21 Desember 2016

Kolaborasi Tiada Henti #Hal97


Catatan Harian Eko Utomo

Kolaborasi Tiada Henti #Hal97

Pagi tadi, cluster perumahan kami di bilangan BSD merayakan HUT RI ke 71 dengan gegap gempita.

Kompleks perumahan yang biasanya sepi dan cenderung individualist pengaruh kehidupan gaya kosmopolitan Jakarta seakan2 berubah jadi pelosok kampung halaman yang guyub merayakan kemerdekaan negaranya. Cair, seru dan tanpa sekat.

Berbagai macam perlombaan diadakan, mulai dari sepeda hias anak2, makan kerupuk, tarik tambang, lari kelereng, lari karung dll.

Dari sekian banyak lomba2 yang sering diadakan di desa saya nun jauh di pedalaman Klaten melewati rentang waktu 30 puluh tahun lalu, hanya lomba panjat pinang legendaris yg tidak dilaksanakan.

Selain susah untuk mendapatkan pohon pinang dan ubo rampenya (perlengkapan), saya kok ngak yakin bapak2 kosmopolitan jaman sekarang seperti saya dan tetangga masih kompeten urusan panjat memanjat.

Lha wong ganti bola lampu di kamar dimana ada tangga khusus aja masih gemetaran kok, apalagi harus manjat pohon pinang berlapiskan oli. Bisa2 sesudah lomba harus cuti seminggu penuh.

Ada satu lomba yang menarik, lomba lari pasangan suami istri dimana kaki mereka harus diikat dengan tali.

Kaki kiri diikat dengan kaki kanan pasangan. Dengan demikian akan muncul kesulitan kalau aba2 menggunakan "kiri maju" atau "kanan maju".

Butuh KOMUNIKASI, KESATUAN TUJUAN dan berlari dengan KESESUAIAN IRAMA. Suatu yang sulit karena masing2 harus menurunkan ego untuk mencapai tujuan bersama.

Permainan ini saya bilang menarik karena saya menjumpai masalah dan ekspresi yang sama dengan yang terjadi di banyak perusahaan2 besar di Indonesia saat ini.

Masalah utama terjadi karena terjadi KETIDAK SATUAN LANGKAH antara CEO dan anggota BOD yang lain.

Jika dalam perlombaan tujuh belasan, sang suami CEO dan sang istri COO (atau anggota BOD lain), maka perlombaan dilintasan sama dengan perlombaan di kompetisi ketat antar perusahaan dalam membidik market, mempertahankan customer dan menjaga profitabilitasnya.

Jika kekompaan terganggu, lari bisa lambat, tertinggal kompetitor bahkan terjungkal.

Dalam kasus BUMN, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan (DI) pada waktu itu membuat kebijakan yang unik untuk menyikapi masalah ini.

DI sebagai wakil pemegang saham (pemerintah) cukup hanya menunjuk CEO!. CEO diberikan kewenangan penuh untuk menunjuk dan membangun timnya (BOD). Dengan kondisi ini diharapkan tidak ada BOD yang "mbalelo" karena yang menunjuk dan mengangkat dirinya adalah CEO dan bukan pihak lain.

Okey, apabila kesatuan kata dan hati antara CEO BOD sudah terjadi apa yang sebenarnya mereka lakukan agar yang namanya "COLLABORATION" bukan sekedar jargon dan omongan kaum langitan yang tidak menjejak bumi.

Tugas BOD sebagai Top Management Team (TMT) sebenarnya simple: MEMBUAT KEPUTUSAN STRATEJIK yang efektif dan terus menerus.

Dalam proses membuat keputusan stratejik itulah kolaborasi muncul dan terjadi. Ada tiga langkah utama yang harus dilakukan oleh BOD (sekaligus alat ukur kolaborasi mereka). Ketiga langkah utama tersebut adalah:
1. Goal Sharing
Apakah CEO berbagi tujuan (target) organisasi dengan para BODnya? Bagaimana ke level dibawahnya?
2. Information Sharing
Apakah CEO (dan BOD) berbagi data dan informasi yang mereka miliki pada saat proses pengambilan keputusan berlangsung? Seberapa dalam?
3. Cognitive Exchange
Apakah CEO dan BOD saling bertukar pikiran, berdiskusi bahkan berdebat sebelum keputusan stratejik diambil? Seberapa dalam dan seberapa sering?

Kalau jawaban pertanyaan mengenai ketiga langkah utama kolaborasi diatas positif, perusahaan anda memiliki salah satu modal utama (kolaborasi) untuk memenangkan persaingan.

Btw, hal yang sama juga berlaku di lomba 17an dan di rumah juga.

Bagaimana dengan anda?

EU4U
BSDCity 190816
Untuk para kolaborator

Tidak ada komentar: