"Waton Suloyo" & "Internal Locus of Control", Atribut Pemimpin Kesrakat & Hebat.
Alkisah, anak yang duduk dipunggung keledai mukanya bersemu merah. Malu dan Kesal. "Dasar anak tak tahu diri, enak2 duduk diatas keledai sedangkan bapaknya yang sudah tua malah disuruh jalan kaki!".
"Bapak tak tahu diri, naik keledai anaknya disuruh jalan kaki". Kali ini bapaknya yang kena gunjingan orang dipinggir jalan sesudah mereka tukar posisi.
"Orang goblok, punya keledai malah jalan kaki", ternyata gunjingan pinggir jalan tidak berhenti sesudah anak dan bapak dua2nya jalan kaki menuntun keledai.
"Woooi, punya perikebinatangan ngak? masak keledai dinaiki berdua?". Kali ini bapak & anak ngak peduli, keputusan ditangan mereka. Anjing menggonggong Kafilah berlalu.
Kisah Anak, Bapak dan Keledai diatas menjadi analogi yang sangat tepat dengan apa yang terjadi di dunia perpolitikan Indonesia. Jokowi menjadi "Primadona" dalam konferensi Apec di China. Mendapatkan panggung raksasa, salah satu dari hanya 3 pemimpin besar dunia. Sejajar dengan US dan China. Kekuatan ekonomi no. 1 & no. 2 dunia. Presiden Obama, Presiden Xi Jinping, Presiden Putin, PM Shizo Abe antri untuk bertemu presiden Jokowi.
"Antek asing", teriak & celoteh para pembenci. Pada saat Presiden Jokowi tidak bergaul secara internasional teriakannya "kampungan kurang gaul". "Menjual bangsa", tuduh para pendengki saat Presiden Jokowi piawai dalam mengundang investor asing. Padahal, kalau investasi tidak masuk teriakannya bakal berganti dengan "ngak becus menumbuhkan ekonomi". "Jawa katrok ngak becus bahasa Inggris!" caci pembenci saat Presiden Jokowi bicara bahasa Indonesia bertemu dengan pemimpin bangsa lain. "Melanggar Undang2!" teriak pendengki saat Presiden Jokowi presentasi dengan sederhana dan menggena menggunakan bahasa Inggris di forum CEO.
Para pembenci dan pendengki tidak akan pernah berhenti untuk menghitamkan yang putih dan memutihkan yang hitam. Tidak perlu heran, sebab atribut diri mereka memang pada level "Waton Suloyo". Apapun yang dilakukan oleh orang yang mereka benci dan iri pasti jatuhnya salah!.
Pemimpin hebat memiliki atribut khusus untuk menghadapi orang2 beratribut "waton suloyo" ini. Atribut ini dinamakan "Internal Locus of Control". Pemimpin hebat mendengarkan kata hatinya saat membuat keputusan akhir. Bahasa kerennya "exercising his discretion to do the call". Ini keputusanku, ini mauku, aku bertanggung jawab. Anjing menggonggong Kalifah berlalu.
Presiden Jokowi and team (termasuk Gub. DKI Ahok), saya yakin memiliki atribut pemimpin hebat ini. Track record dan perjalanan karir mereka tidak akan sehebat ini tanpa atribut tersebut. Sepanjang membela rakyat, rakyat akan menjadi pembela mereka.
Buat pendengki dan pembenci, siapkan waktu, tenaga dan biaya anda untuk 5 tahun kedepan. Segera mendaftar Kartu Indonesia Sehat, karena sakit jantung, stroke dan kanker dekat dengan mereka2 yang hidup dalam kebencian dan kedengkian.
Good Luck untuk kewarasan tubuh dan pikiran anda.
EU 4 U
BSD City
111114
28 November 2014
ATTRIBUTE NAN SEMRAWUT
Diskusi Kabinet Kerja Jokowi: Attribute nan Semrawut?
Diskusi media massa dan medsos pasca pengumuman Kabinet Kerja Jokowi seru, ramai dan semrawut.
Salah dua yang paling seru adalah masalah keterwakilan dan attribute. Ditengah tarik menarik yang luarbiasa dahsyat, Jokowi dinilai banyak pihak bisa mengotimalkan kabinet khususnya proposi Parpol vs Profesional. Bahkan keterwakilan Perempuan mendapat acungan jempol. Terbanyak sepanjang sejarah dengan nama2 yang berkualitas.
Disela-sela diskusi arus utama, ada diskusi arus lain, yaitu tidak terwakilinya suku Batak, daerah Kalsel dan Maluku dalam kabinet. Banyak yang marah dan kecewa karena "merasa" jasanya dalam pilpres dan harapan keterwakilan "attribute" mereka tidak terwujud.
Sebenarnya apa sih yang kita harapkan dari Jokowi dan kabinetnya? Sebuah tim eksekutif yang mampu membawa Indonesia to the next level, makmur, sejahtera dan terpandang di level dunia.
Ngak peduli kabinetnya dari suku, agama, daerah dan attribute2 lain. Seperti kata mbahnya pembangunan China Deng Zioping, "tidak peduli kucing hitam atau kucing putih yang penting bisa tangkap tikus!".
Mari kita dukung bersama, kasih kesempatan mereka bekerja. Nanti kalau menyeleweng kita jewer ramai-ramai!
EU 4 U
BSD City
271014
Diskusi media massa dan medsos pasca pengumuman Kabinet Kerja Jokowi seru, ramai dan semrawut.
Salah dua yang paling seru adalah masalah keterwakilan dan attribute. Ditengah tarik menarik yang luarbiasa dahsyat, Jokowi dinilai banyak pihak bisa mengotimalkan kabinet khususnya proposi Parpol vs Profesional. Bahkan keterwakilan Perempuan mendapat acungan jempol. Terbanyak sepanjang sejarah dengan nama2 yang berkualitas.
Disela-sela diskusi arus utama, ada diskusi arus lain, yaitu tidak terwakilinya suku Batak, daerah Kalsel dan Maluku dalam kabinet. Banyak yang marah dan kecewa karena "merasa" jasanya dalam pilpres dan harapan keterwakilan "attribute" mereka tidak terwujud.
Sebenarnya apa sih yang kita harapkan dari Jokowi dan kabinetnya? Sebuah tim eksekutif yang mampu membawa Indonesia to the next level, makmur, sejahtera dan terpandang di level dunia.
Ngak peduli kabinetnya dari suku, agama, daerah dan attribute2 lain. Seperti kata mbahnya pembangunan China Deng Zioping, "tidak peduli kucing hitam atau kucing putih yang penting bisa tangkap tikus!".
Mari kita dukung bersama, kasih kesempatan mereka bekerja. Nanti kalau menyeleweng kita jewer ramai-ramai!
EU 4 U
BSD City
271014
CITRA SALAH PENCITRAAN
CITRA SALAH PENCITRAAN
Kenal kecap merk Bango? sangat mungkin sekali anda mengenalnya. Apalagi para perempuan yang suka kerja didapur. Siapa mengira kecap produk lokal yang mak nyuss milik keluarga Kartadinata dari kota Tangerang sekarang menjadi kecap pemimpin pasar nasional.
Unilever mengenal barang berkualitas, bahkan barang yang hanya beredar didaerah tertentu (lokal). Sejak dibeli oleh Unilever tahan 2001, kecap Bango diberikan baju baru, dipupuri lebih kinclong dan diiklankan besar2an di media massa (promosi above the line) maupun dalam events2 pemasaran yang langsung bersentuhan dengan pengguna (below the line). Barang yang bagus DICITRAKAN habis2an sebagai barang bagus.
Aktivitas Branding & Positioning (Pencitraan) yang dilakukan oleh Unilever ini seperti tutup entuk tumbu, klop, cocok, pas atau serasi. Barang bagus, orang tahu, orang beli dan orang puas.
Dalam konteks pekerjaan, sejak beberapa tahun yang lalu populer istilah "Personal Branding". Definisi sederhananya adalah memberi bungkus yang cakep bagi profesional yang memang berprestasi. Tujuannya? ya agar perusahaan (diwakili oleh top management) dapat melihatnya dan kemudian memberikan kesempatan yang lebih luas dan tinggi untuk berkembang dan berprestasi.
14 tahun yang lalu, saat bekerja di Freeport Indonesia, penulis sering banget ketemu dengan engineer2 lulusan lokal yang kompeten dan jago dalam bekerja. Sayang sekali karir mereka jauh lebih lambat dibandingkan dengan engineer bule yang kerjanya ingah ingih bahkan harus diajarin sama orang lokal. Why? karena Engineer Indonesia suka kebatinan! maksudnya? mereka percaya bahwa atasan yang bule atau bahkan orang Indonesia "dengan sendirinya" bisa tahu, tanpa melihat, tanpa mendengar dan tanpa merasakan hebatnya pemikiran dan kerja mereka. Pada saat meeting, Engineer lokal ini diam seribu bahasa, bahkan saat engineer bule yang membual berapi2 api tentang sebuah konsep yang dicuri dari mereka saat ngopi bareng. Bahkan lebih parah lagi mengklaim pencapaian kerja keras mereka. The point? kalau tidak punya citra ya terserah dong orang lain mau mencitrakan kita seperti apa.
Pengalaman menarik terjadi saat penulis kerja di Holcim Indonesia. Penulis mengamati ada seorang superintendent yang punya kualitas bagus namun karirnya seret? why? sama dengan engineer di Freeport. Introvert dan suka kebatinan. Sesudah beberapa sesi coaching, keluar action plan untuk lebih "speak up" dimeeting. Hasilnya luarbiasa. Hanya dalam beberapa tahun karir melesat beberapa tingkat melewati banyak teman dan senior.
Personal Branding aka pencitraan ini diadopsi oleh dunia politik Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Bahkan mantan presiden Sby secara khusus menyewa pelatih gesture dari Inggris hanya untuk memperbaiki gesture tangan dan wajah saat berpidato supaya terlihat baik dalam persepsi yang melihat dan mendengar.
Yang terjadi adalah inflasi dan perusakan makna. Pencitraan dianggap sebagai sebuah "upaya agar kelihatan baik (pembodohan/penipuan) kepada orang lain untuk kepentingan sesaat". Bahkan mantan presiden Sby dalam sebuah artikel baru baru ini berkomentar dalam kerangka yang sama : www.merdeka.com/politik/sby-pencitraan-berlebihan-bisa-menurunkan-kepercayaan-rakyat.html
Personal Branding (pencitraan) yang berhasil membutuhkan sebuah syarat yang berat: DELIVERING WHAT YOU SAY. Masyarakat semakin cerdas untuk bisa melihat mana pencitraan palsu dan mana pencitraan sejati. Mau bukti? lihat hasil Pileg dan Pilpres 2014, partai dan pribadi dengan citra palsu dihukum oleh masyarakat.
Jadi sesungguhnya sebuah tindakan pencitraan (sejati) adalah teknik marketing yang baik. Why? karena pembeli selalu "aware" adanya barang berkualitas tersebut, konsumen diuntungkan. Asal ........ kualitas bagus.
Secara pribadi penulis percaya bahwa Presiden Jokowi berpikir dan bertindak dari kacamata ini. Tindakan2 yang bagus (persepsi mayoritas) terbungkus dan terjual dengan cara bagus pula. Tidak heran pada periode ke-2 Pilkada Solo, tanpa banyak keluar uang maka terpilih lebih dari 90%!. Mengapa ini terjadi? karena Walikota Jokowi melakukan pencitraan terus menerus sepanjang masa baktinya menjadi Walikota.
Kalau sekarang Presiden Jokowi (dan kabinetnya) melakukan pencitraan terus menerus, saya sebagai masyarakat menyambutnya dengan gembira. Sepanjang bungkus yang elok itu membungkus coklat yang manis.
Ayo, pencitraan yang banyak padhe Jokowi. Tahun 2019, sampeyan bakalan terpilih secara mayoritas dan para citrawan palsu akan gigit besi kedua kali.
EU 4 U
BSD City 281114
After the Rain
Kenal kecap merk Bango? sangat mungkin sekali anda mengenalnya. Apalagi para perempuan yang suka kerja didapur. Siapa mengira kecap produk lokal yang mak nyuss milik keluarga Kartadinata dari kota Tangerang sekarang menjadi kecap pemimpin pasar nasional.
Unilever mengenal barang berkualitas, bahkan barang yang hanya beredar didaerah tertentu (lokal). Sejak dibeli oleh Unilever tahan 2001, kecap Bango diberikan baju baru, dipupuri lebih kinclong dan diiklankan besar2an di media massa (promosi above the line) maupun dalam events2 pemasaran yang langsung bersentuhan dengan pengguna (below the line). Barang yang bagus DICITRAKAN habis2an sebagai barang bagus.
Aktivitas Branding & Positioning (Pencitraan) yang dilakukan oleh Unilever ini seperti tutup entuk tumbu, klop, cocok, pas atau serasi. Barang bagus, orang tahu, orang beli dan orang puas.
Dalam konteks pekerjaan, sejak beberapa tahun yang lalu populer istilah "Personal Branding". Definisi sederhananya adalah memberi bungkus yang cakep bagi profesional yang memang berprestasi. Tujuannya? ya agar perusahaan (diwakili oleh top management) dapat melihatnya dan kemudian memberikan kesempatan yang lebih luas dan tinggi untuk berkembang dan berprestasi.
14 tahun yang lalu, saat bekerja di Freeport Indonesia, penulis sering banget ketemu dengan engineer2 lulusan lokal yang kompeten dan jago dalam bekerja. Sayang sekali karir mereka jauh lebih lambat dibandingkan dengan engineer bule yang kerjanya ingah ingih bahkan harus diajarin sama orang lokal. Why? karena Engineer Indonesia suka kebatinan! maksudnya? mereka percaya bahwa atasan yang bule atau bahkan orang Indonesia "dengan sendirinya" bisa tahu, tanpa melihat, tanpa mendengar dan tanpa merasakan hebatnya pemikiran dan kerja mereka. Pada saat meeting, Engineer lokal ini diam seribu bahasa, bahkan saat engineer bule yang membual berapi2 api tentang sebuah konsep yang dicuri dari mereka saat ngopi bareng. Bahkan lebih parah lagi mengklaim pencapaian kerja keras mereka. The point? kalau tidak punya citra ya terserah dong orang lain mau mencitrakan kita seperti apa.
Pengalaman menarik terjadi saat penulis kerja di Holcim Indonesia. Penulis mengamati ada seorang superintendent yang punya kualitas bagus namun karirnya seret? why? sama dengan engineer di Freeport. Introvert dan suka kebatinan. Sesudah beberapa sesi coaching, keluar action plan untuk lebih "speak up" dimeeting. Hasilnya luarbiasa. Hanya dalam beberapa tahun karir melesat beberapa tingkat melewati banyak teman dan senior.
Personal Branding aka pencitraan ini diadopsi oleh dunia politik Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Bahkan mantan presiden Sby secara khusus menyewa pelatih gesture dari Inggris hanya untuk memperbaiki gesture tangan dan wajah saat berpidato supaya terlihat baik dalam persepsi yang melihat dan mendengar.
Yang terjadi adalah inflasi dan perusakan makna. Pencitraan dianggap sebagai sebuah "upaya agar kelihatan baik (pembodohan/penipuan) kepada orang lain untuk kepentingan sesaat". Bahkan mantan presiden Sby dalam sebuah artikel baru baru ini berkomentar dalam kerangka yang sama : www.merdeka.com/politik/sby-pencitraan-berlebihan-bisa-menurunkan-kepercayaan-rakyat.html
Personal Branding (pencitraan) yang berhasil membutuhkan sebuah syarat yang berat: DELIVERING WHAT YOU SAY. Masyarakat semakin cerdas untuk bisa melihat mana pencitraan palsu dan mana pencitraan sejati. Mau bukti? lihat hasil Pileg dan Pilpres 2014, partai dan pribadi dengan citra palsu dihukum oleh masyarakat.
Jadi sesungguhnya sebuah tindakan pencitraan (sejati) adalah teknik marketing yang baik. Why? karena pembeli selalu "aware" adanya barang berkualitas tersebut, konsumen diuntungkan. Asal ........ kualitas bagus.
Secara pribadi penulis percaya bahwa Presiden Jokowi berpikir dan bertindak dari kacamata ini. Tindakan2 yang bagus (persepsi mayoritas) terbungkus dan terjual dengan cara bagus pula. Tidak heran pada periode ke-2 Pilkada Solo, tanpa banyak keluar uang maka terpilih lebih dari 90%!. Mengapa ini terjadi? karena Walikota Jokowi melakukan pencitraan terus menerus sepanjang masa baktinya menjadi Walikota.
Kalau sekarang Presiden Jokowi (dan kabinetnya) melakukan pencitraan terus menerus, saya sebagai masyarakat menyambutnya dengan gembira. Sepanjang bungkus yang elok itu membungkus coklat yang manis.
Ayo, pencitraan yang banyak padhe Jokowi. Tahun 2019, sampeyan bakalan terpilih secara mayoritas dan para citrawan palsu akan gigit besi kedua kali.
EU 4 U
BSD City 281114
After the Rain
27 Oktober 2014
SUSI PUDJIASTUTI: Cukup Lulus SMP Untuk Jadi Menteri (Perspektif tentang Pendidikan)
Cukup Lulus SMP untuk Jadi Menteri!
"Negara ini tidak menghargai pendidikan, lulusan SMP bisa jadi Menteri"
"Sekolah ngak perlu, lulusan SMP bisa membawahi Profesor dan Doktor!"
Meneruskan tulisan tadi pagi tentang attribute yang semrawut, terbukti banyak manusia Indonesia lebih suka melakukan penilaian berdasarkan apa yang tampak. Menilai berdasarkan "merk" yang disandang. Persis seperti yang saya lakukan puluhan tahun lalu dengan bersusah payah naik motor 1 jam pergi kedaerah Kopo di Bandung Selatan (dari Bandung Utara) "hanya" untuk mencari baju bermerk yang gagal ekspor karena cacat tapi merknya masih menempel dileher baju.
"Merk" dalam pikiran saya, dan pikiran saya tentang persepsi orang akan sebuah baju menggantikan nilai kualitas baju yang sesungguhnya. Baju yang "reject" karena berlubang atau jahitan agak mencong saya anggap tetap berkualitas TOP karena merk yang menempel.
Mencari Pemimpin (Misalnya Menteri) dipaksa mengikuti pola yang sama. Harus dengan tempelan merk2 tertentu. Bahkan tidak peduli kalau merk itu baru saja ditempel atau sengaja ditempelkan alias barang palsu.
Kualitas apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh seorang Pemimpin? Saya membaginya menjadi 2 hal: Kemampuan mempengaruhi orang dan kompetensi bekerja.
Kemampuan mempengaruhi orang (influence others) dibutuhkan karena menjadi pemimpin harus bisa mempengaruhi anggota tim, atasan, pelanggan, dan semua stakeholder agar berkomitmen untuk bekerja keras mencapai tujuan yang sudah disepakati.
Asal-usul kemampuan mempengaruhi dari mana? dari banyak variabel. Orang yang berkarakter dan karismatik mudah mempengaruhi orang lain. Orang yang inspiratif (role model) dan memiliki integrasi (walk the talk) juga mudah mempengaruhi orang untuk kemudian mengikuti dia. Orang yang berpengetahuan tinggi juga kerap mudah mempengaruhi orang lain.
Lalu dimana letaknya attribute yang dinamakan pendidikan itu? atau memang sekolah dan mendapatkan pendidikan tidak penting?
Banyak orang lupa atau memang tidak tahu bahwa Pengetahuan (knowledge) dan Kompetensi Kerja itu dua hal yang berbeda. Pengetahuan hanyalah 1/3 dari Kompetensi. 2 yang lain adalah Skill dan Attitude. Seorang kompeten dalam bekerja kalau lengkap KSAnya. Punya Knowledge, Skill dan Attitude dalam bekerja.
Tapi tetap penting dong, karena sekolah yang membangun Knowledge? Sebuah kesalahan pandang yang lain, membangun Knowledge tidak hanya dari sekolah (pendidikan formal) tapi bisa dilakukan dari banyak cara lain. Ibaratnya mau ke Bandung dari Jakarta. Lewat jalan Toll Cipularang memang mudah dan cepat, namun masih ada banyak cara lain untuk pergi ke Bandung. Bahkan kalau perlu jalan mundur juga bisa.
Manusia terkaya didunia (Bill Gate) tidak lulus kuliah. Manusia terkaya dunia lain dan sangat berpengaruh seperti Steve Jobs juga droup out kuliah. Yang jelas mereka sangat kompeten dan memiliki pengaruh yang luarbiasa sehingga layak disebut Pemimpin (Leader).
Jadi ngak perlu sekolah nih? Lha kalau tanpa sekolah bisa kompeten dan memiliki pengaruh yang luar biasa sebagai Pemimpin why not?
Sekolah bagi banyak orang dibutuhkan karena merupakan "a systematic way to build people knowledge". Sekolah merupakan jalan tol Purbalenyi yang mudah dan probabilitas sampai di Bandung lebih mudah diprediksi. Tapi ingat, not the only one.
Lha yang nulis note ini kenapa ambil sekolah S3?
Ini pertanyaan yang menarik. Menyitir diskusi dengan salah satu kawan kuliah di S3, penulis mengambil S3 karena mengejar salah satu attribute persepsi (palsu???) bagi sebagai besar manusia Indonesia, gelar Doktor. Sebuah attribute penting bagi bangsa ini, persis seperti yang menjadi percakapan panas saat ini. Supaya laku jadi konsultan dan trainer:)
Boleh kan?
BSD City malam hari
EU 4 U
271014
"Negara ini tidak menghargai pendidikan, lulusan SMP bisa jadi Menteri"
"Sekolah ngak perlu, lulusan SMP bisa membawahi Profesor dan Doktor!"
Meneruskan tulisan tadi pagi tentang attribute yang semrawut, terbukti banyak manusia Indonesia lebih suka melakukan penilaian berdasarkan apa yang tampak. Menilai berdasarkan "merk" yang disandang. Persis seperti yang saya lakukan puluhan tahun lalu dengan bersusah payah naik motor 1 jam pergi kedaerah Kopo di Bandung Selatan (dari Bandung Utara) "hanya" untuk mencari baju bermerk yang gagal ekspor karena cacat tapi merknya masih menempel dileher baju.
"Merk" dalam pikiran saya, dan pikiran saya tentang persepsi orang akan sebuah baju menggantikan nilai kualitas baju yang sesungguhnya. Baju yang "reject" karena berlubang atau jahitan agak mencong saya anggap tetap berkualitas TOP karena merk yang menempel.
Mencari Pemimpin (Misalnya Menteri) dipaksa mengikuti pola yang sama. Harus dengan tempelan merk2 tertentu. Bahkan tidak peduli kalau merk itu baru saja ditempel atau sengaja ditempelkan alias barang palsu.
Kualitas apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh seorang Pemimpin? Saya membaginya menjadi 2 hal: Kemampuan mempengaruhi orang dan kompetensi bekerja.
Kemampuan mempengaruhi orang (influence others) dibutuhkan karena menjadi pemimpin harus bisa mempengaruhi anggota tim, atasan, pelanggan, dan semua stakeholder agar berkomitmen untuk bekerja keras mencapai tujuan yang sudah disepakati.
Asal-usul kemampuan mempengaruhi dari mana? dari banyak variabel. Orang yang berkarakter dan karismatik mudah mempengaruhi orang lain. Orang yang inspiratif (role model) dan memiliki integrasi (walk the talk) juga mudah mempengaruhi orang untuk kemudian mengikuti dia. Orang yang berpengetahuan tinggi juga kerap mudah mempengaruhi orang lain.
Lalu dimana letaknya attribute yang dinamakan pendidikan itu? atau memang sekolah dan mendapatkan pendidikan tidak penting?
Banyak orang lupa atau memang tidak tahu bahwa Pengetahuan (knowledge) dan Kompetensi Kerja itu dua hal yang berbeda. Pengetahuan hanyalah 1/3 dari Kompetensi. 2 yang lain adalah Skill dan Attitude. Seorang kompeten dalam bekerja kalau lengkap KSAnya. Punya Knowledge, Skill dan Attitude dalam bekerja.
Tapi tetap penting dong, karena sekolah yang membangun Knowledge? Sebuah kesalahan pandang yang lain, membangun Knowledge tidak hanya dari sekolah (pendidikan formal) tapi bisa dilakukan dari banyak cara lain. Ibaratnya mau ke Bandung dari Jakarta. Lewat jalan Toll Cipularang memang mudah dan cepat, namun masih ada banyak cara lain untuk pergi ke Bandung. Bahkan kalau perlu jalan mundur juga bisa.
Manusia terkaya didunia (Bill Gate) tidak lulus kuliah. Manusia terkaya dunia lain dan sangat berpengaruh seperti Steve Jobs juga droup out kuliah. Yang jelas mereka sangat kompeten dan memiliki pengaruh yang luarbiasa sehingga layak disebut Pemimpin (Leader).
Jadi ngak perlu sekolah nih? Lha kalau tanpa sekolah bisa kompeten dan memiliki pengaruh yang luar biasa sebagai Pemimpin why not?
Sekolah bagi banyak orang dibutuhkan karena merupakan "a systematic way to build people knowledge". Sekolah merupakan jalan tol Purbalenyi yang mudah dan probabilitas sampai di Bandung lebih mudah diprediksi. Tapi ingat, not the only one.
Lha yang nulis note ini kenapa ambil sekolah S3?
Ini pertanyaan yang menarik. Menyitir diskusi dengan salah satu kawan kuliah di S3, penulis mengambil S3 karena mengejar salah satu attribute persepsi (palsu???) bagi sebagai besar manusia Indonesia, gelar Doktor. Sebuah attribute penting bagi bangsa ini, persis seperti yang menjadi percakapan panas saat ini. Supaya laku jadi konsultan dan trainer:)
Boleh kan?
BSD City malam hari
EU 4 U
271014
26 Oktober 2014
TEGAS VS AGRESIF
Tegas Vs Agresif
Berhubung Presiden saat ini (sering) dianggap lambat dan lembek maka para pemilih mengharapkan capres antitesanya, yaitu Presiden yang Tegas (assertive).
Sayangnya banyak orang masih bingung dan tidak dapat membedakan Tegas dan Agresif baik didefinisi maupun ekspresi (perilaku). Jendral (Purn) Luhut P sedikit dari orang yang bisa membedakan dua hal ini, "Tegas itu tidak berarti suara keras, marah-marah dan lempar HP".
Cara manusia meresponse interaksi (termasuk interaksi verbal aka komunikasi) terbagi menjadi 3: Pasif, Asertif dan Agresif. Result dari Pasif > You ok, I am not Ok. Result dari Agresif > I am Ok you are not Ok. Result dari Asertif > I am Ok and You are Ok.
Definisi Asertif: "Kemampuan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dengan terus terang kepada orang lain tanpa menyakiti baik verbal maupun fisik". Kalau ada pihak yang disakiti mental dan fisik namanya "Personal Attack", dan sifat ini miliknya orang Agresif.
"Thesa, papa pinjam remote TV karena papa mau nonton Tennis ya" ekspresi Asertif
"Thesa, mana remotenya, dari pagi nonton kartun mulu!" ekspresi Agresif.
Contoh diatas dialog bapak anak dengan ekspresi yang beda.
Nah bayangkan kalau Presiden dengan kekuasaan yang sak hohah tipe orang Agresif? kalau lagi marah bukan HP yang dilempar tapi Tank kali ya?
Tulisan kecil Minggu Pagi
Eko Utomo
10614
Berhubung Presiden saat ini (sering) dianggap lambat dan lembek maka para pemilih mengharapkan capres antitesanya, yaitu Presiden yang Tegas (assertive).
Sayangnya banyak orang masih bingung dan tidak dapat membedakan Tegas dan Agresif baik didefinisi maupun ekspresi (perilaku). Jendral (Purn) Luhut P sedikit dari orang yang bisa membedakan dua hal ini, "Tegas itu tidak berarti suara keras, marah-marah dan lempar HP".
Cara manusia meresponse interaksi (termasuk interaksi verbal aka komunikasi) terbagi menjadi 3: Pasif, Asertif dan Agresif. Result dari Pasif > You ok, I am not Ok. Result dari Agresif > I am Ok you are not Ok. Result dari Asertif > I am Ok and You are Ok.
Definisi Asertif: "Kemampuan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dengan terus terang kepada orang lain tanpa menyakiti baik verbal maupun fisik". Kalau ada pihak yang disakiti mental dan fisik namanya "Personal Attack", dan sifat ini miliknya orang Agresif.
"Thesa, papa pinjam remote TV karena papa mau nonton Tennis ya" ekspresi Asertif
"Thesa, mana remotenya, dari pagi nonton kartun mulu!" ekspresi Agresif.
Contoh diatas dialog bapak anak dengan ekspresi yang beda.
Nah bayangkan kalau Presiden dengan kekuasaan yang sak hohah tipe orang Agresif? kalau lagi marah bukan HP yang dilempar tapi Tank kali ya?
Tulisan kecil Minggu Pagi
Eko Utomo
10614
NYUWUN SEWU
NYUWUN SEWU
Jika concern tentang mencari Presiden yang membawa harapan dibilang lebay.
Trus fotomu pamer makan di restoran musti disebut apa?
Jika prihatin tentang kampanye hitam yang merusak mental dibilang kampungan.
Trus musti bilang apa lihat fotomu lagi narsis naik mobil barumu?
Jika berjuang menjaga proses penghitungan suara tidak tercemar maling dibilang sok bersih dan menang sendiri.
Trus musti bilang apa lihat fotomu gede2 dan self proclaim paling ganteng?
Nyuwun sewu, mumpung masih negara bebas dan belum kembali kejaman Orba. Skip baca tulisan, unfollow dan unfriend masih bisa dilakukan kok.
Monggo suko parireno.
Note:
Jangan khawatir, bulan depan saya intip lagi restoran dimana kamu makan, mobil barumu dan seberapa ganteng kamu sekarang:)
160714
Jika concern tentang mencari Presiden yang membawa harapan dibilang lebay.
Trus fotomu pamer makan di restoran musti disebut apa?
Jika prihatin tentang kampanye hitam yang merusak mental dibilang kampungan.
Trus musti bilang apa lihat fotomu lagi narsis naik mobil barumu?
Jika berjuang menjaga proses penghitungan suara tidak tercemar maling dibilang sok bersih dan menang sendiri.
Trus musti bilang apa lihat fotomu gede2 dan self proclaim paling ganteng?
Nyuwun sewu, mumpung masih negara bebas dan belum kembali kejaman Orba. Skip baca tulisan, unfollow dan unfriend masih bisa dilakukan kok.
Monggo suko parireno.
Note:
Jangan khawatir, bulan depan saya intip lagi restoran dimana kamu makan, mobil barumu dan seberapa ganteng kamu sekarang:)
160714
KONSEP KASUALITAS
Konsep Kasualitas
"Kita ngak peduli dengan urusan Pilkada mau langsung atau tidak langsung. Mau Pilkada lewat mana aja kita tetap harus cari makan sendiri". Bahkan ada yang bilang: "gue ngak mau tahu tentang politik, yang penting gue bisa kerja dan makan". Kutipan diatas bersliweran distatus fb, twitter dan diskusi banyak orang. Terlihat sederhana dan masuk akal namun mengandung cacat logika yang besar didalamnya.
Keseluruhan peristiwa didunia tidak ada yang berdiri sendiri. Semua mengikuti hukum kasualitas, hukum sebab akibat. Ada aksi ada reaksi, hukum Fisika Newton juga mengikuti hukum ini, energi muncul karena materi. Termasuk dengan peristiwa sosial kenegaraan yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Politik kenegaraan merupakan faktor utama yang mempengaruhi bagaimana bisnis dilevel mikro (perusahaan) beroperasi. Kalau perusahaan diibaratkan sebagai mobil, politik kenegaraan ibaratnya jalan yang dilalui dan aturan lalu lintas yang harus dipatuhi. Mobil tidak akan bisa dipakai untuk mencapai tujuan jika tidak ada jalan yang memadai dan aturan lalu lintas yang benar.
Acemoglu dalam bukunya "Why Nation Fail" menyatakan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sistem politik dan ekonomi yang inklusif. UU Pilkada sangat mempengaruhi inklusivitas politik (seberapa mudah kita untuk mencalonkan diri dan memilih pemimpin). Inklusivitas politik yang buruk akan memberikan dampak yang negatif terhadap ekonomi.
Saat faktor politik dan ekonomi makro ini ambruk, boro2 anda mau pergi kerja. Pekerjaan kitapun bisa lenyap (ingat krisis ekonomi 98) atau yang lebih parah lagi barang yang mau dimakan tidak ada (krisis tahun 60an).
Jadi, cepat atau lambat, sistem politik yang buruk (Pilkada DPRD), korupsi merajalela (kalau KPK dikebiri), program pemerintah dihantam terus menerus (prahara koalisi Prahara tiada akhir) pada akhirnya akan menentukan apa yang akan kita makan hari ini.
EU for U
11014
"Kita ngak peduli dengan urusan Pilkada mau langsung atau tidak langsung. Mau Pilkada lewat mana aja kita tetap harus cari makan sendiri". Bahkan ada yang bilang: "gue ngak mau tahu tentang politik, yang penting gue bisa kerja dan makan". Kutipan diatas bersliweran distatus fb, twitter dan diskusi banyak orang. Terlihat sederhana dan masuk akal namun mengandung cacat logika yang besar didalamnya.
Keseluruhan peristiwa didunia tidak ada yang berdiri sendiri. Semua mengikuti hukum kasualitas, hukum sebab akibat. Ada aksi ada reaksi, hukum Fisika Newton juga mengikuti hukum ini, energi muncul karena materi. Termasuk dengan peristiwa sosial kenegaraan yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Politik kenegaraan merupakan faktor utama yang mempengaruhi bagaimana bisnis dilevel mikro (perusahaan) beroperasi. Kalau perusahaan diibaratkan sebagai mobil, politik kenegaraan ibaratnya jalan yang dilalui dan aturan lalu lintas yang harus dipatuhi. Mobil tidak akan bisa dipakai untuk mencapai tujuan jika tidak ada jalan yang memadai dan aturan lalu lintas yang benar.
Acemoglu dalam bukunya "Why Nation Fail" menyatakan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sistem politik dan ekonomi yang inklusif. UU Pilkada sangat mempengaruhi inklusivitas politik (seberapa mudah kita untuk mencalonkan diri dan memilih pemimpin). Inklusivitas politik yang buruk akan memberikan dampak yang negatif terhadap ekonomi.
Saat faktor politik dan ekonomi makro ini ambruk, boro2 anda mau pergi kerja. Pekerjaan kitapun bisa lenyap (ingat krisis ekonomi 98) atau yang lebih parah lagi barang yang mau dimakan tidak ada (krisis tahun 60an).
Jadi, cepat atau lambat, sistem politik yang buruk (Pilkada DPRD), korupsi merajalela (kalau KPK dikebiri), program pemerintah dihantam terus menerus (prahara koalisi Prahara tiada akhir) pada akhirnya akan menentukan apa yang akan kita makan hari ini.
EU for U
11014
PERSON VS PERILAKU
PERSON vs PERILAKU
Hawa terasa lebih sejuk sesudah Jokowi melakukan pertemuan dengan Prabowo di Kertanegara. IHSG menguat seketika, Senayan mendingin, perang status antar pendukung juga mereda.
Bisnis dan ekonomi adalah gerbong, politik yang jadi lokomotif (beda pendapat dengan yang dibilang Fahri Hamzah yang menyatakan tidak ada hubungan dua hal ini). Politik kondusif maka ekonomi juga akan kondusif. Salah satu faktor penting dalam mengambil keputusan bisnis adalah kondisi politik. Bisnis membutuhkan kepastian. Kepastian regulasi yg baik tentunya.
"Prabowo haters silahkan kecewa, PS adalah negarawan sejati". Kalimat diatas bersliweran di fb dan kolom komentar.
Leadership mengajarkan "berempatilah pada ORANG dan kritiklah PERILAKU". Perilaku Prabowo mau menerima Jokowi merupakan tindakan yang hebat karena meredakan ketegangan politik. Diharapkan tindakan2 kenegarawanan yang sama akan banyak dilakukan di masa depan.
Secara pribadi saya (selalu mencoba) tidak pernah membenci person (termasuk Prabowo), tapi mengkritik berbagai macam tindakannya yang menurut saya banyak menuruti nafsu berkuasa. Saat ini saya acung jempol dengan proses pertemuan bersejarah kemarin.
"Sebagai Jokowi fans, bagaimana kalau nanti Jokowi memerintah dan membuat kesalahan atau kebijakan buruk?". Jawabannya gampang: kritik habis2an. Mendukung Jokowi bukan berarti menjadi pemuja PERSON tapi PERILAKU.
PERSON dan PERILAKU menjadi satu saat sebuah pribadi pemimpin secara konsisten melakukan tindakan yang baik dan mulia (dan atau sebaliknya). Pada saat itulah batas person dan perilaku menjadi satu.
Happy Saturday,
181014
EU from Bandung yang lagi haredang.
Hawa terasa lebih sejuk sesudah Jokowi melakukan pertemuan dengan Prabowo di Kertanegara. IHSG menguat seketika, Senayan mendingin, perang status antar pendukung juga mereda.
Bisnis dan ekonomi adalah gerbong, politik yang jadi lokomotif (beda pendapat dengan yang dibilang Fahri Hamzah yang menyatakan tidak ada hubungan dua hal ini). Politik kondusif maka ekonomi juga akan kondusif. Salah satu faktor penting dalam mengambil keputusan bisnis adalah kondisi politik. Bisnis membutuhkan kepastian. Kepastian regulasi yg baik tentunya.
"Prabowo haters silahkan kecewa, PS adalah negarawan sejati". Kalimat diatas bersliweran di fb dan kolom komentar.
Leadership mengajarkan "berempatilah pada ORANG dan kritiklah PERILAKU". Perilaku Prabowo mau menerima Jokowi merupakan tindakan yang hebat karena meredakan ketegangan politik. Diharapkan tindakan2 kenegarawanan yang sama akan banyak dilakukan di masa depan.
Secara pribadi saya (selalu mencoba) tidak pernah membenci person (termasuk Prabowo), tapi mengkritik berbagai macam tindakannya yang menurut saya banyak menuruti nafsu berkuasa. Saat ini saya acung jempol dengan proses pertemuan bersejarah kemarin.
"Sebagai Jokowi fans, bagaimana kalau nanti Jokowi memerintah dan membuat kesalahan atau kebijakan buruk?". Jawabannya gampang: kritik habis2an. Mendukung Jokowi bukan berarti menjadi pemuja PERSON tapi PERILAKU.
PERSON dan PERILAKU menjadi satu saat sebuah pribadi pemimpin secara konsisten melakukan tindakan yang baik dan mulia (dan atau sebaliknya). Pada saat itulah batas person dan perilaku menjadi satu.
Happy Saturday,
181014
EU from Bandung yang lagi haredang.
STIMULUS AND RESPONSE
STIMULUS and RESPONSE
Anda dipukul orang dan kemudian marah. Siapa orang yang bertanggung jawab sehingga membuat anda marah? orang yang memukul? kondisi terjadinya pemukulan? SALAH. Anda! ya anda sendirilah yang bertanggung jawab terhadap kemarahan yang timbul.
WHY? karena marah bukanlah THE ONLY options saat ada stimulus (anda dipukul) yang tersedia. Sesudah dipukul anda bisa diam aja, cengengesan, kasih uang yang mukul, minta dipukul lagi, lari terbirit2 dan masih banyak opsi lain yang bisa dipilih.
Jadi kalau anda dipukul dan kemudian anda marah yang bertanggung jawab atas timbulnya kemarahan adalah ANDA!
Stimulus hanyalah stimulus, kita yang memilih response dan bertanggung jawab terhadap pilihan itu.
Nah, daripada saya memilih response emosi negatif yang mengundang penyakit, mohon maaf saya unfollow (tetep bukan unfriend) satu teman fb yang nyinyirnya sudah diluar batas (menurut standard saya).
Guten Morgen and Keep Positive
EU for U
231014
Anda dipukul orang dan kemudian marah. Siapa orang yang bertanggung jawab sehingga membuat anda marah? orang yang memukul? kondisi terjadinya pemukulan? SALAH. Anda! ya anda sendirilah yang bertanggung jawab terhadap kemarahan yang timbul.
WHY? karena marah bukanlah THE ONLY options saat ada stimulus (anda dipukul) yang tersedia. Sesudah dipukul anda bisa diam aja, cengengesan, kasih uang yang mukul, minta dipukul lagi, lari terbirit2 dan masih banyak opsi lain yang bisa dipilih.
Jadi kalau anda dipukul dan kemudian anda marah yang bertanggung jawab atas timbulnya kemarahan adalah ANDA!
Stimulus hanyalah stimulus, kita yang memilih response dan bertanggung jawab terhadap pilihan itu.
Nah, daripada saya memilih response emosi negatif yang mengundang penyakit, mohon maaf saya unfollow (tetep bukan unfriend) satu teman fb yang nyinyirnya sudah diluar batas (menurut standard saya).
Guten Morgen and Keep Positive
EU for U
231014
DONGENG, METAPHORE DAN ANALOGI
Dongeng, Metaphore dan Analogi
Sore kemarin bertemu dengan CEO muda, baru kepala 4 usianya. CEO sukses, diukur dengan pencapaian sebagai CEO 3x di 3 perusahaan ternama selama kurun waktu 7 tahun terakhir. Mulai jadi CEO saat masih usia kepala 3.
Selama perbincangan lebih dari 2 jam, sang CEO banyak menggunakan Analogi dan Metaphore dalam menjelaskan bagaimana proses transformasi yang sedang dan akan dia lakukan diperusahaan yang baru.
Perusahaan yang dia pimpin sekarang dia ibaratkan sebagai sebuah mobil dalam sebuah perjalanan. Jenis mobil, kecepatan, dashboard, driver, CC mesin dlsb menjadi sebuah analogi resources dan konteks organisasi. Hal yang sama yang juga dilakukan oleh banyak CEO2 hebat yang saya temui.
Diskusi menjadi cair, menyenangkan dan mudah mendapatkan pengertian. Unconscious Mind menurut NLP (Neuro Linguistic Programming) berbicara dalam bahasa simbol. Itulah kenapa dongeng wayang yang diceritakan simbah waktu kecil menempel sampai sekarang. Termasuk cerita2 yang dikarang oleh HC Andersen sekian puluh tahun lalu.
Kemampuan untuk story telling, membuat metaphore dan menyampaikan analogi menjadi alat yang penting dalam berkomunikasi dan menebarkan pengaruh bagi pemimpin.
Btw, apakabar Sengkuni dan para Kurawa Indonesia saat ini ya?
BSD City
241014
EU 4 U
Semangat Pagi
Sore kemarin bertemu dengan CEO muda, baru kepala 4 usianya. CEO sukses, diukur dengan pencapaian sebagai CEO 3x di 3 perusahaan ternama selama kurun waktu 7 tahun terakhir. Mulai jadi CEO saat masih usia kepala 3.
Selama perbincangan lebih dari 2 jam, sang CEO banyak menggunakan Analogi dan Metaphore dalam menjelaskan bagaimana proses transformasi yang sedang dan akan dia lakukan diperusahaan yang baru.
Perusahaan yang dia pimpin sekarang dia ibaratkan sebagai sebuah mobil dalam sebuah perjalanan. Jenis mobil, kecepatan, dashboard, driver, CC mesin dlsb menjadi sebuah analogi resources dan konteks organisasi. Hal yang sama yang juga dilakukan oleh banyak CEO2 hebat yang saya temui.
Diskusi menjadi cair, menyenangkan dan mudah mendapatkan pengertian. Unconscious Mind menurut NLP (Neuro Linguistic Programming) berbicara dalam bahasa simbol. Itulah kenapa dongeng wayang yang diceritakan simbah waktu kecil menempel sampai sekarang. Termasuk cerita2 yang dikarang oleh HC Andersen sekian puluh tahun lalu.
Kemampuan untuk story telling, membuat metaphore dan menyampaikan analogi menjadi alat yang penting dalam berkomunikasi dan menebarkan pengaruh bagi pemimpin.
Btw, apakabar Sengkuni dan para Kurawa Indonesia saat ini ya?
BSD City
241014
EU 4 U
Semangat Pagi
Langganan:
Postingan (Atom)