05 Maret 2017

Depend on Leader or System? #Hal121

Catatan Harian Eko Utomo #Hal121

Depend on Leader or System? Lesson from Singapore.

Terimakasih terhadap business model baru ala economy sharing (bnb), kami berkesempatan menikmati Singapore dari perspektif berbeda.

Selama ini jika ke Singapore kami selalu tinggal di Hotel. Cita rasa tentu saja cita rasa pelayanan to the max sesuai dengan Service Level Agreement (SLA) dan Procedure yang diterapkan oleh pihak internal hotel. Full pencitraan kata orang Indonesia.

Tinggal di apartment milik warga, kami merasakan denyut di bawah urat nadi sesungguhnya. Bukan yang sudah dipoles untuk menarik wisatawan sebagai salah satu sumber devisa utama.

"Mirip Pondok Indah dan BSD ya pa!", kata mama Thesa beberapa kali. Ekspresi dan respons natural yang muncul sesudah "menghayati" hidup keseharian Singapura.

"Bersih banget pak", komentar Yulius yang baru pertama kali menginjak "the tiny red dot" menurut Presiden Habibie saat jengkel belasan tahun lalu sesaat sesudah reformasi.

Saya menyetujui apa yang mereka rasakan dan lihat. Ada beberapa aspek menarik yang saya perhatikan. Bersih dan rapinya Singapura tidak hanya di daerah Tanjung Katong di mana apartment kami berada, tetapi semua daerah Singapura yang kami lewati.

Hal menarik lain adalah, Pondok Indah bersih dan rapi karena pasukan Oranye Ahok dan BSD rapi karena pasukan kebersihan yang dibayar pengelola maka sepanjang 2 hari ini saya belum pernah sekalipun melihat ada pasukan kebersihan yang sedang bekerja bersih2! Trash Bin besar ada dimana2.

Mungkin karena itulah hampir tidak ada sampah non organik yang berceceran. Dan satu hal pasti terlihat manusia2 Singapura sudah sedemikian disiplin untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Kebiasaan (yang sudah jadi budaya) dibangun oleh aturan2 ketat oleh pembangun Singapura Lee Kwan Yu sepanjang 3 dekade kepemimpinannya dan kemudian dilanjutkan 3 dekade lagi oleh para penerusnya

Sedemikian ketat aturan ditegakkan, sehingga mereka yang buang sampah sembarangan dikenai denda yang sangat tinggi. Sistem dibangun dengan hukuman berat.

Budaya (dan aturan) yang tegak kokoh berdiri bahkan mampu "memaksa" manusia Indonesia yang tidak disiplin dan jorok menjadi berperilaku berbeda saat pergi ke negara singa ini.

Salah satu rekayasa yang luarbiasa adalah memajukan jam Singapura 1 jam lebih cepat dari seharusnya.

Jam 7 malam Singapura masih terang benderang. Kebetulan di depan apartment sedang ada pembangunan. Jam 7 malam saat kami keluar cari makan malam kami menjadi saksi tukang bangunan yang masih bekerja!

Jam 8 pagi nan gelap (jam 7 versi Jakarta), semua orang sudah sibuk bekerja. Pulang jam 8 malam karena malu masih terang kok pulang kerja. Dengan demikian budaya kerja keras (12 jam) berakar dengan sendirinya.

Kondisi yang baik butuh sistem yang baik. Sistem yang baik butuh dibangun dan ditegakkan oleh pemimpin yang baik. Dan semuanya butuh total 30 + 30 tahun untuk membuat Singapura sampai pada posisi sekarang.

Yup, depend on Sytem is better than depend on leader. Namun berharap bahwa Jakarta yang bersih dan rapi hanya dalam waktu 2 tahun dan kemudian meledek bahwa Jakarta kembali kotor sesudah ditinggal cuti (kok tergantung sama pemimpin bukan sistem) jelas sebuah kebodohan yang dibangun karena political blindspot.

Jakarta (dan Indonesia) butuh dipimpin selama 30 tahun oleh pemimpin yang hebat yang mampu membangun sistem sebelum kemudian budaya jadi sumber penggerak perilaku bangsa.

The choice is yours.
Tanjung Kalong Singapore 211216

EU4U
Untuk para pemimpin pembangun legacy.

PUNYA PILIHAN? #Hal120

Catatan Harian Eko Utomo #Hal120

"Punya PILIHAN?"

Dalam sebuah pertandingan tenis, pasangan lawan sangat tangguh di belakang baseline. Pukulan2 mereka sangat keras dengan passing yang sangat terarah.

Bola pengembalian service naik sedikit saja "deeeess", dihajar dengan kecepatan max dan kita pontang panting untuk mengejar bola atau tangan bergetar menahan kerasnya pukulan lawan.
Setelah diamati lawan ternyata kurang bagus bermain di depan net. Bola2 volley mereka sering nyangkut atau bahkan melambung tanggung gampang digebuk.

Ketemulah strategi untuk mengeksploitasi kelemahan lawan: bola2 pendek drop shot di dekat net untuk menarik lawan maju ke depan net dan kemudian mengalahkan mereka dalam adu volley.
Pertanyaan penting: Emang mampu melakukan DROP SHOT akurat depan net?

Dikesempatan dan pertandingan yang berbeda kami bertemu dengan lawan yang cadas dalam service dan sangat cekatan menyerbu ke depan net dan siap adu volley.

Dan mereka sangat hebat bak tembok China. Kami dihajar habis2an di depan net.
Sesudah beberapa games pertandingan berlangsung, kami mengamati bahwa lawan tidak terlalu kuat bermain di baseline. Pukulan baseline mereka lemah dan kurang akurat.

Ketemulah strategi untuk mengalahkan mereka: kami harus banyak melakukan pukulan topspin lob untuk menahan mereka di baseline dan kemudian menyerang dengan pukulan keras dari belakang.
Pertanyaan penting: emang mampu melakukan pukulan TOPSPIN LOB dan PASSING KERAS?

***

Dalam sebuah diskusi workshop strategic management di sebuah perusahaan besar (Rev di atas 10 T) ada pertanyaan yang menarik.

"Pak Eko, apa sih manfaatnya kita mempelajari teori2 strategic management? Selama ini kami menjalankan perusahaan baik2 saja tanpa kami tahu ada teori ini dan itu!", tanya seorang Direktur anak perusahaan.

Pertanyaan di atas valid dan tajam. Tanpa penjelasan yang tepat workshop 2 hari tidak layak diteruskan dan wajib dibubarkan karena buang2 waktu berharga para bos perusahaan.

PERTAMA, bisnis dan perusahaan tidak hidup di ruang vakum, namun berada dalam sebuah ekosistem persaingan bebas. Siapa yang kuat dan cerdik maka dialah yang menang. Yang lemah? ke laut aja! Sooner or later.

Karena harus bersaing maka perusahaan harus mampu MENYUSUN STRATEGI ORGANISASI yang hebat agar mampu memenangkan persaingan dan dicintai pelanggan.

KEDUA, kalau dalam toolbox strategi anda hanya tersedia satu alat, maka tidak heran dan akan sangat alamiah kita hanya menggunakan strategi yang itu2 saja tanpa PILIHAN LAIN.

Persis seperti pemain tenis yang bisanya hanya memukup forehand, maka sepanjang permainan dia harus berlari memutar lebih jauh untuk memukul forehand dan menghindari backhand.

KETIGA, kalau selama ini dengan tool yang hanya satu itu anda dan organisasi ternyata "baik2 saja" ngapain harus belajar tools yang lain dan MENAMBAH PILIHAN?

Sekarang coba kita lihat dari perspektif berbeda. Dengan satu tool anda "baik2 saja", jangan2 dengan tools yang komplit organisasi anda bisa jadi MARKET LEADER dan menghasilkan profit yang berlipat.

Jadi mau pilih hanya punya SATU pilihan atau BANYAK?
Note: orang depresi adalah orang yang stress berkepanjangan karena "merasa" hanya punya 1 pilihan yang tidak disukai. Depresi terus menerus sering berujung pada bunuh diri! Hiiiiiiiiii

EU4U
BSDCity
181216onJasonBirthday
Untuk mereka yang suka MEMBUAT PILIHAN

GIVING UP HATE #Hal119

Catatan Harian Eko Utomo #Hal119

"Giving Up Hate"

Fact: 80% penyakit diakibatkan oleh emosi negatif
Fact: Political & Emotional Behavior menurunkan kualitas pengambilan keputusan
Q: bagaimana caranya melepaskan diri dari jeratan emosi negatif?

***

"Siapa yang ingin diterapi untuk melepaskan emosi negatifnya kepada seseorang?", Master Trainer NLP bule dari Aussie itu bertanya.
"I am", saya sigap mengangkat tangan.

Ada sebuah nama, mantan big boss yang kalau disebutkan namanya langsung memicu unconcious mind saya untuk memerintahkan otot2 kecil bereaksi. Muka memerah menggelap, nafas jadi lebih cepat dan tarikan2 ketegangan otot di beberapa bagian tubuh lain.

Nama Senior Manager bule itu bisa sedemikian menancap (emotional anchoring) karena selama beberapa tahun berada dibawahnya beberapa kali terjadi debat dan perselisihan tajam antara saya dengan dirinya.

Dua kali kesempatan promosi saya diblock dan yang menjengkelkan adalah dia (menurut saya) tidak bertanggung jawab apabila muncul resiko dari pengambilan keputusan yang dipaksakan olehnya.
Bahkan sesudah saya resign dari perusahaan itu dan pindah ke perusahaan lain, setiap kali namanya disebutkan seketika muka menegang dan emosi memuncak.

Saya sadar betul bahwa kondisi itu sama sekali TIDAK BERMANFAAT buat saya. Memelihara emosi negatif yang terpendam dalam sebuah anchoring peristiwa masa lalu ibarat memelihara kanker.
Jadi kesempatan untuk "get rid of it" jelas sebuah tawaran yang tidak boleh disia2kan.
Tindakan manusia (Act) dipengaruhi oleh STATE yang terdiri dari Pikiran (Think) dan Perasaan/Emosi (Feel).

Tindakan/perilaku yang excellence didorong oleh state yang excellence.
Proses yang akan dilakukan adalah proses menghilangkan "sampah emosi" yang tersimpan di memori saya. Meruaknya bau sampah itu sangat menganggu (persis seperti bau TPS sesudah hujan).
Silahkan berdiri, bayangkan sebuah spot semeter di depan kita adalah spot di mana orang yang tidak kita sukai berada. Kemudian kita kosongkan diri dan tinggalkan spot kita. Kita menjadi "sosok yang netral".

Kemudian kita masuk ke spot orang yang kita benci, berpikirlah (think) seperti dia (dalam konteks kepada kita), lihat, dengar dan rasakan dari sudut pandang dia terhadap kita. Sesudah beberapa saat kembali ke posisi semula. Lakukan beberapa kali kalau perlu.

Proses diatas menggunakan teknik disassociated dan associated yang sederhana. Namun hasilnya bakal melunturkan kerak2 emosi yang menjadi sampah di keranjang memori kita.
Proses ini bahkan lebih dalam dibandingkan kita berganti perspektif. Berganti perspektif lebih dominan dimensi "think" dan sangat kurang dimensi "feel".

Hanya butuh waktu 15 menit semua kerak emosi saya hilang. Sampah emosi yang sudah ngendon selama bertahun hilang bak kotoran tersapu banjir.

Apakah anda terpenjara oleh kebencian terhadap orang lain yang bahkan tidak anda kenal atau sang mantan yang puluhan tahun tidak berjumpa?
Anda mau melepaskannya?
Silahkan mencoba.

EU4U
BSDCity141216
Cocok buat haters agar panjang umur dan bumi lebih damai dan tenteram.

"Menjadi Lebih Baik Setiap Harinya". #Hal118

Catatan Harian Eko Utomo #Hal118
"Menjadi Lebih Baik Setiap Harinya".
"Pak Eko, tanpa berniat membuat kesimpulan terlalu cepat, saya sebagai guru menggaris bawahi bahwa kita harus selalu belajar dan menambah ilmu pengetahuan. Selama ini saya tenggelam dalam pekerjaan mengajar sesuai dengan kurikulum dan buku pegangan dan tidak berusaha untuk menambah pengetahuan tambahan dari luar.

Sebagai guru puluhan tahun tindakan saya selama ini ternyata salah, dan saya tersadarkan bahwa menambah "tools" dalam kotak peralatan saya sebagai guru merupakan sebuah keharusan".
Ucapan dan komentar seorang guru senior pada workshop "Mengenali Profil Diri dengan pendekatan NLP" tadi pagi sungguh menyentuh sanubari saya.

 Bahwa kemunculan kesadaran tidak mengenal usia, profesi dan senioritas. Bahwa MENJADI LEBIH baik setiap hari adalah panggilan bagi setiap orang terlebih para pendidik yang menjadi tumpuan pembelajaran banyak anak didik.

***

"Pak, kok modul kita ini kok jadul dan katrok ya?", seorang trainer bertanya setengah bingung & setengah kecewa.
"Lho emangnya kenapa?", tanya saya melakukan klarifikasi lebih lanjut.
"Selama 2 tahun ini, modul2 workshop ini kan kita pakai dan deliver ke karyawan berkali2, saat reevaluasi sekarang ini kok saya merasa bahwa modul2 yang kita buat dulu jelek ya pak", katanya memperjelas.

"Lho, emang dulu waktu kita awal bangun divisi LD menurutmu modul2 yang kita buat bagus ngak?", saya melontarkan pertanyaan reflektif.
"Hmmmm waktu itu sih, saya pikir modul2 yang kita buat sudah bagus sekali pak. Lha wong saya aja butuh coaching sama bapak sampai 3 bulan untuk membuat 1 modul", jawab sang Trainer masih keheranan.

"Okey, saat kamu jalan kaki, trus ada sepeda lewat menurutmu sepeda itu kencang ngak?", tanyaku.
"Kencang pak, kan lebih cepat dari saya", sang Trainer bingung menebak arah pertanyaan baru ini.
"Okey, kalau kamu yg naik sepeda trus ada motor menyalib kamu, motor tadi cepat ngak?", saya meneruskan pertanyaan sambil mengabaikan kebingungannya.
"Hmmm, cepat pak", jawaban pendek.
"Kalau kamu naik motor dan disalib mobil?", pertanyaan lanjut saya lontarkan.
"Mobil lebih cepat!", jawaban lebih sigap dan tanggap.

"Kamu saat ini sedang MENGENDARAI MOBIL dan menilai betapa lambatnya dirimu 2 tahun lalu saat kamu BERJALAN KAKI", sang coach memberikan penekanan.
Sang Trainer terkesima dengan pemahaman dan perspektif "baru" yang barusan dia cerna. Bahwa dia saat ini sudah berada di level yang jauh berbeda dibandingkan dengan 2 tahun yang lalu.
"Apa yang membuat saya bisa di level yang jauh lebih tinggi saat ini ya pak?", sebuah pertanyaan bercampur gumamam terlontar.

"What do you think? apa yang kamu lakukan berbeda setiap harinya?", saya melontarkan pertanyaan balik gaya khas seorang coach.
"TIGA PERBAIKAN setiap proses pada kelas workshop yang saya bawakan!", sebuah campuran antara self statement dan jawaban.
Dan sang trainer sesudah 2 tahun berada pada level yang jauh lebih tinggi. Sebuah level yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Anda ingin mengalami peristiwa yang sama?

EU4U
BSDCity101216
Untuk para pembelajar