18 Januari 2016

"Tidak Mudah" Mempermudah! #Hal10

Catatan Harian Eko Utomo
"Tidak Mudah" Mempermudah! #Hal10

"SULIT pak mencapai target ini", jawab salah satu satu senior sales.
"Sulit KARENA pesaing memiliki produk dengan kualitas yang baik, mobil operasional disediakan dan harga produk mereka lebih murah dibandingkan dengan kita", lanjutnya memberi ALASAN.

"Memang TIDAK MUDAH untuk mencapai target ini pak", senior sales yang lain menjawab.
"Untuk mencapainya kita HARUS rajin melakukan kanvasing serta memberikan solusi yang terbaik buat calon pelanggan", jelasnya.

Saya yakin bahwa dua dialog kecil diatas sering terjadi di ruang kerja dan juga di ruang Keluarga.

Anak2 kita pada saat diminta melakukan pekerjaan atau belajar hal tertentu yang menantang dan mengeksploitasi kemampuan pada level tinggi, maka jawaban mereka terbagi menjadi 2 kelompok: 1) Kelompok pertama yang menjawab SULIT dan 2) Kelompok kedua yang menjawab TIDAK MUDAH.

Mari kita lihat dan telusuri data dan fakta riil dua orang sales di atas. Data menunjukkan bahwa sales ke-2 yang terbiasa menjawab TIDAK MUDAH memiliki kinerja 3x lipat dari kinerja sales ke-2 yang selalu menjawab SULIT!

Fakta lain yang ditemukan, sales ke-2 lebih aktif dalam mencari jalan keluar masalah yang dihadapi dibandingkan sales ke-1. Sales ke-2 juga lebih mau menerima masukan dan arahan dari atasan dan pihak yang lain.

Sebaliknya dengan sales ke-2. Setiap masukan yang datang hanyalah bahan bakar untuk membuat dia lebih bersemangat lagi untuk mencari hal hal SULIT LAIN yang akan menghambat pencapaian target. Setiap kegagalan langkah menjadi pembenaran betapa sulitnya target dicapai.

Ilmu NLP (Neuro Linguistic Programming) menyatakan bahwa pikiran bawah sadar (Uncobscious Mind) memiliki perilaku dan sifat yang berbeda dibandingkan dengan perilaku pikiran sadar (Conscious Mind).

Pikiran bawah sadar TIDAK MEMPROSES bahasa atau ucapan NEGATIF. Pada kalimat TIDAK MUDAH, yang diproses adalah MUDAH. Kata "tidak" dieliminasi.

"Jangan bayangkan Gajah berwarna merah!". Maka disaat anda membaca tulisan ini maka yang terbayang (walau selintas) dalam pikiran anda adalah Gajah berwarna merah!.

Menurut penelitian para ahli, pikiran bawah sadar lebih dari 90% menjadi motor penggerak aktivitas kita. Kualitas motor penggerak ini tergantung dari asupan energi kata dan sugesti yang kita masukkan diruang bakarnya.

Apakah kita memasukkan bensin beroktan rendah dengan kalimat2: SULIT, PAYAH, JELEK atau sebaliknya memasukkan bensin oktan tinggi seperti: TIDAK MUDAH, SEDIKIT BURUK, KURANG BAIK, terserah pada pilihan anda. Karena anda yang akan menerima akibatnya.

Btw, kalau anda sesudah membaca catatan ini dan menemukan anak anda ternyata sering menggunakan kata dan kalimat SULIT dkk., segeralah mencari cermin. Pikiran dan perilaku anak merupakan cermin orang tuanya.

Eiiiit, jangan sampai belah cermin ya!

Have a nice and happy Sunday.
Salam hangat jabat erat.

EU4U
BSD 100116

"MENIKMATI PROSES" #Hal9

Catatan Harian Eko Utomo
"MENIKMATI PROSES" #Hal9

"Wah, senang ya, 5 tahun lagi bapak pensiun dan menikmati masa2 menyenangkan di rumah bersama anak dan cucu".

Pernyataan seperti ini sering banget mampir ditelinga sengaja atau tidak sengaja. Pensiun dianggap sebagai sebuah kondisi yang menyenangkan dan membahagiakan.

Sebaliknya bahwa bekerja dan beraktivitas sebelum pensiun hal2 yang tidak menyenangkan dan menimbulkan banyak kepahitan.

"Bro, kapan off? Seminggu lagi ya?", seorang karyawan tambang bertanya ke temannya. Mereka mengambil sistem kerja 6:2, 6 minggu di site tambang dan 2 minggu cuti ke daerah asal.

Saya jadi membayangkan bagaimana kita dengan tidak sadar mengusir kesenangan dan kebahagiaan dari sebagian besar jatah waktu kehidupan kita.

Seseorang harus menunggu pensiun yang masih tahunan untuk berhak senang dan bahagia. Karyawan tambang harus menderita selama 6 minggu sebelum berhak bahagia selama 2 minggu.

Padahal saat klaim "waktu bahagia" itu datang, belum tentu kebahagiaan yang muncul. Mungkin malah masalah yang lebih besar yang menimbulkan berlipat kepeningan.

Saat pensiun menjadi tambah pusing karena anak bungsu masih harus sekolah dan membutuhkan banyak biaya. Saat off pusing tujuh keliling karena mobil sering mogok dan istri marah2. Jadi kapan dong bisa senang dan bahagia?

***
Sabtu pagi di lapangan tenis. Pasangan lama ada disamping, lawan sebrang net adalah anak2 muda yang tangguh. Servis mereka keras, pukulan forehand spin kencang, backhand slice dan placing juga cakep. Belum lagi stamina yg luarbiasa untuk mengejar bola kemanapun kami tempatkan.

Bertarungan berjalan seru. Walaupun secara teknik dan pengalaman kami jagonya, lawan menang tenaga dan usia. Setiap pukulan keras kami bisa mereka blok dengan sempurna. Permainan cross dan drop shot dikejar dan dikembalikan dengan lebih sulit lagi.

Point kejar2an. Kami harus habis2an untuk hold service agar tidak break lawan. Karena kalau ketinggalan fatal akibatnya. Teriakan, ledekan serta psy war mengisi ruang udara lapangan tenis.

"Advantage", wasit di kursi memberikan sinyal, satu point penentuan. Lawan siap2 service. Service kencang melebar ke pojok, dengan teriak keras aku mengejar sambil mengayun forehand, bola kembali ketengah. Pemain lawan maju dan melakukan topspin kencang kearah backhand. Pasangan pontang-panting mengejar dan melakukan lob defense yg tanggung. Bola melayang tinggi dan lawan siap melakukan smash.

"Daaaaar", smash keras menghujam lapangan.
"Yeeeeeeeees", teriakku keras.
Suasana diam sedikit kikuk.

"Pak Eko, sorry pak, bola smash tadi masuk dan game set, bapak kalah!".
"Lho kan memang begitu kan, menurut kalian?", aku yang gantian bingung.
"Kami kira bapak pikir bola smash keluar dan bapak klaim yg menang".

"Kenapa kalian bisa berpikir begitu?", tanyaku sambil tersenyum.
"Karena bapak teriak keras "yeees" tadi.
"Oooo, saya teriak keras karena saya SANGAT MENIKMATI permainan ini. Kalah menang mah urusan belakang".

***
Jadi, apakah kita masih harus menunggu waktu untuk boleh bersenang dan bahagia? Atau kita enjoying semua proses yang sekarang berjalan.

Start with our mind: lets happy NOW.

EU4U
BSD City
090116

MAU SEKOLAH LAGI? #Hal8

Catatan Harian Eko Utomo
MAU SEKOLAH LAGI? #Hal8

Sering orang datang ke saya, minta saran tentang keinginannya untuk kuliah lagi, ambil master. Sebagian besar jurusan bisnis dengan gelar Magister Management.

Bagi orang yang belum begitu saya kenal saya eksplorasi aktivitasnya di dalam pekerjaan. Seberapa aktif dia belajar dan bekerja dalam fungsi organisasinya, seberapa aktif dia belajar dan juga bekerja dalam bidang non fungsinya.

Bagi mereka yang sudah dalam posisi manager, proses eksplorasi lebih mudah dilakukan. Jika ybs. adalah seorang HR manager, seberapa baik dia menguasai seluk beluk pekerjaan di fungsi HR. Inisiatif HR apa yang sudah dia kembangkan yang berkaitan dengan sistem dan program HR.

Jika eksplorasi ini mendapatkan penilaian yang baik, maka penelusuran naik ke level berikutnya. Seberapa sering dia terlibat dalam aktivitas bisnis di fungsi lain. Seberapa banyak dia terlibat di fungsi sales marketing, operasi atau finance?

Kalau kedua proses eksplorasi di atas mendapatkan fakta yang kurang memuaskan, maka saran saya tunda dulu keinginan untuk kuliah master bisnis.

Saran saya, setahun dua tahun ke depan yang bersangkutan saya dorong untuk mengambil sekolah bisnis lain yang lebih baik daripada sekolah bisnis Prasetya Mulya sekalipun! di mana? di PEKERJAAN dalam perusahaanya.

Pekerjaan kita sehari-hari adalah sekolah yang luarbiasa. Kenapa luarbiasa? karena merupakan tempat dimana kita bisa belajar banyak dan DIBAYAR. Coba cari universitas mana yang memberikan bayaran sama kita! ngak bakalan ketemu.

Masalahnya banyak pekerja yang tidak menyadarinya. Mereka membuat dikotomi antara sekolah dan bekerja. Kalau sekolah ya belajar, demikian juga di ujung yang lain, kalau kerja ya kerja.

Padahal bekerja dan belajar ada di ujung yang sama. Kedua2anya bisa dilakukan dalam waktu yang sama. Kalau selama ini hal itu tidak terjadi dalam hidup kita, ya mungkin karena kacamata kuda yang kita pakai. Jadi lepaskanlah kacamata kuda itu.

Proses pembelajaran di pekerjaan jauh lebih mendalam dibandingkan dengan belajar di bangku kelas. Dalam pekerjaan kita tidak hanya berteori, kita juga mengerjakannya, merasakan emosinya.

Kita tersenyum lebar dan jantung berdesir kencang saat berhasil. Kita tertunduk lesu dan sering sakit hati saat bertemu masalah dan kegagalan. Kognitif, afektif dan kinestetik semua terlibat disana. Jauh lebih mendalam dibandingkan dengan studi kasus yang cuma menggali aspek kognitif.

Jadi, saat kita kemudian mengambil S2, maka proses pembelajaran yang kita lakukan adalah tinggal mengkalibrasi ulang pengalaman yang kita miliki dibandingkan dengan teori2 yang diajarkan dan tentu saja pengalaman2 rekan kuliah.

Proses pembelajaran intensif di pekerjaan juga membantu kita untuk tahu pasti teori apa yang kita cari yang tidak kita temukan di pekerjaan sehari-hari. Kuliah lagi adalah proses "kulakan" bahan untuk kembali "jualan".

Jadi, masih mau ambil S2?

EU4U
080116

"Just Do It", the magic of action #Hal7

Catatan Harian Eko Utomo
"Just Do It", the magic of action #Hal7

Sembilan tahun lalu istri saya meragukan kesanggupan saya. Sebuah kondisi yang jarang terjadi selama masa perkawinan kami. Selama ini dia melihat suaminya adalah sosok pejantan tangguh. Berani menghadapi kesulitan dan menemukan solusi, bahkan cenderung nekat.

Konteks financial yang membuat dia ragu.
"Yakin pa, mau ambil Master di Prasmul?", tanyanya ragu.
"Yakinlah masa ngak yakin, kan cita2 selalu sekolah di jurusan terbaik?", jawabku sambil mengernyitkan dahi.

"Dengan kondisi keuangan saat ini?", tanyanya lagi.
"Emang kenapa?", kejarku penasaran.
"Papa baru aja turun gaji karena pindah kerja. Belum lagi cicilan rumah dan cicilan mobil, belum lagi kebutuhan terapi Thesa dan Jason", sambungnya dengan nada berat.

"Harus yakin ma, bukankah ini pendorong utama aku resign dari Freeport", jawabku mencoba memberi keyakinan.

"Iya sih, cuma....... ya sudah terserah papa", kalimatnya tidak tuntas.

"Ya, harus kita jalani ma. Sepanjang yakin pasti ada jalan keluar", aku coba menambahkan semangat di akhir percakapan.

***

Tiga tahun ini saya banyak berperan sebagai konsultan dan business coach. Peran konsultan dilakukan pada saat saya membantu client untuk membuat business model mereka, menyusun business plan, membuat business strategy, mengolah sales strategy, memperkuat operational process, mengevaluasi HR strategy dan mereview financial goal. Semua yang terkait dengan STRATEGY dan PLAN. Hal2 yang AKAN dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan.

Peran coach saya lakukan pada saat saya mendampingi direksi dan manager dalam mengeksekusi strategy dan plan yang sudah ditetapkan dalam rapat2 intensif yang dilakukan.

Membuat dan merancang strategy dan plan jelas bukan hal yang mudah. Kenapa ngak mudah? ya karena banyak sekali bisnis dilevel menengah atas yang kocar-kacir dan tidak bisa bertumbuh karena tidak memiliki strategi dan perencanaan yang baik.

Alasan yang sama, yang membuat sekolah2 Master of Business di dunia dan juga di Indonesia laku keras. Orang merasa perlu belajar khusus bagaimana caranya untuk merancang strategy dan menyusun rencana bisnis.

Yang menjadi paradox dari pengamatan di lapangan adalah ternyata bukan strategy dan planning yang paling dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi EXECUTION. Punya puluhan anak panah tidak menjamin mendapatkan rusa buruan kalau anak panahnya tidak dilepaskan. Lebih baik hanya memiliki satu anak panah namun meluncur dari busur.

***
Thesa sangat menyukai renang. Setiap kami jalan2 saya biasanya memilih hotel yang memiliki kolam renang agar Thesa bisa menikmati kesukaannya, berenang. Yang menjadi kendala adalah Thesa tidak bisa berenang!

Jadi, alih2 berenang, sebenarnya yang dia lakukan adalah "berjalan" dalam air!. Bukan hal yang mudah juga bagi kami untuk mengajarkan Thesa berenang. Hanya satu gaya renang yang Thesa kuasai hasil ajaran kami, yaitu gaya batu. Masuk kolam renang dan "plung", kesusahan untuk kembali mengapung.

Sejak tahun lalu Thesa kursus berenang di Bintaro. Sebagai anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang masih harus banyak berlatih motorik halus dan motorik kasar, maka pelajaran berenang merupakan sebuah perjuangan. Mirip dengan perjuangan Thesa dan Jason selama 3 tahun saat belajar naik sepeda.

Pada bulan keenam, Thesa ujian kenaikan tingkat. Saya hadir disana. Yang terjadi adalah luarbiasa, Thesa mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan renang dia. Dia cukup baik dalam berenang gaya katak dan mulai menguasai gaya bebas.

Thesa tetap TIDAK naik tingkat. Namun kami gembira perkembangan Thesa TERHADAP kondisi semula, bukan karena ukuran kenaikan dalam kemahiran berenang di tempat kursus. Thesa butuh MELAKUKAN LATIHAN, jumlah waktu dan kekerapan adalah masalah disiplin dan kemauan.

Setahun berikutnya Thesa sangat percaya diri untul berenang di kolam renang dewasa. Itu sudah lebih dari cukup buat kami. Banyak orang sampai mati tetap tidak bisa berenang.

Bisnis mengalami masalah yang sama, strategy yang hebat namun bermasalah dalam eksekusi. Hasilnya ya NOL besar. Action plan yang sudah disusun rapi beserta Gantt Chart dan kelengkapan yang lain berhenti pada rencana.

Saya mengambil kesimpulan (berhipotesa tepatnya) bahwa kemampuan melakukan eksekusi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan membuat strategi. Seharusnya lebih diperlukan sekolah Master of Execution dibandingkan sekolah Master of Strategy. Tetapi jelas Execution tidak bisa disekolahkan tapi harus dilakukan.

Kemauan Thesa dan dukungan kami untuk memberi kesempatan Thesa nyemplung di kolam dan berlatih terus menerus jauh lebih penting dibandingkan dengan menyusun rencana dan mengajarkan teori bagaimana berenang pada Thesa di darat.

Anda punya rencana hebat?
Just do it!

***

"Pa, kapan selesai Doktornya?", mama Thesa melontarkan pertanyaan, cukup sering akhir2 ini.
"Iya, bentar lagi, sabar dong, kan gak mudah mendapatkan data untuk disertasi", jawabku ngeles.

"Lho, katanya papa suka mengklaim diri sebagai orang yang disiplin berencana dan disiplin mengeksekusi!", skak ster.

"Tambah satu semesterlah", jawabku setengah memohon.

"Kemarin bilang mau on time 6 semester, sekarang sudah 7, trus mau nambah 1 semester lagi. Trus janji jalan2 ke Australia gua kapan terjadi? budgetnya habis buat bayar kuliah mulu!", skat mat!.

EU4U
070116

"Menemukan DNA Pemenang" #Hal6

Catatan Harian Eko Utomo
"Menemukan DNA Pemenang" #Hal6

*** 20 tahun lalu
"Dik, bagaimana kalau kita makan di soto dekat bonbin", ajakku kepadanya sedikit ragu. Bagaimana ngak ragu, lha wong soto Lamongan diujung jalan Ganesha itu merupakan soto warung tenda kelas kaki lima. Para pelanggannya kebanyakan ya mahasiswa kantong cekak sepertiku yg hidup dari sedikit kiriman keluarga dan beasiswa.

Sementara yang diajak adalah anak gedongan dari keluarga berada. Dia dari kecil sudah kenal toilet duduk, sementara aku sampai lulus SD pengguna toilet terpanjang di dunia yg rasanya isis karena air langsung mengalir mengelus anggota bodi. Dia sejak kecil biasa ngadep Kongguan Biscuit yg benar2 KGB dan bukan berisi "karak" didalamnya. Sementara aku bisa makan KGB musti nunggu momen lebaran, itupun di rumah tetangga.

Namun, pertanyaan merangkap ajakan itu harus dilontarkan. Ini salah satu alat uji istimewa apakah pacarku ini bisa dipropose ke level berikutnya. Jadi istri yg kalau perlu bisa hidup sederhana. Sebuah "Character Test", uji kepribadian. Uji DNA kalau ngak lulus "blaik" akibatnya.

Aku tahan nafas, jeda waktu beberapa detik bak berjam2. Kalau dia bilang "ngak mau" kan cilaka, lha wong sudah terlanjur jatuh cinta. Jantung berdebar2, sentuhan angin malam udara Bandung yg biasanya sejuk menyapa, malam ini terasa lebih dingin menggigit kulit.

"Ayuuuk, soto ayam ditambah telur dadar, dimakan panas2 pasti enak mas", jawabnya spontan. "Ceeeeesss", seperti arang membara terpercik air perasaanku, langsung adem dan gembira. Asyiik, dia lulus ujian pertama.

***
Kami bertiga duduk santai diruangan meeting. Saat ini kami sedang membahas seluk beluk proses interview dalam proses rekruitmen yang sedang dilakukan. Walaupun kami dari Divisi Strategic, kami juga terlibat membantu dalam inisiatif "Capacity Increase" disalah satu BU (Business Unit) yang sedang kami bantu.

"Yul, saat kalian melakukan proses interview apa yang kalian cari dan bagaimana cara melakukannya?", tanyaku pada salah satu project manager.

"Begini pak, seperti hasil kesimpulan dalam meeting performance review kemarin, faktor penentu seorang karyawan adalah kontributor atau tidak ada pada karakternya. Faktor yang lain hanyalah faktor pendukung".

"Mengikuti teori BE DO HAVE, seseorang yang memiliki Be yang baik seperti karakter yang kuat, nilai2 yang baik dan memegang kepercayaan (beliefs) yang empowering akan mampu mendrive DO yang berupa perilaku dan kompetensi. Dah hasil akhir atau HAVE sebenarnya hanyalah konsekuensi dari BE dan DO", jelas Yul sang Project Manager.

Aku mengangguk senang, karena intisari diskusi sebelumnya mendapatkan tempat bersemai. "Trus, karakter yang akan kalian cari, lihat dan dengar dari interviewee apa?", tanyaku mengeksplorasi lebih jauh.

"Okey pak, dalam diskusi saya dengan bang Don, ada 3 karakter utama yang akan kami cari dari kandidat. pertama karakter CAUSE. Karakter seseorang yang selalu mencari jalan keluar apabila bertemu masalah. Tidak memiliki victim mentality dan tidak suka mencari kambing hitam".

"Kedua, kami akan cari mereka yang memiliki karakter LEARNING ABILITY tinggi, mau dan senang belajar hal baru dan punya gelas yang cukup besar."

"Karakter ketiga yang kami cari adalah mereka yang bertipe PANTANG MUNDUR. Bekerja dengan kesungguhan, kerja keras dan tidak mudah patah semangat", Yul menjelaskan panjang lebar.

"Cakep, ada yang lain?" tanyaku mencari hal2 yang mungkin tertinggal.

"Ada pak, karena ini untuk posisi Sales Force, kami juga akan mencari kandidat dengan DO yang baik khususnya kemampuan berkomunikasi. Biar yang bersangkutan bisa cepat on track dalam mengejar target penjualan", lanjut Yul menandaskan.

"Okey, good luck buat besok ya. Moga2 dapat banyak Sales Force yang ber DNA pemenang".

***
"Pa, kapan mobilku diganti yang baru?", dia bertanya yang kesekian kalinya.

"Lha mobil baru lunas masih kinyis2 kok minta ganti kuwi piye?", jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Ya kan kalau mobil baru, mesin bagus dan biaya perawatan murah", sambungnya memberi pembenaran.

"Lha piye to, apa aku dulu salah assesmen ya, aku pikir dirimu bisa diajak hidup sederhana?", garukan makin cepat di kepala yang tetap tidak gatal.

"Kalau ngak ada uang ya ngak papa, ini kan ada uangnya. Tahu ngak apa kata Mario Teguh?, suami yang bilang istrinya matre sebenarnya adalah suami yang kurang mau kerja keras membahagiakan istrinya, catat itu pa", lanjut dia berpetuah bak MT di layar kaca.

Dan akupun melanjutkan menggaruk kepala.

EU4U
Untuk para orang tua anak2 balita.
Dua puluh tahun lagi, yang dicari pada diri anak anda oleh pemberi kerja tetap sama: KARAKTER.
Jauh lebih mudah membangunnya saat kecil daripada saat ditolak lamarannya.

BSD060116

04 Januari 2016

Ayo Piknik #Hal5

Ayo Piknik #Hal5

"Waaaah" mulut Jason menganga. Kalau ada 10 lalat, semua bisa masuk bersama2 saking lebarnya. Mulut menganga, mata setengah melotot dan berbinar2 serta muka birong (hitam) manis itu seakan memancarkan cahaya. Jason terpesona, kagum dan senang luarbiasa karena didepannya hadir LRT antar terminal di Changi Airport.

"Dasar cah ndeso kayak papanya" desis saya kecil sambil tersenyum. "Huuush!" mama Jason memukul kecil lenganku ngak terima anaknya dibilang "cah ndeso".

"Bagaimana ngak ndeso, coba lihat mulutnya menganga kayak Goa Selarong gitu", kataku melanjutkan. "Yang ini kan beda pa, sama kereta malam Jkt - Jogja atau KRL Serpong - Tn Abang yg pernah dia naiki". "Sama2 kereta ini" jawabku. "Bedalah, yg ini lebih bersih, bagus dan pakai melayang. Makanya sering ajak2 Jason piknik dong biar ngah kayak cah ndeso mlebu kuto", mamanya mengeluarkan jurus mengedepankan kepentingan anak padahal supaya dirinya ikut pikniknya juga.

***

Sekian tahun yang lalu, saya dikirim ke Sidney Australia untuk kursus Master NLP. Peserta kebanyakan bule2 Australia dan Selandia Baru. Dalam workshop 1 bulan itu,  saya menjadi salah satu peserta2 terbaik di angkatan itu. Hasil "piknik" ke Australia menunjukkan bahwa orang Indonesia sangat mampu bersaing dibandingkan dengan bule sekalipun yang sering dipandang superior oleh banyak orang. Coba kalau ngak piknik, pasti akan sering diganggu dengan mental inlader. Mental bahwa bule itu lebih baik segalanya.

Seperti yang dituliskan dalam #note4  kondisi kurang piknik membuat logika seseorang menjadi mandul karena memiliki keterbatasan perspektif. Orang kurang piknik memiliki single perspektif, mirip seperti orang Klaten yang mengklaim bahwa Soto Widodo is the best Soto di Indonesia.

Ngak salah juga, cuma naif. Karena hanya pernah merasakan soto rumahan dan soto Widodo dan tidak pernah mencicipi Soto Lamongan, Soto Madura, Soto Kudus, Soto Bandung, Soto Betawi, Soto Padang dll dlsb yang juga tidak kalah enaknya.

Hampir 30 tahun yang lalu sewaktu lulus dari SMP 1 Blora saya minta ke orangtua saya untuk meneruskan SMA ke SMA 1 Klaten. Orang tua menanyakan mengapa saya yang juara pararel dan memiliki NEM (Nilai Ebtanas Murni) terbaik sekabupaten Blora mau pindah. Padahal sekolah di SMA Blora dekat dengan orang tua dan peluang juara lagi di SMA besar. Saat itu saya jawab biar dapat banyak saingan. Bahasa sekarang biar banyak piknik sehinga tahu dunia itu luas. Keputusan anak SMP yg baik walau akibatnya tidak pernah juara lagi walau hanya juara kelas sekalipun.

Enam tahun lalu, menteri Jonan (saat itu Dirut KAI) mengirimkan ratusan karyawan KAI keluar negeri. Ada yang ke China, Jepang dan ke Eropa. Padahal kondisi keuangan KAI pada saat itu sangat pas2an. Tujuan Jonan mempiknikkan ratusan karyawan KAI adalah agar mereka melihat bahwa kereta mereka bukanlah kereta yg terbaik sistem pelayanannya. Ada banyak negara termasuk China yg memiliki pelayanan kereta yang jauh lebih baik dari KAI pada saat itu.

Piknik KAI ke luar negeri menghasilkan perspektif dan sudut pandang baru bagi karyawan KAI. Proses turn around KAI terjadi dan banyak menjadi topik diskusi. Bagi pengguna seperti saya, yang paling terasa stasiun jadi jauh lebih apik, rapi dan aman. Tidak ketemu pemandangan epic ratusan orang nongkrong diatas kereta lagi.

***
"Jason, turun yuk", bujuk mamanya untuk yang kesekian kali.
"Ngak mau", jawab Jason sambil erat2 memegang sandaran kursi LRT antar bandara. Ini adalah perjalanan yang ke-7x kami bolak-balik dari bandara 1 ke bandara 2 di Changi. Ini salah satu efek bapaknya kurang sering ngajak piknik.

Ayo banyakin Piknik, karena "You are What you See".

EU4U
BSD050116

Menyirami Pohon Logika #Hal4

Menyirami Pohon Logika #Hal4

Setahun lebih saya berteman di fb dengan seorang Doktor Fisika lulusan Jepang dengan spesialisasi yang tiada duanya: Doktor Sbb Spesialis Bukan Bukan.

Pak Doktor  memiliki perjalanan hidup yang dinamis dan dramatis. Orang kampung asli pedalaman Kalimantan berkesempatan menjadi warga metropolitan di Jepang. Salah satu aktivis mesjid UGM yang pernah ikut kursus kaderisasi PKS (PK) yang sekarang bermetamorfosa jadi sekularis dan pengusung toleransi.

Dengan latarbelakang kehidupan yang berwarna sang Doktor mampu memproduksi status fb yang bernas dan tajam mengusik mindset lama. Saya mencap dia sebagai "Mind Provocator".

Mind Provocator ibarat lampu petromax di malam hari tatkala laron2 sedang keluar sarang. Berbondong2 para laron mendatangi petromax untuk komplain dengan status provokasi sang Doktor. Sebagian jadi terprovokasi, sebagian berpikir ulang dan sebagian tambah kepala batu.

Dalam diskusi yang berlangsung, kesalahan fatal para kepala batu adalah mereka sangat ngotot dengan argumennya. Persis seperti anak kecil sebuah dusun terpencil yang bilang bahwa rumah paling bagus di dunia adalah rumahnya mbah Jono yang bertingkat. Ngak salah juga, karena hanya itu rumah terkeren yang diketahuinya. Gejala ini kemudian sering dinamakan sebagai gejala orang "kurang piknik".

Para kepala batu juga sangat sering ngeyel berlogika dengan keterbatasan pengetahuan mereka. Hanya dengar2an, katanya orang, pernah lihat judulnya dlsb. kemudian memastikan bahwa informasi itu benar dan kemudian menghakimi pendapat orang lain.

"LOGIC BASE on KNOWLEDGE". Seseorang yang tidak punya pengetahuan tentang "gaya gavitasi bumi" pasti akan berlogika bahwa bumi itu datar. Kalau bulat tar semua orang jatuh kebawah dong, begitu logika mereka.

Karena logika dibangun oleh pengetahuan maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang maka logika yang bersangkutan menjadi semakin sahih.

Dalam proses diskusi dan coaching di kantor, seringkali anak buah saya bertanya "kok bapak bisa berpikir dari sudut pandang itu ya pak?, saya pingin bisa berlogika seperti bapak". "Kalian disuruh baca buku satu sebulan aja susahnya minya ampun, bagaimana mau memiliki perspektif yang kaya" jawab saya sembari senyum simpul.

"Lha pak, banyak orang yang pinter tapi keblinger itu bagaimana?", pertanyaan lanjutan ini sangat penting. Sering ketemu dalam diskusi mereka yang dosen dan Doktor pada saat berargumentasi banyak jualan dodol.

Kalau "Logic Base on Knowledge", maka "Knowledge base on WISDOM". Kalau wisdom dan nilai2 yang dianut memang untuk perang bubrah ya sebanyak apapun pengetahuan yang dimiliki dan sehebat apapun dalam berlogika hasilnya ya kerusakan dan kematian.

Merawat dan mengembangkan logika persis seperti merawat tanaman mangga di depan rumah. Seberapa sering dipupuk dan disiram akan berpengaruh terhadap banyak buah yang akan dihasilkan.

Eiit, harus hati2 dan bijaksana dalam memilih bibit mangga. Jangan sampai bibit ini hanya akan menghasilkan buah yang masam tak layak makan.

EU4U
BSD040116

Mengejar Bahagia #Hal3

Mengejar Bahagia #Hal3

Lagu dangdut mendayu-dayu di CD Player di bagian belakang. Sosok muda pemijat refleksi di depanku bersenandung mengikuti musik dikala tangannya yg kekar membuat stimulus sakit2 enak di kaki.

Ada sekitar 6 orang pemuda usia 20an tahun yang bekerja sebagai pemijat refleksi di pusat perbelanjaan ini. Yang luarbiasa adalah semuanya terlihat sangat enjoy dan berbahagia dengan pekerjaan mereka. Setahun jadi pelanggan mereka tidak pernah melihat muka muram. Selalu ceria, gembira dan bahagia. Saat iseng2 nanya, penghasilan setiap hari paling banter mereka dapat 100an ribu. Kalau full kerja 30 hari total pendapatan 3 jt/bulan.

Tahun lalu, saat pulang ke Klaten, saya mendapatkan kesempatan ngobrol dengan pakde Sar yg rumahnya di belakang rumah kami. Pakde Sar bercerita dengan kegembiraan yg besar bahwa musim ini panen dia bagus. Mukanya terlihat sangat bahagia. Iseng bertanya berapa yg didapat dari sepatok sawahnya yg dia bilang bagus itu. Hasil bersih panen 1.5 jt katanya. 1.5 juta untuk masa 3 bulan, artinya 500 rb perbulan. Menciptakan muka bahagia yg melebihi manager Jakarta yg dapat bonus tahunan 100 jt disamping gajinya yang 30 jt/bln.

Jadi jelas bahwa kebahagiaan tidak tercipta oleh uang dan harta. Menggali lebih dalam apa yg membuat pemijat refleksi dan pakde Sar berbahagia ternyata sebuah sikap yg sederhana. Tukang pijat refleksi bahagia karena bersyukur memiliki pekerjaan yg menghasilkan uang disaat banyak temannya yang menganggur. Pakde Sar bersyukur panen musim ini berhasil tidak seperti musim tanam sebelumnya yang habis diserang wereng. Mereka MENSYUKURI apa yang mereka miliki.

Disisi lain, pak manager bergaji 30 jt sebulan dan bonus 100 jt muka muram karena uang yang ada tidak cukup baginya untuk membeli mobil baru.

Dengan demikian jelas bahwa bahagia tidak tercipta karena banyaknya harta, namun sikap mensyukuri apa yang dimiliki. Nothing more nothing less.

"Kok kalian happy2 aja sih punya anak 2 yang ABK", ini pertanyaan standard banyak orang ke kami. Pertanyaan yang aneh, bagaimana kami tidak berbahagia karena kami punya 2 anak disaat orang lain sampai puluhan tahun tidak diberi satupun. Bagaimana kami tidak berbahagia karena kami diberi dua anak komplit cewek dan cowok yg cantik dan ganteng kayak ortunya (jangan komplain ya). Bagaimana kami tidak berbahagia karena setiap progress mereka selalu menciptakan riak sukacita di hati kami.

So, it is so easy to create happines, just be Grateful. Mudah berbahagia kalau mudah bersyukur.

"Mom, kok kelihatan bahenol nih".
Mama Thesa sudah hapal kalau aku bilang begitu artinya aku lagi komplain terhadap berat badannya yg naik kelas.
"Katanya selalu mensyukuri apa yg dimiliki pa?", jawabnya kalem.

Skak mat!

EU4U
BSD030116

Resolusi Pelita Diri #Hal2

Resolusi Pelita Diri #Hal2

"Siapa yang memiliki tujuan karir pribadi untuk 5 tahun ke depan?". Semua peserta Strategic Planning Meeting disalah satu raksasa BUMN itu terdiam tidak ada satupun yang mengangkat tangan. "Anyone? kata saya menegaskan sambil angkat tangan memberi contoh. Dan semua tetap diam membeku.

"Nah, sebenarnya kita ini lucu, urusan kita pribadi dan keluarga yg sangat penting aja kita ngak punya rencana dan tujuan, sekarang kita malah berpusing-pusing membuat dan memikirkan rencana perusahaan", kata saya melanjutkan sambil tersenyum. Para peserta meeting membalas senyum, agak kecut.

Setiap saya pindah kerja dan atau memiliki anggota tim baru, langkah pertama yang dilakukan adalah mengenali profil mereka: asal usul, keluarga, sekolah, hobi, sampai kemudian apa yang menjadi cita2 mereka.

Pada saat ditanya tentang cita2, 90% lebih biasanya bengong dan menjawab tidak tahu apa cita2 mereka. Saya paksa mereka untuk membuatnya dan sharing pada saya pada diskusi minggu depan. Yang tidak membuat saya kasih SP1. Bagaimana caranya orang yg tidak punya cita2 harus menjalankan cita2 bosnya atau yang lebih besar lagi cita2 perusahaan?.

Sebagian orang berkomentar "membuat target menyalahi takdir!". Lha apakah kita ini tahu takdir kita apa? Takdir itu sesuatu yang sudah terjadi, past tense. Membuat target bicara tentang masa depan, future tense. Kalau target yang kita buat tercapai jadilah takdir, karena berubah menjadi past tense. Dengan demikian kita menjadi pemain aktif dalam mewujudkan takdir kita. "Create your own destiny or somebody else will".

Lha terus perannya Tuhan dalam hidup kita piye? Tuhan berperan dalam hidup orang percaya (theist), kalau orang gak percaya (atheist) ya ngak ada, lha wong mereka ngak percaya kok. Bagi orang percaya membuat rencana dan membawanya kedalam doa adalah bentuk kerendahan hati karena tahu pasti banyak faktor2 yang tidak dia kuasai. Orang percaya berdoa mohon kalibrasi siapa tahu ada rencana yg lebih baik dari rencananya dan dibantu eksekusinya.

Orang percaya membawa rencana dalam doa dalam eksekusinya seharusnya menghasilkan hal2 yang baik. Kenapa? karena eksekusi dilakukan dengan rendah hati dan bersungguh sungguh serta percaya diri karena di back up "super being". Atheist mengerjakan planning mereka by their own.

Orang percaya mampu menerima kesebuah "ketidakberhasilan" sebagai pembelajaran dan bersyukur dapat pelajaran baru dan enjoy the experiences. Kalau ada orang beriman yang ngamuk2 karena tujuan tidak tercapai? yo mbuh ra weruh, aliran kepercayaan kan ada jutaan. Tulisan ini ditulis oleh penganut aliran kepercayaan perspektif Eko Utomo.

Resolusi bisa disebut sebagai janji. Sebuah pernyataan janji kesungguhan untuk memperjuangkan rencana dan target yang sudah ditetapkan.

"Pa.......", bentar ya, istri tersayang lagi manggil.
"Rencana renovasi rumah tahun ini jadi ngak ya?".
"Waduuuh hmmmm bentar ma, aku kalkulasikan dulu budgetnya, bisa masuk resolusi 2016 ngak ya".
"Makanya pa, kalau sekolah itu jangan pakai bumbu lama! Ngabis ngabisin duit aja!".

EU4U
BSD020116

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

"Oaaalah J, kamu ngeden di WC pun kok ganteng ya!". Seruan macam kayak gini mostlikely hanya bisa keluar dari mulut seorang ibu yg sedang nungguin anaknya memenuhi panggilan alam. Bukan dari orang lain. Mungkin efek luber sang mama karena terlalu mencinta papanya J.:)

Semua hal yang sifatnya kualitatif (ganteng, cantik, baik, jahat, hebat, memble dlsb) sesungguh adalah citra atau gambaran dalam pikiran orang. Sering juga disebut sebagai persepsi. Karena konstruksi ruang pikiran manusia itu unik, maka persepsi terhadap sebuah hal yg sama (realitas) menghasilkan persepsi berbeda satu dengan yg lain.

Bagi sebagian orang, photo Jokowi pakai baju putih berkain sarung duduk disebuah dermaga di Raja Ampat Papua dipersepsikan sebagai sebuah kesederhanaan seorang Presiden. Sudah bajunya putih murah yg banyak dijajakan dipasar, pakai sarung yang juga murah menjadi wakil persepsi kendesoan dan kesederhanaan.

Bagi sebagian yg lain, melihat photo yang sama sebagai sebuah upaya Jokowi agar tampak sederhana di mata rakyatnya. Pihak pertama meyakini persepsinya sebagai sebuah kenyataan tulus dan pihak kedua meyakini tindakan Jokowi merupakan sistematik personal branding.

Kasus serupa terjadi pada Ahok yg menawarkan setengah memaksa kepada sopir metromini untuk bergabung ke Transjakarta dengan gaji 2-3X UMP. Pihak pro Ahok memuji tindakan ini sebagai tindakan pemimpin yg cerdas dan tanggap. Pihak yang kontra menyatakan tindakan Ahok sebagai sebuah upaya pencitraan yg curi start menyongsong Pilkada DKI 2017 nanti.

Mana yg salah mana yg benar? semua benar. Karena memang tidak ada realita, yang ada adalah citra. Termasuk mereka2 yang katanya anti pencitraan dan personal branding.

Diam, duduk tidak bergerakpun merupakan aktivitas (dengan sendirinya) pencitraan, tepatnya aktivitas pasif. Persis seperti yang terjadi antara Jason dan mamanya diatas. Dalam kasus ini cinta yang mengubah realitas. "Love is blind". Orang yg sedang jatuh cinta (atau benci), konstruksi bangunan persepsi sudah terbangun dini.

"Perception more powerful than reality!" demikian kata orang pintar. Manusia merespons sebuah realita berdasarkan persepsi yang dia tangkap, bukan pada realitanya.

Bagi saya pribadi yang dilakukan oleh Jokowi adalah sebuah aktivitas pencitraan secara aktif. Saya prediksikan Jokowi akan melakukan  pencitraan selama 5 tahun kedepan secara aktif. Kalau calon lawannya menunggu dekat2 hari H baru melakukan pencitraan ya jelas akan kalah, walau didukung dana 500 M sekalipun, apalagi kalau pencitraanya pakai nunggang kuda seharga 3 M atau mobil yg tidak kalah mahalnya. Kenapa? ya persepsi yg muncul adalah hedonisme pamer kekayaan bagi banyak orang yg masih ngitung makan berapa kali sehari.

Urusan pencitraan kayak beginian tidak hanya berlaku diruang politik, namun juga berlaku diruang kantor dan perusahaan. Kalau anda mau naik gaji dan karir bagus ya musti rajin2 melakukan pencitraan di kantor.

Tapi ingat, sebuah citra dan persepsi kemudian akan membangun EKSPEKTASI. Semakin positif citra yang anda bangun semakin tinggi pula ekspekstasi yg muncul. Kalau yg terjadi "over promise under delivery?". Ya siap2 aja citra anda masuk ke kubangan. Sule yang didandani sehebat apapun tidak akan menjadi Reza Rahardian.

Saya berharap lebih banyak lagi para pemimpin yg melakukan pencitraan berkelanjutan, tidak hanya dekat waktu pilkada. Semakin banyak semakin baik buat rakyat.

Btw, croping photo dibawah menimbulkan persepsi positif ngak terhadap saya?:)

Selamat melakukan pencitraan.
EU4U
BSD1116