar hotel Rydes yang kami tinggali. Lumayan juga dapat mengitari beberapa blok dan cukup membuat pegal kami berdua.

Ditengah jalan pulang kembali ke hotel, mampir dulu ke toko swalayan jaringan Seven Eleven beli roti dan minuman. Begitu ke kasir kami baru sadar kalau satu kaleng coca cola yang di Jakarta seharga Rp. 3.500 ternyata di Oz harganya hampir sepulah kali lipat! Alamak…………nasibnya kalau mata uang rupiah kalahan.

Hari ketiga, malam itu kami baru saja kembali ke Hotel selesai Training yang melelahkan, meja di kamar hotel setumpuk cucian dari Laundry ternyata sudah dikembalikan, senang juga sih soalnya stok baju sudah menipis, tapi yang membuat kami kaget setengah mati adalah angka yang tertera di bon laundry, coba tebak berapa? Aus $100, kalau dirupiahkan Rp. 900.000! jumlah yang bikin kami berdua melotot. Waktu kami periksa kembali, 1 kolor yang saya beli kemarin di Cibubur seharga 15 rb, biaya laundrynya 2x lipat dari harga beli sebesar 30 rb! Untung saja hari ini kami dapat jalan keluar, di dekat hotel ada jasa Laundry yang jauh lebih murah. Walau agak repot, itung2 ngirit bantu perusahaan yang sudah mau invest untuk mengirimkan kami training ke Oz.

Pak Anwar ini saudaraan sama kereta api, kalau ngak percaya lihat aja sendiri, tiap hari asap pasti ngepul terus he he he he..... lha namanya perokok itu kan senang coba2, nah isenglah beliau beli rokok sebungkus di supermarket, bayar di kasir baru nyahok kalau harganya dirupiahkan Rp.100.000, kapooooook katanya. Untung bawa 2 slop dari Jakarta, kalau ngak bawa bakalan basah tempat tidur karena pak Anwar ngiler ngak dapat rokok!

Nyebrang JalanDi tanah Oz ini ada satu perilaku yang ngak bakalan laku di Jakarta. Daerah2 yang ada zebra cross namun tidak ada traffict light, para pengemudi mobil benar2 mendahulukan kepentingan penyeberang. Semua pasti berhenti saat melihat ada pejalan kaki yang mau menyeberang. Ada kejadian yang menggelikan terjadi, mindset Jakarta kami bawa ke Sydney, saat mau menyebrang kami serba ragu, namun yang terjadi malah mobil2 pada berhenti untuk menunggu kami menyebarang.

Moga2 saja kalau saya pulang ke Jakarta mindset baru ini tidak saya andalkan kalau lagi menyeberang jalan. Lha wong lawannya Angkot dan Metromini Jakarta je he he he.


Eko Utomo
Sidney Australia
7 February 2008

03 Februari 2008

Personal Approach Vs Task Approach

Orang dulu atau Tugas dulu?: Personal Approach Vs Task Approach
"Kalau urusan pribadi mereka percaya pada kita, urusan pekerjaan pasti bukan masalah”. Wongkla

Bontang 2000Pada suatu malam di awal tahun 2000, ditengah hutan Kalimantan saya sedang duduk santai di depan TV menonton film disalah satu saluran TV kabel yang disediakan oleh pihak perusahaan sebagai fasilitas hiburan untuk para karyawan yang tinggal di mess.

Saya bisa membayangkan kalau tidak ada saluran TV bagaimana bosannya para karyawan yang harus bekerja selama 12 minggu berturut2 sebelum mendapatkan jatah cuti 2 minggu pulang ke kampung halaman di pulau Jawa.

Jam menunjukkan pukul 7 malam saat HT dimeja saya berbunyi, sigap saya ambil dan melakukan komunikasi dengan pemanggil. Teryata salah satu foreman yang sedang bertugas dilapangan. Foreman produksi ini menginformasikan, bahwa tidak ada orang yang bekerja di dispatch memantau perkembangan produksi batubara yang diproduksi ditambang.

Saat itu saya bertugas sebagai Supervisor yang membawahi section di Engineering yang bernama Project Control. Salah satu tugas adalah menjalankan fungsi dispatch untuk memantau volume produksi baik overburden(tanah penutup) maupun batubara di lapangan. Data kompilasi tersebut bisa diakses oleh seluruh pihak, baik lewat komputer maupun lewat telpon atau radio kepada crew yang sedang bertugas di dispatch. Setiap jam crew akan meminta data produksi kepada para operator loader (Backhoe maupun Shovel) dari lapangan.

Mendengar berita bahwa crew yang bertugas pada shift malam itu tidak hadir, saya sebagai Supervisor langsung naik darah. Kurang ajar ini anak, tadi pagi dia tidak bilang apa-apa, kenapa malam ini tiba2 tidak masuk. Dasar bandel dan ngak bisa diatur, awas besok saya akan marahi dia dan kalau perlu akan saya berikan sangsi. Kalimat2 amarah berjubel di dalam kepala saya.

Sambil ngomel, saya membayangkan bahwa saya besok pagi2 harus datang ke kantor dispatch untuk mengejar laporan yang belum masuk. Sebab pada jam 7 pagi data produksi tersebut akan dipakai oleh Project Manager untuk mengevaluasi kinerja sehari sebelumnya.

HT dimeja sengaja tetap saya hidupkan, khusus untuk berjaga2 kalau2 ada hal yang harus saya lakukan sehubungan dengan absennya crew Dispatch. "Shovel 1 monitor, shovel 1 monitor", saya terlonjak dari tempat tidur saat mendengar suara dari HT tersebut, ternyata si Bandel ini masuk kerja, kata saya dalam hati sambil melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan jam 10 malam.

Siap saya raih HT dan kontak ke Badrun, crew dispatch tersebut. Begitu panggilan saya di sambut oleh Badrun, tanpa babibu saya menumpahkan kekesalan saya di HT. “Kamu kok bodoh banget sih? Kalau memang tidak masuk kerja atau datang terlambat bilang pada saya! Supaya saya bisa menyiapkan pengganti kamu”. HT membisu beberapa waktu, dan baru beberapa saat kemudian terdengar jawaban lirih “iya boss”.

Pagi harinya, masih dengan perasaan marah saya datang ke kantor dan ketemu dengan Badrun. Kata2 pertama yang keluar dari mulut adalah “Badrun, kamu kalau kerja yang benar dong!”. Dengan ekspresi tidak kalah garangnya Badrun menjawab, “Emang pak Eko tahu tentang alasan saya datang terlambat? Bapak telah mempermalukan saya di seluruh Tambang dengan memarahi saya di HT yang didengar oleh semua karyawan!”.

Seiring dengan berlalunya kalimat yang dia lontarkan sambil setengah berteriak, Badrun berjalan keluar meninggalkan saya yang berdiri mematung tanpa bisa berkata-kata.

Sejak saat itu, sampai saya meninggalkan Bontang, hubungan saya dan Badrun menjadi dingin dan tidak pernah bisa pulih lagi.

Tembagapura 2003"Pak Eko, saya mau minta saran pak". Kata seorang karyawan lulusan GDP (Graduate Development Program) PTFI, saat yang bersangkutan baru saja duduk di kursi didepan saya. "Apa yang bisa aku bantu?" Kata saya. "Ini pak, saya minta pendapat saya tentang A, dia beberapa waktu yang lalu melamar saya. Saya tahu bapak cukup kenal dengan yang bersangkutan".

Saat itu saya merupakan Section Head di Scholarship & GDP disalah satu dept. di PTFI. Hampir semua GDP merupakan fresh graduate dan mereka yang masih “hijau” ini baru saja lepas dari hangatnya suasana perkuliahan di kota besar langsung ditempatkan di pucuk gunung di Papua. Dingin (betulan dingin lho, 10 C bok.....kalau ngak percaya silahkan datang kesana) dan jauh dari mana-mana.

Sebagai Koordinator program, saya mencoba menempatkan diri sebagai kakak bagi mereka. Saya berfikir bahwa mereka pasti membutuhkan keluarga yang bisa menjadi tempat sandaran dan teman diskusi masalah apapun didunia yang asing dan baru ini. Jadi pertanyaan yang dilontarkan salah satu eks peserta program GDP tersebut tidak mengagetkan. Banyak dari mereka yang curhat urusan pribadi.

Bisa dibilang para peserta program GDP menerima peran ganda yang saya bawakan, ya Koordinator ya saudara tua. Imbal balik tidak langsungnya adalah, urusan tugas, program dan pekerjaan yang berkaitan dengan program GDP mereka jalankan dengan senang hati. Termasuk untuk mengikuti program English Club 2x dalam seminggu pada malam hari dan juga Saturday Presentation 2 mingguan pada hari sabtu tanpa lembur dan mengurangi waktu istirahat mereka!

Personal Approach & Task Approach
Seorang atasan yang melakukan pendekatan Task Approach akan mengedepankan tugas dan pekerjaan saat berinteraksi dengan anak buah. Atasan dengan pendekatan seperti ini dapat dikenali saat ybs. ketemu dengan anakbuahnya yang keluar dari mulutnya adalah “Gimana, pekerjaan yang kemarin sudah selesai belum”. Dia akan datang ke kita saat ada pekerjaan baru atau mengecek pekerjaan lama yang belum selesai.

Seorang atasan dengan gaya pendekatan pribadi (Personal Approach) dapat dikenali dengan kalimat yang dia ucapkan kalau ketemu dengan anak buah. "bagaimana kabar anakmu si Andi? Diterima di SD mana?”. Seringkali atasan ini akan datang kepada kita dengan mengajak kita berbicara hal pribadi sebelum bicara masalah pekerjaan. Bahkan seringkali di saat makan siang sering nimbrung dalam pembicaraan yang sedang berlangsung. Topik pembicaraan yang berlangsung ini sering tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, namun berkisar mengenai kehidupan sehari-hari.


Pilih Mana?Dari pengalaman saya pribadi diatas, hubungan saya dengan Badrun yang rusak karena saya menempatkan tugas diatas pribadi mengajarkan pada saya bahwa performance di section saya tidak bisa maksimal karena pendekatan yang saya lakukan.

Dilain pihak, sebagai koordinator GDP semua tugas dan pekerjaan beres dan berjalan dengan baik karena hubungan pribadi saya baik dengan para GDP. Orang Klaten akan bilang seperti ini, lha wong urusan pribadi saja, sampeyan dipercaya kok, apalagi urusan kerjaan. Pasti akan dikerjakan dengan senang hati.

Dari kacamata saya sebagai observer di pabrik kita tercinta ini, kedua pendekatan ini mempunyai fansnya masing2. Ada yang senang dengan gaya Personal Approach, namun jauh lebih banyak lagi yang suka dengan gaya Task Approach. Dan yang luarbiasa, efek yang terjadi mirip sekali dengan apa yang saya alami sekian tahun yang lalu tersebut.

Nah para Leader, Supervisor dan Manager, Anda mau memilih pendekatan yang mana yang akan Anda terapkan kepada anakbuah Anda?

Eko Utomo
Sydney Australia
February 2008

TipsLangkah Awal membangun Personal Approach
1. Ketahui Asal dan sekolah anakbuah Anda
2. Ketahui Hobi mereka
3. Pengalaman kerja mereka
4. Asal Istri dan dimana mereka ketemu
5. Ketahui jumlah anak (dan istri kalau perlu) dari masing2 anakbuah Anda.
6. Umur dan sekolah dari anak2 mereka
7. Prestasi anak2 tersebut
8. Teruskan sendiri